Tak Melihat Mentari 2

11 10 0
                                    


"Ben... Beni..." Sebut Amara dengan terbata bata.

"Bagaimana kamu bisa kesini? Apa kau akan bekerja lagi dengan Boss? " Tanya Beni dengan nada antusias. Senyumnya secerah mentari seolah tidak ada beban hidup yang menghempit dirinya. Atau memang Beni terlalu pandai untuk menyikapi kenyataan pahit dari hidup?

"Ti... Tidak aku.. Aku. " Amara bingung untuk memberi jawaban. Pasalnya jika dia mengatakan tujuannya bukankah akan terlihat sangat hina dan menjijihkan.

Aku disini untuk melayanimu?

Aku disini sebagai pelayan sexs untuk semua orang?

Atau

Aku seolang pela**r mungkin kau tahu jawabannya?

Terdengar tidak nyaman untuk disebutkan sama sekali.

"Dia disini sebagai gadis panggilan." Ucap Ning Tao memecah suasana canggung sebelumnya.

"Gadis panggilan? " Beni menatap tidak percaya ke arah Amara.

Amara hanya menundukkan kepalanya tidak ingin membenarkan perkataan Ning Tao dan tidak ingin melihat Beni yang akan memandang jijik ke arahnya.

Tapi yang tidak Amara ketahui adalah Beni memandangnya penuh dengan perasaan cemas dan iba. Beni sangat takut jika Amara akan menjadi gadis mati berikutnya karena menjadi wanita panggilan yang di sewa Ning Tao.
Beni tahu persis bagaimana perlakuan teman temannya dan boss Ning Tao yang sangat menyukai permainan ranjang yang kasar dan banyak siksaan.

Banyak kata yang diucapkan Beni pada Amara. Hanya saja Ning Tao masih berdiri di sampingnya dan menatap lekat ke arah Amara.

"Kalian akan melakukan pekerjaan setelah semua anak buahku selesai dengan kegiatan mereka. " Ucap Ning Tao berlalu pergi.

Beni segera berlari mendekat ke arah Amara dan mengguncang bahunya setelah kepergian Ning Tao. " Apa kau gila? Bagaimana bisa kau menjadi wanita menjijihkan seperti ini? " Teriak Beni penuh dengan nada ketakutan.

"Aku menjijihkan? " Tanya Amara mengulangi perkataan Beni yang menyentuh titik sakit di hatinya.

"Bu... Bukan maksudku ada apa ini? Kenapa harus kamu yang dipanggil? Apa kamu tidak tahu bagaimana nasib wanita sebelumnya? " Tanya Ning Tao mengguncang bahu Amara berulang kali. Seakan akan Beni ingin membangunkan Amara dari mimpi buruknya.

"Aku tahu." Balas Amara mendengus keras mengingat niat Jessica dan Chelo yang sebenarnya.

"Kamu tahu? Kenapa masih datang kesini. Pulang dan beritahu bossmu untuk berganti dengan yang lainnya. Bilang jika kamu yang diajukan sama saja dengan mempercepat takdir kematian. " Jelas Beni dengan emosi yang bercampur aduk. Walau dia mengenal Amara sebentar tetapi perasaan melindungi untuk Amara sangat besar seolah Amara sangat berharga untuknya dan tidak boleh dihancurkan.

"Untuk apa aku memberitahunya? Jika dia yang menginginkan kematianku. " Celetuk Amara menahan gemelutuk gigi karena emosi.

"Jessica? Apakah kalian melakukan kesalahan sebelum di lempar ke sini?" Tanya Beni. Beni sedikit banyak mengetahui beberapa informasi mengenai wanita yang bekerja di bawah naungan Jessica.

"Refina tidak melakukan kesalahan apapun hanya saja berteman denganku dan membuatnya terseret." Jelas Amara dengan tatapan yang berubah tajam.

Mengingat alasan bodoh dari Chelo dan Jessica dengan membuat Refina ikut. Tidak lain hanya karena menjadi teman Amara.

"Tidak ada jalan keluar, tapi aku akan membantu kamu sebaik mungkin untuk tidak banyak melakukan atau melayani. "  Janji Beni dengan sungguh sungguh.

Amara memberi Beni senyuman hangat. Akan selalu mutiara bersih ditengah air kumuh.

AMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang