.
.
.
"Maaf bang jean, gue belum siap" balas lisa dengan sendu.
Jean melihat raut wajah lisa menjadi sedih dari jauh sana juga merasakan apa yang lisa rasa.
"Hm, gapapa"
"Lis"
"Ya?"
"Sebenernya lu suka sama siapa?"
Lisa menatap langit malam dengan tatapan kosong.
"Gue ga tau bang, sulit banget. Walaupun gue keliatannya cuek gue tau kalo kalian suka sama gue. Gue orangnya terlalu peka"
"Jujur aja hati gue belum siap. Gue takut sama yang namanya menjalin sebuah hubungan. Gue punya trauma"
"Saat kita terjalin di hubungan yang serius itu artinya kita ga main-main dalam segala hal"
"Gue dulu juga punya tante yang nikah umur 20 tahun. Awalnya pernikahan mereka baik-baik aja tapi selang 2 tahun menikah tante gue bolak-balik ke rumah gue kadang dia nginep."
"Dia cerita kalo dia sering dikasarin sama suaminya. Di situ gue masih kecil dan ingatan tante gue selalu ada di kepala gue"
"Gue takut, dulu ayah bunda pernah berantem. Yaaa berantem kecil sih"
"Tapi emang dalam rumah tangga itu ga main-main batin harus siap"
"Awalnya gue juga mau nikah di umur 19 tahun tapi"
"Gue mikir-mikir dulu deh"
Jean terdiam, bener apa yang lisa bilang. Di satu sisi Jean sedih di sisi lainnya Jean senang kenapa?
Akhirnya lisa cerita panjang lebar ke dia.
"Lu istirahat gih"
Lisa menatap Jean dan mengangguk "yaudah kalo gitu assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam, jangan lupa sebelum tidur baca ayat kursi ya"
"Hahaha iya bang, tiap hari gue baca malah."
Tut.
Lisa masuk kedalam kamarnya sementara Jean masih memandang balkon lisa.
Lisa sulit sekali untuk di gapai.
"Masa gue kudu pake pelet ble!"
.
"Jadi lisa kamu Terima kuliah nya?"
"Lisa maunya gitu tapi..."
Ayah sama bunda saling melirik mereka sedang sarapan bersama. Sementara si kembar udah ke sekolah pagi banget. Katanya ada piket.
"Jujur ayah sama bunda susah banget ngelepas kamu. Tapi... Ini demi kebaikan kamu juga. Kamu boleh pergi"
"S-serius?!"
"Iya, dengan syarat kamu harus lulus secepatnya."
Lisa mengangguk cepat "iya! Lisa bakal tuntassin dalam waktu 3 tahun!"
"Nak..." bunda merentang kedua tangannya lalu lisa langsung memeluk bunda
"Maafin bunda, dari kecil kamu harus dewasa sama keadaan kamu juga harus nerima semua cacian nenek"
"Bunda ga bisa kasih apapun ke kamu. Tapi untuk saat ini bunda mau ngalah sama kamu. Bunda sama ayah ga boleh egois kan?"
Air mata lisa jatuh, "lisa cape, cape banget bunda tapi lisa ga boleh berhenti sampai sini aja kan? Lisa udah lupain masa lalu lisa! Dan lisa bakal buat ayah sama bunda seneng!"
Dan mereka berpelukan layaknya teletabis.
.
H-3
"Mahen Hendra temenin mb- haaahh" Lagi-lagi kedua adiknya menghindari lisa. Mereka masih kecewa ya? Udah seminggu mereka kaya gini. Mereka tau kok lisa mau ke London.
Lisa jalan menunduk menuju teras, lalu lisa tak sengaja melihat eric
"Ric!"
"Mau kemana?" tanya lisa
"Depan lis beli gula buat ibu"
"Ohhhhhh"
"Lu mau kemana lis?"
"Mau beli peralatan"
"Mau kemana?"
Lisa senyum manis "pergi yang jauh Ric" setelah itu lisa naik motor matic nya
Entah kenapa perasaan eric ga tenang
"Gue temenin ya?"
"Gausah gue bisa sendiri kok, dahhh Ric" lisa langsung meninggalkan eric
"Ya Allah perasaan apa ini" eric menekan dadanya. Sakit sekali.
10 menit eric berjalan.
Lalu dia menuju depan komplek disana ada jalanan besar dan beberapa ruko.
'BRAK!"
"Astaghfirullah"
eric cukup terkejut mendengar dentuman yang cukup keras. Lalu eric menghampiri ada beberapa orang ramai.
Ada apasih tapi kok motornya eric ken-
"LISA?!"
"LISA LISA BANGUN LISAAA!!!!!"
eric memangku kepala lisa, darah terus mengalir, lalu tatapan lisa menjadi sedih
"Ric sakit"
Lisa pun menutup kedua matanya.
"LISA BUKA MATA LU LISAAAAAA!!!!!"
"AAAARGHH,"
tak lama ambulan pun datang.
OOke gais saya nangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edisi Ramadan
Ficção AdolescenteCuma kisah pendek lisa sama para imam komplek Calandra. "heh walaupun gue pindahan dari solo gue ga bisa bahasa gaul kaya lu pada ye!" "Astaghfirullah, taheer..." "ck, lu mau punya pacar sholeh? lah ga salah? lu lagi nyari babi tapi halal? gila k...