Bunyi knalpot mobil yang berhenti di teras rumah Regen membuat Arnius tergerak untuk melihat ke luar jendela kamarnya yang memang berbatasan langsung dengan teras depan. Pria itu membuka sedikit gorden warna putih dan mengintip dengan tatapan mata yang penuh kewaspadaan.
Apakah itu putri Regen? Sangat bertolak belakang sekali dengan ayahnya.
Regen dan Agatha akhirnya bisa kembali ke rumah dan menikmati suasana nyaman tempat tinggal mereka tanpa harus dikejutkan dengan kedatangan dokter atau suster atau mencium bau anyir rumah sakit.
"Ahhhhh, senangnya bisa kembali ke rumah. Memang ya, mau sejauh dan sedekat apa kita pergi atau tidur, rumah adalah tempat yang paling menyenangkan dan membuat pikiran juga hati tenang." Ucap Agatha menyandarkan punggungnya di sofa coklat beruang grizzly.
"Kau senang? Kalau begitu bersenang-senanglah, Sayang sebelum kau kembali ke duniamu. Tapi, apa kau tak sebaiknya mengajukan cuti beberapa hari?" Regen duduk di sebelah putrinya.
"Tidak, Ayah. Aku sudah cukup beristirahat, kasihan murid-muridku. Mereka pasti seperti anak ayam yang kehilangan induknya," senyum Agatha.
"Apa-apaan peribahasa itu? Anak ayam yang kehilangan induknya? Dari mana datangnya ucapan itu?" Regen menggelengkan kepalanya sambil mengusap rambut putri tercintanya.
Mata Agatha kemudian teralihkan oleh dua gelas wiski di atas meja yang ada di depan matanya. "Ini ...." Agatha menoleh ke arah Regen.
"Oh, ini-"
"Kau sudah pulang, Komandan?"
Agatha dan Regen langsung menoleh ke tangga dan melihat Arnius yang masih mengenakan kemeja putihnya yang dia gunakan untuk menolong putri Regen saat kelompok Kobra mengganggunya.
"Dia ..." meski sang ayah telah memberitahu tentang keberadaan Arnius di rumah mereka, namun tetap saja wanita ini terkejut dengan kehadiran orang asing di rumah mereka, apalagi Arnius mengenakan baju yang dipakai untuk menolongnya.
"Oh, kau di sini. Turunlah, kuperkenalkan pada putriku. Agatha, ini teman Ayah, dialah orang yang telah menolongmu semalam." Regen berdiri dan melebarkan tangannya mengenalkan Arnius.
"Halo, Nona Agatha. Bagaimana keadaan Anda? Namaku Arnius ...."
Regen terkejut dan melihat sambil mengernyitkan keningnya.
"H-halo, Tuan Arnius. Kabar saya baik, bagaimana dengan Anda?" Agatha melihat kemeja Arnius yang penuh dengan noda darah yang telah kering. "Terima kasih atas bantuan Anda kemarin malam, jika Anda tidak ada, mungkin saya ...."
"Sama-sama, Nona Agatha. Anggap saja itu sebuah kebetulan yang menguntungkan," senyum Arnius.
Regen mulai memperhatikan gerak-gerik Arnius pada putrinya. Dia masih tak percaya Arnius mengenalkan dirinya dengan nama aslinya. Bagaimana bisa? Jika kelompok Janied atau Kobra mengetahui dia ada di sini ....
"Sayang, sebaiknya kamu istrirahat, ya. Ayah ada yang ingin dibicarakan dengan Tuan Arnius." Bujuk Regen merangkul pundak Agatha.
"Baik, Ayah. Sampai bertemu saat makan malam, Tuan Arnius." Agatha menganggukkan kepalanya, dan Arnius melihatnya menaiki anak tangga hingga tak berkedip.
GREP!!
Regen tak banyak kata dan langsung mencengkeram kerah kemeja Arnius, menariknya keluar rumahnya dan menghantamkan punggungnya dengan keras ke tembok dekat pintu rumahnya.
"Apa rencanamu, bajingan!" tanya Regan mencekik leher Arnius.
Tapi Arnius hanya tertawa dan hal itu membuat Regen semakin beringas membanting tubuh Arnius dan mengunci kepalanya dengan kaki kanannya. "Sekali lagi kutanya, apa rencanamu, pria sialan!"
![](https://img.wattpad.com/cover/308049995-288-k752847.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gairah Liar Sang Mafia
AcciónWARNING : 21++ (BACAAN DEWASA, AREA PENUH KEKERASAN DAN TAK PATUT DITIRU!!!) HARAP BIJAK SEBELUM MEMBACA!!!!!! NO PLAGIARISME!!! TULISAN INI ADALAH MURNI MILIK ALEXA ANENDRA Arnius Nagendra, pria dengan masa lalu kelam yang kini kembali menuntut...