Kasih Sayang Seorang Ayah

457 10 0
                                    

Keputusan Regen menerima Arnius di rumahnya bukan tanpa alasan dan risiko! Dia tahu dengan menerima Arnius, berarti harus siap menghadapi segala kemungkinan yang terjadi ... kemungkinan yang sangat buruk. Tapi dia tak punya pilihan lain selain mengunci ketua Naga Merah di tempatnya, karena dengan begitu Regen dapat mengamati gerak-geriknya dengan leluasa tanpa harus memikirkan berapa banyak nyawa anak buahnya yang harus dia korbankan, apalagi kejadian yang terjadi kemarin malam membuatnya tersadar nyawa putrinya bisa saja dalam bahaya dan tak menutup kemungkinan peristiwa serupa akan terjadi lagi pada putrinya.

"Kau mau sedikit menyegarkan otakmu?" tawar Regen melirik Arnius sambil mengepulkan asap cerutunya yang telah habis dihisapnya.

"Boleh, sejak tadi aku menunggu mulut baumu itu mengucapkan kata-kata manis untukku," sindirnya.

"Hah, mulutmu benar-benar perlu diberi pelajaran, Arnius!" decih Regen menuju bar mini di rumahnya.

"Hei, kau tahu bagaimana aku bukan? Kau bilang aku masuk daftar top pencarianmu, jadi, kau pasti tahu dengan sangat jelas bagaimana aku, Komandan." Seringai Arnius menyandarkan punggungnya.

"Cih, percaya dirimu benar-benar mengalahkan orang yang paling narsis sekalipun!" Regen membawa dua buah wiski dan memberikannya pada Arnius.

"Jadi, bisa kau jelaskan apa maksudmu tadi, Regen?" kali ini Arnius yang melirik Regen.

"Apa kau tahu salah satu kalimat The Godfather yang paling aku suka, Arnius?"

Prajurit dibayar untuk bertarung, pemberontak tidak!

"Kau anggap dirimu seorang prajurit, Komandan? Hahaha, ayolah, jangan buat aku tertawa! Jika kau memang seorang prajurit, tak semestinya kau meninggalkan anak buahmu mati sia-sia. Lagipula, aku bukan pemberontak, aku hanyalah korban dari sepupu gilaku yang harus kuhabisi sebelum orang lain melakukannya." Senyum Arnius mengocok gelas wiskinya.

Regen seolah tak mengacuhkan perkataan Arnius. Sebaliknya, dia berdiri dan mengambil kunci mobilnya. "Kau tunggu di sini, aku akan segera kembali!" perintahnya.

"Kau mau ke mana?" tanya Arnius.

"Kenapa? Kau takut sendirian? Naga Merah yang perkasa takut berada sendirian di rumah?" cibir Regen.

"Persetan kau, pria botak!" Umpat Arnius menikmati sisa wiski di gelasnya.

"Dann, jangan sentuh mini bar-ku! Itu daerah otoritasku!" ucap Regen menunjuk mini barnya yang tak jauh dari ruang tamu.

"Enyahlah!" seru Arnius.

Tak lama, Regen keluar rumah dan masuk ke mobilnya. Dia menempelkan smartphone miliknya di dashboard mobilnya dan menyalakan sebuah perangkat yang tersambung ke rumahnya. Ternyata, sebuah kamera pengintai mini telah  terpasang di rumahnya dan membuat Regen bisa melihat apa yang dilakukan oleh Arnius.

"Siapa sangka Naga Merah yanng ditakuti para penjahat kakap negara ini kini berubah menjadi ulat rumahan," seringainya.

Sementara itu, Janied yang telah tiba di perusahaannya, mengubah citra dirinya menjadi CEO yang ramah dan baik hati pada kliennya. Perusahaan yang bergerak di bidang persenjataan dan teknologi keamanan ini adalah perusahaan yang menyokong sepertiga dari suplai senjata Kota Sion dan juga sistem keamanan yang diterapkan di negara ini berasal dari perusahaannya, meski dalam praktiknya Janied telah beberapa kali melakukan perdagangan gelap dengan Rusia demi yang ditukarkan dengan informasi pertahanan serta kekuatan militer negara Beruang Merah tersebut.

Gairah Liar Sang MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang