Rasanya baru lima detik yang lalu Elka merasakan lonjakan kepercayaan diri yang kuat karena merasa ia berhasil memprovokasi Rosita dengan balasan-balasan menyebalkan darinya. Namun, setelah mendengar kejutan besar yang disuguhkan Rosita, nyali Elka langsung goyah.
Bukan hanya terkejut, ia dapat merasakan bulu kuduknya meremang lantaran ia amat tidak nyaman oleh informasi konyol yang diucapkan Rosita.
"Saya tak menyangka Ibu memiliki selera humor yang unik." Elka tertawa kikuk demi menutupi gejolak aneh yang ia rasakan di hati.
Rosita sedang bergurau, 'kan?
"Begini, Bu, sekukuh apa pun Ibu menolak kebersamaan kami, saya nggak akan mudah disingkirkan sebab ini bukan soal uang dan ketenaran, melainkan perkara hati saya yang tak bisa menampik dalamnya cinta untuk cucu Ibu. Ibu boleh saja tidak seide dengan hubungan kami, tapi saya yakin bahwa kami adalah pasangan yang terikat oleh takdir. Jadi, Ibu tidak perlu bercanda seperti barusan hanya demi menggoyahkan keteguhan hati saya."
"Saya terlihat seperti orang yang gemar bergurau?" tukas Rosita datar, pancaran matanya benar-benar sulit untuk ditebak. Sebaliknya, dia berperan sebagai interogator yang berusaha mencari celah dalam melemahkan argumen dusta seorang terdakwa.
Cara Rosita berbicara meninggalkan kesan tegas yang membuat Elka merasa berkewajiban menjawab pertanyaannya, tapi jangan remehkan Elka. Kebebalannya juga tak bisa dianggap enteng.
"Setiap orang punya preferensi humor yang unik," lontar Elka diplomatis.
"Kau terlalu berpikir positif. Saya mengatakan yang sebenarnya. Daniyal menjalin hubungan serius dengan Handini Laroka."
"Ibu sadar apa yang Ibu katakan jauh dari batas norma sosial?"
Rosita tertawa. Benar-benar tertawa seolah hal yang Elka katakan membuatnya amat terhibur. Gusi sehat serta giginya yang rapi, ikut terlihat.
"Sudah lama saya meninggalkan kebiasaan manusia normal. Hal yang menjadi tolok ukur dari lazim tidaknya suatu norma, tidak lagi saya ikuti sebab saya percaya bahwa hidup tak melulu harus mengikuti norma-norma yang berlaku. Itu merepotkan. Saya punya standar sendiri untuk batas kewajaran mengenai suatu hal. Dan percayalah, kau tidak akan berani menghadapi saya jika kau tahu orang seperti apa yang sedang kau hadapi sekarang."
Elka tidak tahu apakah dia yang gagal paham tentang perkataan Rosita, atau apa yang baru saja dia dengar memang sesuai dengan interpretasinya.
"Umur hanyalah angka, bukan? Bila dua hati tak bisa menafikan kasih yang ingin dijalin, maka apa pun rintangannya, pada akhirnya mereka tetap satu."
"Tunggu ... tunggu, Bu." Elka mengangkat satu tangannya. "Kita sedang membicarakan topik ped*filia."
"Ya, lalu?" timpal Rosita enteng.
Tahu-tahu saja, vas bunga yang tadi dihiasi tulip putih oleh Rosita, hancur berkeping-keping setelah Daniyal yang entah sejak kapan sudah berada di dekat meja, melemparnya pada dinding ruang makan yang berada tidak jauh dari belakang tubuh Rosita.
Kejadiannya sangat cepat. Sama seperti ketika Daniyal menarik Gabri tadi. Elka tak sempat menunjukkan reaksi berlebihan sebab dia sama sekali tak memprediksi kejadian barusan. Satu-satunya reaksi nyata yang tampak adalah matanya terbelalak. Ini jauh lebih mengejutkan dibanding melihat adanya mayat terbaring kaku di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sonder [✓]
RomanceDisebut sebagai perempuan menjijikkan oleh pria yang ia cintai, membuat Elka sadar bahwa merasakan cinta adalah dosa terbesarnya. Dia pernah mencintai Daniyal hingga di tahap kehilangan urat malu karena menyatakan perasaan terdalamnya pada pria itu...