Jangan lupa Vote, komment kritik dan sarannya ya kawan.
Aku kayanya butuh banget asupan semangat sekarang udah mulai ada rasa mood berkurang buat nulis. Penasaran kenapa?
Selamat membaca buat kalian
Amara menahan dingin malam hari ketika meringkuk di balik semak semak yang ada di taman. Langit gelap tanpa adanya bintang terlihat masuk ke pupil mata Amara.
Sudah berlalu sejak lama Amara mulai memberanikan diri lagi untuk berjalan mencari trmpat yang bisa memberinya perlindungan dengan pasti.
Amara menahan rasa sakit di kakinya. Langkah kaki dipaksakan membuat beban di tubuh semakin berat. Tak menyurutkan keinginan Amara sedikitpun.
Tuhan memang memiliki rencana lain, Amara merasakan sakit berlebih di kepalanya. Tak tahan Amara jatuh pingsan tanpa memperdulikan dimana dirinya terjatuh.
Sorot lampu mobil tiba tiba berhenti ketika sesosok tubuh terjatuh tepat di depannya.
Chelo bergegas keluar takut menyebabkan luka ketika dia berhenti mendadak tadi.
Chelo membalikan tubuh kecil dan tatapan terkejut tidak dapat dihindari. Ternyata itu Amara gadis yang di cari Jony dan Hera sejak pagi sekarang ada di dekapannya.Apa ini takdir rencana jahat terbesit di kepala Chelo. Dirinya di awal gagal karena Hera mengusai semua keuangan yang diberikan Ning Tao untuk upah pembayaran Amara. Dan kini dia memastikan jika dirinya bisa mendapatkan seutuhnya uang yang dihasilkan anak ini.
Pertama tama Chelo harus merawat Amara terlebih dahulu untuk menjalankan langkah selanjutnya.
Tubuh Amara yang kurus tidak memberi kesulitan untuk Chelo memindahkannya ke dalam mobil. Chelo menekan gas dan melajukan mobilnya ke alamat pelanggan dia tetap berminat untuk uang ini. Dan untuk Amara dia hanya perlu meletakkannya di mobil untuk istirahat.
Penampakan rumah besar dengan halaman luas membuat Chelo merasa sangat puas. Kali ini dia sangat yakin akan mendapatkan hadiah lebih dari pelanggannya.
Chelo membuka kaca jendela mobil memastikan agar Amara tidak kehabisa udara lalu memberinya selimut agar tidak memberi kecurigaan kepada penjaga yang berlalu lalang di rumah besar pelanggannya.
Ada nasib naas menunggu Amara tapi apa daya dia hanya gadis kecil yang tak memiliki daya dan upaya untuk melawan takdir Tuhan. Ketika dia mencoba merubah jalannya dengan melarikan diri, Tuhan memberikan jalan lain yang membuatnya untuk kembali lagi. Lalu untuk apa usaha jika hal yang dilakukan adalah uapaya sia sia.
Sesuai tebakan Chelo, pelanggannya memberikam banyak hadiah. Kebagiaan menghiasi wajah Chelo, senyum tak kunjung surut dari kedua sisi
Bibirnya."Apa ini. Apakah hari ini hari keberuntunganku hadiah ku dapat tanpa upaya apapun." Gumam Chelo berbicara pada dirinya sendiri.
Mobil melaju perlahan, tak ingin terburu buru Chelo ingin menikmati kebahagiaannya ini.
"Walau tua bangka, setidaknya dia memberiku lebih banyak dari pada yang lain." Chelo memang mendapatkan pelanggan yang berusia banyak tapi apa yang perlu dipikir selama uang mengalir.
"Aku harus merawat anak ini dan tidak memberitahu Jony terlebih dahulu. Atau semua rencana akan gagal karena mulut bodohnya yang berbicara pada Hera." Chelo mendengus sebal.
Hal yang paling membuatnya tidak suka adalah karena Jony memilih Hera saingannya dulu dalam mendapatkan pelanggan. Memang bukan salah Hera sepenuhnya karena saat Jony melamar dirinya, Chelo menolak karena tidak ingin terikat. Jika dia terikat dengan Jony betapa buruknya itu mungkin kondisi Hera kini menempel padanya.
"Sebaiknya ku bawa ke apartemen milikku, dan untuk selanjutnya akan ku bawa dia ke Jessica. Setelah semua pasti aku akan memberi Jony tahu dan hanya membaginya dengan bagian yang lebih sedikit. Bukankah itu indah." Chelo terus bergumam dan tertawa sendiri. Tak memperdulikan jika seseorang menganggapnya gila. Dia saat ini memang gila, gila karena kue manis jatuh di atas kepalanya.
Chelo menghentikan laju mobilnya dan menggendong Amara di punggungnya untuk ke lantai atas dimana kamar Chelo berada.
