Dimana Kamarku?

5 3 0
                                    

Nicholas benar benar menghilang dari pandangan Amara dalam beberapa hari terakhir. Bahkan selalu orang lain yang mengantarkan makanan dan merawat lukannya.

"Dimana manusia batu itu?" Tanya Amara kepada seorang gadis yang diketahui sebagai salah satu pelayan yang ada si samping Anjani yang baru di ambil akhir akhir ini.

"Manusia batu?" Tanya si gadis merasa bingung

"Ahhh maafkan aku. Nicholas seperti batu di sangat kaku. Membuatku selalu lupa untuk menyebutnya manusia batu. " Jelas Amara tersenyum canggung.

"Tuan Nicholas, maafkan saya. Saya tidak tahu." Ucap si gadis merasa bersalah karena tidak dapat mengetahui keberadaan Nicholas untuk diberitahukan kepada Amara.

"Sudahlah selain batu dia memang seperti hantu. Sering kali menghilang entah kemana." Ucap Amara dengan cemberut.

Si gadis yang tidak diketahui namanya hanya tersenyum lucu. Sering kali Amara mempertanyakan tentang nama gadis yang merawatnya hanya saja selalu memiliki jawaban yang sama. Nyonya yang membelinya belum memberinya nama.

Apakah begitu tidak penting nama diri sendiri sampai si gadis menerima nama apa saja yang akan diberikan padanya. Informasi yang Amara dapat dari si gadis. Ternyata si gadis dibeli Anjani dari perdagangan budak. Di jaman sekarang ini untuk perdagangan manusia masih banyak dilakukan hanya saja secara sembunyi sembunyi. Keuntungan dari pembelian budak adalah kesetiaan yang bisa lebih terjamin dibandingkan jika kita menyewa tenaga orang dari luar yang sangat rentan. Dan sisi lainnya lebih menghemat biaya karena hanya perlu memberinya tempat tinggal dan makan sebagai pokoknya. Untuk fasilitas diberikan secara lengkap jika budak yang dibeli bisa melakukan perkejaannya dengan baik.

"Terimakasih. Kau bisa kembali bekerja, aku ingin istirahat sejenak." Intruksi Amara yang langsung disetujui oleh si gadis.

Amara benar benar terlelap di dalam tidurnya. Tanpa menyadari Nicholas masuk ke dalam kamar dan menatapnya dalam diam. Beberapa hari absennya Nicholas dikarenakan adanya hal yang perlu dilakukan olehnya.

Nicholas mengangkat tubuh Amara yang masih nyenyak dalam tidurnya dan membawanya ke kamar Amara sendiri.

Amara yang merasakan tubuhnya seolah diletakkan di ranjang empuk segera membuka matanya. Dan menatap tempat asing yang berbeda dari kamar Nicholas.

"Sekarang aku ada dimana?" Tanya Amara dengan penuh kebingungan.

"Ini kamarmu." Ucap Nicholas yang duduk di kursi sudut ruangan.

Amara membalikkan tatapanya mengarah dimana suara Nicholas berasal. Dan wajah milik Nicholas kini tengah menatap dingin ke arahnya.

"Apa itu kamu manusia batu?" Tanya Amara memastikan.

"Hmmmm" Jawab Nicholas singkat.

"Manusia batu, kamu bilang ini kamarku? Mengapa berbeda?" Tanya Amara penuh penasaran. Nicholas tidak menatap Amara kini tatapannya sudah fokus pada majalah yang ada di pangkuannya.

"Aku yang merubahnya." Balas Nicholas acuh tak acuh.

Amara membuka matanya lebar. Apakah Nicholas seorang gila kesempurnaan? Bahkan dirinya akan gatal ingin merubah sesuatu yang dipikirnya tidak disukai olehnya? Dan selama ini dia sibuk hanya untuk merubah kamarnya?

"Kenapa harus warna putih?" Tanya Amara penuh keheranan.

"Itu warna kesukaanmu." Balas Nicholas disambut dengan ketidakpercayaan Nicholas yang mengetahui warna favoritnya.

"Bagaimana kamu tahu?" Tanya Amara

"Menyelidikimu" Balas Nicholas tak ingin menutupi kebenaran.

"Apa kau menyelidikku secara mendetail. Itu terdengar sangat tidak sopan." Ucap Amara dengan wajah cemberut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang