Bertemu Chelo

15 9 10
                                    

"Kamu ada disini?" Kata seorang gadis cantik berambut ikal dengan heran.

Semua anak yang ada di dalam ruangan mendengarkan percakapan pengurus panti yang ada di depan pintu. Dan mau tidak mau bergidik takut ketika mendengar sepatah dua patah kata mengenai Jony.

"Maafkan aku." Ucap Amara dengan tubuh bergetar hebat rasa takut menghinggap hatinya. Takut semua orang akan lebih menyiksanya karena menjadi penyebab kekacauan.

"Sebenarnya kedua orang itu benar benar mencari kamu?" Tanya gadis itu lagi.

Gadis yang lain mau tidak mau penuh dengan tanya bagaimana salah satu temannya seakan berbicara sendiri di sudut ruangan.

"Kamu berbicara dengan siapa?" Tanya gadis berwajah manis.

"Anak yang di cari kedua orang tadi." Jawab Krissan pada teman temannya.

"Ada diamana? Aku tidak melihatnya?" Ucap Gabriella penasaran.

"Disini." Tunjuk krissan ke tempat dimana Amara bersembunyi.

"Keluarlah kamu sudah aman. Mereka sudah pergi sejak tadi." Suruh Krissan pada Amara.

Amara keluar dari persembunyiannya membuat yang lain terkejut, tentu bukan Krissan karena dia menemukan Amara tadi setelah melihat adanya bayangan orang dari celah belakang lemari karena sorot lampu.

"Lihat dia penuh luka." Tunjuk Gabriella kasihan.

"Ayo rawat dulu lukamu aku akan membawamu ke pebgurus panti." Krissan berniat membawa Amara ke pengurus panti dan memberi tahu jika Amara adalah anak yang dimaksud oleh dua orang tadi.

Amara menolak dengan tegas menghempaskan genggaman Krisaan dan berlari ke arah jendela ruangan yang cukup rendah dan mudah untuk di jangkau.

"Tunggu jangan lari." Teriak Krissan dan yang lainnya tak percaya Amara akan lari begitu saja.

Amara menarik semua rasa sakitnya dan berlari secepat yang dia sanggupi. Kekacauan tadi karena dirinya pasti membuat pengurus panti sangat marah. Terlebih lagi Amara bukan anak dibawah naungan panti pasti pengurus panti tidak akan simpati padanya. Dan kemungkinan untuk dikembalikan pada Jony dan Hera sangat besar. Untuk itu Amara tak berniat menunggu untuk bertemu dengan pengurus panti dan langsung berlari pergi.

Amara menengok kebelakang tidak adanya kejaran dari Krisaan dan temannya, membuat Amara melambatkan langkahnya dan mulai mencari tempat istiraha.

Tenaga mulai terkuras habis tidak adanya asupan dari air dan makanan membuatnya mudah merasakan lelah.
Ditambah lagi dengan luka yang makin melebar tanpa ada tindakan pengobatan. Membuat luka terinfeksi dan membengkak disana sini.

Amara menatap kosong ke depan saat ini dirinya sudah dudu di balik semak semak yang ada di taman tidak jauh dari panti.

Seluruh tubuhnya terasa lemah, enggan untuk terus berlari.

Kelopak mata Amara menutup perlahan. Saat ini perasaan kantuk melanda dengan hebat, tanpa bisa dicegah Amara tertidur lelap dalam posisi meringkuk di balik semak.

Jony membanting botol minuman ke tembok di depannya. Di sepanjang perjalan Hera terus meneriakinya bodoh dan menjijihkan. Belum lagi Amara yang tidak kunjung ditemukan membuat emosi Jony sudah tidak dapat dibendung lagi sampainya dirumah.

Hera dan Jony memutuskan untuk pulang dan tidak melanjutkan pencarian karena sudah larut malam. Jika terus dilanjutkan akan lebih tidak membuahkan hasil karena lelah dan pikiran tidak terfokuskan.

"Ini semua salahmu." Teriak Jony menyalahkan Hera.

"Salahku?" Ucap Hera

"Iya kau yang menyiksa dan mengurungnya." Kata Jony menunjuk Hera dengan marah.

AMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang