Selamat membaca
Jangan lupa vote, comment kritik dan sarannya. Jangan ragu ragu buat kritiknya biar bisa bikin perkembangan di authorChelo membawa Amara setelah dua hari diberi perawatan pada lukanya. Kali ini Chelo berniat untuk membawa Amara ke Jessica untuk membuat penawaran terbaik.
Chelo tersenyum sepanjang jalan dan sesekali melihat Amara yang menatap kosong ke jalanan. Dia tidak peduli dengan perasaan orang lain selama itu membuat perasaannya sendiri bahagia dan kebutuhannya terpenuhi.
Chelo berhenti di depan gedung bernuansa serba hitam dengan pencahayaan yang keluar dari luar. Tetapi ketika kamu memasukinya kamu akan paham jika tempat ini adalah tempat dimana orang penuh dengan semangat.
"Kamu tunggu disini, jangan membuat kegaduhan apapun. Aku akan menemui Jessica dulu." Chelo mengarahkan Amara di ruangan yang lebih sepi dari tempat yang dilalui mereka tadi.
"Tori tolong jaga gadis ini jagan buat dia sampai kabur." Teriak Jessica melihat orang bertubuh kekar yang tidak jauh berdiri dari posisinya saat ini.
Seorang pria berbadan besar dengan potongan cepak membuat semua akan berpikir jika dia galak untuk pertama kali berpandangan.
Tori menatap aneh pada Chelo dan Amara secara bergantian.
"Siapa dia?" Tanya Tori dengan tatapan curiga pada Chelo. Sebagai keamanan dia perlu memastikan setiap orang yang datang dan tidak membuat ulah."Dia anggota baru. Kamu cukup berdiri saja disini dan awasi dia. Dia sangat penting untukku." Chelo memberi penekanan di kalimat terakhir, membuat Tori mengangguk paham.
Tidak akan ada yang mau meremehkan Chelo karena posisi Chelo disini tidaklah sederhana. Terlebih sebagai penarik pelanggan nomer satu.
Chelo membuka pintu ruangan Jessica secara perlahan, memastikan sang punya ruangan memang ada.
"Masuk, tak perlu mengintip seperti pencuri." Ucap Jessica ketus.
Chelo menggaruk belakang kepalanya dengan malu. Sifat Jessica yang mengatakan semaunya sendiri sangat terkenal dikalangan orang orabg dunia malam. Membuat beberapa orang enggan berurusan dengannya. Si mulut pedas.
"Aku membawa barang baru." Kata Chelo memberi perumpamaan kepada setiap gadis yang dia bawa sebagai penghibur malam adalah barang.
"Pastikan dulu kualitasnya bagus. Jika tidak aku bahkan enggan untuk melihatnya." Jessica tidak mengalihkan pandangannya dari buku tebal saat berbicara dengan Chelo.
Chelo menahan amarahnya, Jessica selalu menganggap dirinya tidak lebih dari sebuah bawahan yang pantas jika tidak dihargai.
"Aku pastikan bagus, dia bisa menjadi kualitas nomer 1 kelak." Kata Chelo dengan bangga. Bukan hanya omongan besar belaka, karena Amara memang memiliki semua penilaian itu walaupun usianya masih muda dia memiliki wajah yang sangat cantik dan senyum indah, kulit putih kekurangannya hanya tubuh kurus kurangnya perawatan.
"Jika kamu bisa menjaminnya, aku percaya itu. Cepat bawa anak itu kesini." Perintah Jessica.
Chelo langsung bergegas keluar dan menarik Amara untuk mengikutinya memasuki ruangan.
"Lihat aku sudah membawanya." Ucap Chelo mengintupsi pekerjaan Jessica.
Jessica mengalihkan tatapannya dan jatuh pada tubuh Amara. Sesuai dengan omongan besar Chelo, Amara memang berpeluang untuk menjadi kelas satu di club.
Amara menatap balik dengan tatapan dingin enggan untuk beramah tamah, tapi tidak menyurutkan rasa ingin tahu dan penilaian Jessica padanya.
"Tunggu aku rasa dia sedikit familiar." Ujar Jessica dengan dahi berkerut, mengingat wajah Amara yang pernah dilihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMARA
RandomSemua Tangis dan Luka bayaran untuk Harapan. Penghinaan, Penyiksaan, dihancurkannya harapan, menjadi sebuah ujung tombak yang menembus dalam di hati Amara. Banyak jalan cerita menceritakan kebahagian dalam keluarga. Banyak dongen anak anak yang me...