Hai selamat datang di karya pertamaku ya. Semoga kalian suka dan berkenan untuk memberikan Vote, kritik dan sarannya.
Cerita ini masih belum menjadi penulisan rapi karena belum dilakukannya revisi. Banyak pengetikan yang masih salah.
Cerita ini mengandung unsur dewasa (18+) karena penggunaan bahasa kasar dan beberapa adegan dewasa yang walaupun tidak dijabarkan secara rinci karena author bukan ahlinya. Walaupun author udah menikah.😁
Untuk dibawah umur harap bijak dalam membaca saya tidak memaksa anda untuk membaca jadi bisa dihiraukan saja. Untuk yang sudah dewasa maaf di tulisanku ini tidak bisa menjabarkan sesuai dengan ekspetasi kalian karena aku meamang benar benar tidak ahli. Terkadang aku dianggap kalah dengan beberapa anak remaja dibawah usiaku dia lebih pandai dalam hal ini. Hehehe jangan ada yang tersinggung.
Selamat membaca
Suara tangis kencang terdengar dari ruang persalinan. Gadis cantik dengan kulit putih semurni giok terlahir dengan membawa takdir di kedua bahunya.
Hera menatap bayi kecil yang menggeliat di atas tubuhnya. Perasaan marah dan jijij terus terbentuk di dalam hatinya. Bukan tanpa alasan karena anak yang tidak diharapkan bertahan hidup dan lahir.
"Bajingan, bukankah ku katakan jika aku tak menginginkan bayi ini! Dan sekarang kamu hanya tersenyum melihatku harus merasakan rasa sakit." Hera berteriak marah setelah melihat muka suaminya yang tersenyum kearahnya.
"Bukan ku katakan bayi ini akan membawa uang nantinya. Apa kamu tidak melihat seberapa berat bayi yang kamu gendong seberapa berat uang yang akan kita dapat. " Kata Jony mencoba membujuk istrinya, jika dia sedikit saja melakukan kesalahan dengan tempramen Hera tidak akan sulit untuk membuang bayi yang ada di tangannya.
"Dasar pencatut." Hera mendengus dingin.
Tidak ada yang lebih tau dari Hera mengenai sifat suaminya yang rakus untuk masalah uang.
"Ini! Urus saja uangmu." Hera meletakkan bayi dengan sembarangan di ranjang lalu bersiap untuk mengambil posisi tidur.
"Istriku." Panggil Jony lembut seraya mengambil bayi ke dalam pelukannya.
"Katakan saja ide busukmu itu aku dengarkan." Kata Hera enggan menatap wajah suaminya Jony.
"Hera, kupikir harga bayi ini tak akan menghasilkan banyak uang. Bagaimana kalau kita merawatnya dan memanfaatkannya terlebih dahulu dan baru kita jual." Sebersit cahaya melintas di mata licik Jony.
"Apa yang mau bajingan sepertimu manfaatkan darinya?" Tanya Hera membalikan tubuhnya menghadap Jony.
Senyum licik muncul di wajah Jony. Tak ada yang lebih menjijikkan dari kedua orang tua ini untuk memanfaatkan anaknya ketika dia baru lahir.
"Bukankah tubuh remaja sangat mahal jika kita lemparkan untuk para macan tua yang kelaparan." Jawab Jony dengan teka teki.
Hera tertegun sejenak mendengar ide Jony yang sangat hina. Hera tau jika Jony sangat menyukai selakangan wanita tapi bukan berarti dia juga akan memanfaatkan darah dagingnya sendiri bukan? Sungguh sangat menjijihkan.
"Bajingan, tak ada yang lebih menjijihkan dari idemu ini. Aku tak peduli tentang urusanmu. Aku sudah mengeluarkannya dari perutku dan sesuai perjanjian aku tidak akan merawat anak itu." Kata Hera dengan nada tajam mengingatkan.
"Tentu itu janjiku, aku yang akan merawatnya." Kata Jony tersenyum lebar.
Wajah polos bayi hanya menatap lembut kepada sosok ayah yang sedang memeluknya, hanya merasakan jika itu kasih sayang bukan sebuah ambisi untuk menghancurkan. Semua kejadian ini tidak akan pernah diharapkan oleh sang bayi ketika beranjak tumbuh karena baginya menjalani kehidupan yang pahit lebih baik tidak lahir ke dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMARA
RandomSemua Tangis dan Luka bayaran untuk Harapan. Penghinaan, Penyiksaan, dihancurkannya harapan, menjadi sebuah ujung tombak yang menembus dalam di hati Amara. Banyak jalan cerita menceritakan kebahagian dalam keluarga. Banyak dongen anak anak yang me...