"Oh ya ampun walaupun tak ada isi bagaimanapun juga tubuh gadis berusia 16 tahun memang sangat menyusahkan untuk dibawa." Keluh Chelo meletakkan Amara di depan pintu miliknya.
Chelo mencari id card untuk membuka apartemen miliknya. Tak sanggup untuk menggendong lagi Chelo menarik lengan Amara dan diletakkan di sofa panjang yang ada di ruang tamu.
"Tak apa Chelo tak apa. Ingat untuk uang yang akan kau dapatkan rasa lelah ini akan sebanding nantinya." Kata Chelo memberi semangat pada dirinya sendiri.
Chelo mengambil kain untuk menutupi tubuh Amara yang di baringkan di Sofa dan berlalu meninggalkan.
Rasa lelah menghantui Chelo membuatnya tertidur tanpa ingin membersihkan diri dan berganti pakaian.
Matahari menyingsing semakin tinggi sinar matahari memaksa untuk masuk menyoroti wajah Amara. Kelopak mata Amara dengan susah payah untuk membuka.
Amara menatap bingung dirinya saat ini yang tengah terbaring di sofa di sebuah ruangan asing yang tidak pernah dia tahu.
"Ohhh sudah bangun." Suara Chelo mengintrupsi kebingungan Amara untuk menatap terkejut ke arah Chelo.
"Apa? Terkejut?" Tanya Chelo diiringi tawa kecil.
Wajah polos Amara berusaha memikirkan semua kemungkinan yang ada. Dan ketika dia mengambil titik kesimpulan mau tak mau dia harus kembali lagi jalan neraka melalui lubang yabg berbeda.
"Tatapan itu yang kau tujukkan padaku." Chelo mendengus tidak suak melihat tatapan Amara yang penuh dengan emosi dan kebencian.
"Aku menyelamatkanmu itu sudah menjadi takdirmum . Apa yang ingin kau ubah? Aku masih mau merawatmu dan memberimu obat untuk semua lukamu. Jika kau jatuh di tangan Jony lagi tidak bisa kubayangkan bajingan itu pasti akan memukulimu sampai hancur tak bersisa." Jelas Chelo merasa bangga karena terlihat lebih baik ketimbang pasangan Jony dan Hera.
"Lalu apa bedanya." Ucap Amara dengan suara serak karena tenggorakan yang terluka kurangnya air minum yang masuk selama beberapa hari.
"Tentu berbeda, tapi tetap memiliki tujuan yang sama. Aku berniat untuk membawamu ke Jessica. Tenang saja kamu akan hidup lebih baik kedepannya tidak seperti saat di peras oleh Jony. Untuk uang cukup kau berikan padaku untuk kubuat tabungan masa depan. Sampai kau dewasa, akan kuserahkan padamu nantinya." Kata Cheloe memasang wajah Dewa penolong.
Amara mendengus jijik mendengar narasi Chelo yang dilebih lebihkan apa itu tabungan? Dia harus menjadi mesin penghasil uang lagi untuk Chelo.
"Aku tak mempercayaimu." Kata Amara dengan jijik.
"Itu pilihanmu untuk tidak mempercayaiku. Tapi apa kau sanggup untuk lari dariku. Untuk berdiri saja kau perlu banyak tenaga bagaimana untuk lari. Aku tidak akan sebodoh Jony yang membiarkanmu bisa lolos. Lihat kau tidak akan bisa keluar dari pintu karena id card hanya ada padaku. Dan untuk lari dari jendela sepertinya ide buruk karena sekarang kamu berada di lantai 25." Chelo tertawa dengan keras merasa konyol untuk Amara jika menyusun rencana pelarian.
Wajah Amara mengeras, Chelo benar benar licik. Mengingat kembali dulu ketika dirinya harus menjadi kurir narkoba tak lepas dari upaya Chelo yang ingin memanfaatkannya.
Enggan menanggapi tawa bahagia Chelo. Amara mengambil posisi tidur dan memejamkan matanya.
Melihat tanggapan Amara yang cuek padanya mau tak mau membuat Chelo mengencangkan mulut
"Kamu akan menangis dibawah kakiku cepat atau lambat." Chelo menghentakan kaki dengan kesal dan meninggalkan Amara yang tengah menyelam dipikirannya sendiri.
"Untuk apa aku lelah berlarian, jika akan jatuh lagi. Sungguh melelahkan saja." Keluh Amara lirih pada dirinya sendiri. Amara sudah membuka matanya ketika mendengar Chelo pergi. Menatap rumit langit langit mengingat semua usahanya kemarin yang sia sia saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMARA
RandomSemua Tangis dan Luka bayaran untuk Harapan. Penghinaan, Penyiksaan, dihancurkannya harapan, menjadi sebuah ujung tombak yang menembus dalam di hati Amara. Banyak jalan cerita menceritakan kebahagian dalam keluarga. Banyak dongen anak anak yang me...