Dua Naga yang Dikorbankan

332 9 0
                                    

"Apa tubuhmu sudah tak kuat lagi untuk berjalan cepat, Janied?"

"Apa yang ketua inginkan? Kenapa aku sampai harus menemuimu?"

"Yah, mungkin dia tahu kau tak becus mengurus Emerald dan Naga Merah?"

Seutas senyum menyeringai tampak di wajah wanita cantik berambut hitam panjang, dengan wajah ras Kaukasia, bibir tipis di atas dan tebal di bawah, dengan mata besar memakai kontak lens hazel melihat Janied sambil menyilangkan kedua tangannya.

"Tertawalah, Alberta! Siapa tahu saja, besok kau tak akan bisa lagi tertawa dengan wajah cantikmu," balas Janied menyeringai, tak mau kalah.

"Apa itu ancaman? Atau kau sedang berusaha mengulur waktu untuk mencari orang yang sebenarnya masih hidup?"

"Maksudmu?" Janied menyipitkan matanya.

"Uupsss, sorry, my mistake! Aku cuma mengada-ada." Balas Alberta menutup mulut dengan salah satu tangannya namun sambil tersenyum.

"Cukup! Aku tak ingin basa-basi lagi, Alberta! Kali ini, apa yang ketua inginkan?"

"Kenapa harus terburu-buru, Janied ... kita. Kita masih punya banyak waktu, sudah lama aku tak bertemu denganmu. Aku merindukanmu, apa kau tak merindukanku?" Alberta mulai menggerayangi tangan Janied menunjukkan wajah centilnya.

"Aku tak akan lagi terbujuk oleh senyum dan wajah iblismu, Alberta. Dulu, kau bisa menipuku, tapi sekarang ...." Janied menarik paksa tangannya dan menyilangkan menatap wanita cantik itu sinis.

"Apa kau pernah mendengar pepatah 'wanita cantik itu adalah sumber kematian', Janied? Jika kau pernah mendengar hal itu, kau tahu apa yang aku maksud." Alberta terus melayangkan pandangan lekat dengan mata besar bulat indah miliknya.

"Aku tak tertarik padamu, Alberta! Sekalipun kau menelanjangi tubuhmu, aku tak akan pernah sudi menjamah tubuhmu!"

"Benarkah? Oh, apa kau masih teringat dengan wanita yang sudah mati itu, hmm ... siapa ya, namanya ... ah, Anna Marbela, istri sepupumu."

Brak!

Janied menggebrak meja di depan mereka dengan sangat kencang, sampai membuat para pengunjung di tempat itu melirik ke arah mereka.

Dengan senyum manis, Alberta berkata, "Ckckckck, rupanya betul kau masih belum bisa melupakan istri sepupumu. Apa sih menariknya wanita mati itu? Apa permainan ranjangnya? Atau ...."

"Tutup mulutmu, Alberta atau aku akan menembak kepalamu dan mengeluarkan isi otakmu di jalanan!" Janied mulai mengeraskan rahang dan mengepalkan tangannya. "Dia dan kau tak bisa dibandingkan, Alberta! Dia terlalu berharga untuk disandingkan dengan manusia sampah macam dirimu!" tegas Janied menyeringai.

"Hah, benarkah begitu?" Alberta melirik Janied. Kali ini, dia memainkan kaki jenjangnya, perlahan menaiki kaki kokoh Janied dengan terus menatap wajah garang nan tampan pria dingin di depannya. "Sudah lama aku tak merasakan sensasi bercinta denganmu, Janied. Haruskah kita ...."

"Jangan mimpi, Alberta!" Janied dengan spontan mendorong kursinya hingga mengeluarkan decitan yang sangat kencang dan membuat orang-orang di sekitar mereka mengarahkan pandangan ke arahnya.

"Ckckck, kau memang tak berubah, Naga Hitam! Selalu meledak-ledak, tapi itulah yang aku suka darimu," senyum Alberta tampak menikmati sikap Janied.

"Wanita keparat! Cepat katakan apa yang kau inginkan!" Janied mulai kesal.

"Duduk!" Alberta mulai mengubah ekspresi wajahnya menjadi sangat dingin, bak seorang pembunuh.

Janied bergeming. Dia tak serta-merta mengikuti ucapan Alberta, dan justru melirik tajam ke arahnya.

Gairah Liar Sang MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang