Elka menyentuh lengan Daniyal, berusaha mengingatkan lelaki tersebut untuk berhenti menyiksa tangannya. Ada apa dengan dirinya? Semenjak melihat wanita di depan mereka, dia mendadak menampilkan raut menakutkan. Namun, mendengar nada suara yang keluar dari bibir wanita ini, Elka bisa menebak bahwa sebelumnya mereka pasti cukup dekat.
"Katakan, Daniyal, perempuan di sampingmu buk--"
"Menyingkirlah."
Wanita itu menjengit kaget dan spontan bergeser ke sebelah, memberikan ruang bagi Daniyal dan Elka melanjutkan langkah. Begitu saja, lalu Daniyal segera mengajak--lebih tepatnya menyeret Elka--memasuki area rumah lebih dalam.
Elka masih memandangi sosok jelita yang terpekur sendu menatap lantai itu hingga kemudian Daniyal membuat perhatiannya teralih sebab pegangan pria tersebut semakin tak terkendali.
"Tanganku bisa patah jika kau cengkeram dan seret sesuka hati." Elka menyuarakan protes. "Kamu selalu begini, 'kan? Terobsesi mencederaiku."
Walaupun tak membalas ucapannya, Daniyal perlahan-lahan mengendurkan genggamannya di tangan Elka. Langkah mereka juga tak lagi terburu-buru seperti tadi.
"Rosita sepertinya butuh hiburan. Bermain peran sebagai Nenek penyayang mulai membosankan baginya," kata Daniyal tanpa melihat reaksi Elka. Tatapannya lurus ke depan. "Hiburlah dia."
"Dengan cara?"
"Buat dia marah. Jangan biarkan dia tenang. Rosita benar-benar harus percaya bahwa kita adalah pasangan kekasih."
Narasi yang sama kembali diulangi Daniyal, memancing rasa gemas Elka.
"Kau tahu menghadapinya tidak semudah membohongi Rafael dengan segala tipu dayamu. Wanita cerdas sepertinya tak akan mudah dikecoh oleh acting burukku. Kita sedang menghadapi Rosita Laila. RoLa Corp takkan sebesar itu jika ketajaman otaknya tumpul. Sebagai cucunya, kamu pastilah tahu orang seperti apa dirinya."
Dengkusan tajam terdengar dari Daniyal. "Sekarang pesimis adalah senjata barumu untuk melarikan diri? Jangan mencoba hal yang nanti kau sesali. Memaksamu terlibat dalam rencanaku adalah pertimbangan besar yang sudah kupikirkan sejak lama. Kamu bisa menghadapinya karena kau dan Rosita sama-sama gemar memakai topeng malaikat. Mempertemukan kalian adalah cara terbaik untuk membuat pertahanannya runtuh. Hilangkan asumsi eksesifmu sebab menghadapinya sesederhana menyembunyikan fakta bahwa kau adalah pembunuh. Keduanya sama-sama mudah."
"Aku tidak menyangka hubungan kalian serumit ini. Mengapa kalian terlibat dalam perang dingin?" Elka abaikan perkataan bengis Daniyal. Ia alihkan obrolan pada pertanyaan yang sejak kemarin terus berputar di benaknya. "Bukankah akan lebih baik bila aku tahu sebagian kecil inti permasalahan kalian agar peranku tepat sasaran? Secuil petunjuk darimu, menentukan keberhasilan rencana kita."
"Lakukan saja tugasmu dengan benar. Berhenti bertanya."
Elka kesal sendiri mendengar tanggapan sinis pria itu, tapi yang membuatnya semakin kesal adalah, mengapa pula dia jadi ikut penasaran pada situasi rumit antara Daniyal dan Rosita? Ini jelas bukan urusannya. Namun, tetap saja dia bertanya-tanya mengenai inti kemelut yang sedang terjadi pada dua orang tersebut.
Langkah mereka pun mulai mendekati ruangan tak berpintu yang hanya dipisahkan oleh partisi kayu berukiran bunga. Letaknya bersebelahan langsung dengan area living room.
Di sana, mereka disambut oleh wanita tua yang tak lain adalah Rosita Laila. Dia berdiri di ujung meja makan berukuran besar. Semua benda dan ruangan yang ada di rumah ini memiliki ukuran raksasa sehingga membuat Elka sedikit terintimidasi. Ia fokus menatap Rosita yang sedang merangkai tulip putih, dan ia letakkan pada vas bunga berbahan kaca di atas meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sonder [✓]
RomanceDisebut sebagai perempuan menjijikkan oleh pria yang ia cintai, membuat Elka sadar bahwa merasakan cinta adalah dosa terbesarnya. Dia pernah mencintai Daniyal hingga di tahap kehilangan urat malu karena menyatakan perasaan terdalamnya pada pria itu...