Hari Gelap

18 12 7
                                    

"Aku lelah bolehkah aku tidur dengan nyaman dipangkuanmu Ibu."


                      (Amara)

Jony membuka pintu kamar dengan senyum puas. Sama seperti yang Zax katakan. Hera tak sadarkan diri jika meminum bubuk obat itu.

Jony memindahkan tubuh Hera ke pelukannya untuk dibawa ke dalam mobil, untuk diantarkan kepada Zax sesuai dengan perjanjian. Jalanan yang lenggang dengan jarak tempuh yang tidak jauh Jony sampai di tempat tinggal Zax.

Zax yang mendengar suara mobil terparkir bergegas keluar. Senyuman lebar menghiasi di kedua sudut bibirnya.
Sesuai dengan harapan.

"Ternyata kau si cepat untuk masalah ini Jon." Zax menyambut tubuh Hera ke dalam pelukannya.

"Bukan hal besar. Hanya saja wanita ini terlalu bodoh untuk ku kelabuhi." Sesumbar Jony dengan bangga.

"Baiklah... Baiklah akhirnya aku bisa mencoba tubuh istrimu." Kata Zax penuh penekanan pada kata istri.

"Tidak masalah dia hanya wanita panggilan apa yang istimewa. Sebutan istri hanya untuk surat pemerintah." Jawab Jony cuek.

Memang selama pernikahan tak ada makna sakral dibaliknya. Jony enggan terpaku dengan satu wanita di hidupnya, begitu juga Hera yang sudah terlalu muak untuk mendapat balasan cinta dari Jony sejak awal.

"Aku pergi, masalah daun muda tak bisa ku hindari lagi." Jony menyeringai puas, keinginannya akan terpenuhi, pengganggu sudah di kesampingkan dengan rapi olehnya.

"Pergilah." Zax tidak berlama lama menanggapi dan berlalu untuk masuk ke dalam.

____________

Perasaan gelisah muncul tiba tiba di dalam hati Amara. Dirinya tidak beranjak sedikitpun dari depan jendela. Matahari kini mulai meredup menandakan senja akan tiba dan gelap akan bertahta.

Suara langkah kaki besar terdengar seperti genderang peringatan. Amara langsung berlari ke ranjang dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

Naluri waspada dari manusia berdering di dalam kepala Amara. Jika Jony datang kali ini bukanlah hal baik dan bukan hal yang mudah Amara hindari.

Keringat dingin tak diminta keluar dengan deras.

Kreetttt...

Suara pintu tua terbuka perlahan menandakan seseorang hendak menyeruak masuk ke dalam.

"Apa kau tidur? Atau pura pura tidur." Kata Jony menggoda di iringi tawa.

"Tidak menjawab, berarti siap untuk dihukum." Jony melangkah mendekati tubuh Amara yang bergetar hebat.

"Sebegitu takutnya kamu gadis kecil." Jony mengelus tubuh Amara yang tertutupi selimut tipis.

Amara beringsut mundur menghindari perlakuan Jony yang membuatnya takut.

"Tolong jangan sentuh saya Dad." Mohon Amara dengan isak tangis.

"Hussshhh.... Jangan takut." Jony meletakkan jarinya di depan bibir sebagai intrupsi untuk diam.

"Aku hanya akan mengajarimu hal yang membuatmu senang." Tambah Jony menyeringai Jahat.

"Ku mohon jangan." Tangisan Amara pecah tak ingin dibendung lagi. Rasa takut yang berlebih membuat hatinya merasa sangat tidak nyaman.

"Diam!" Bentak Jony yang sudah tidak sabar.

"Aku hanya akan mencobanya sedikit, bukannya mau membunuhmu. Kenapa harus takut? " Jony menarik kuat kuat selimut Amara hingga sobek.

AMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang