Elka menanti dengan hati cemas di depan pagar rumahnya. Dia tiba beberapa saat lalu, dan sudah meminta tolong pada Sus Ami untuk menghangatkan masakan agar Daniyal dan Rafael bisa langsung makan ketika tiba nanti.
Mereka pasti lapar. Elka menarik dua sudut bibirnya menjadi lengkungan tipis. Ia seperti seorang Istri yang menunggu suami dan anaknya pulang. Bukankah itu agak berlebihan? Pemikiran tersebut membuatnya tersipu bercampul geli.
Lima belas menit terlewat begitu saja. Dua orang yang ia tunggu belum juga muncul. Akhirnya, ia kembali masuk ke dalam rumah mengingat rintik hujan mulai berbondong-bondong membasahi sekujur tubuhnya.
Namun, kaki kananya baru saja menapaki lantai teras kala ia mendengar desing mobil perlahan mendekat ke arah rumah. Lantas, ia segera berbalik dan berusaha keras untuk tak terburu-buru membuka pagar. Ia harus bersikap santai, walau hatinya berdetak tidak keruan.
Dia langsung melihat moncong mobil Daniyal berhenti di depan pagar rumah. Elka abaikan rintik hujan menghantam wajahnya akibat tersapu angin. Ia sabar menunggu dengan diringi kegugupan.
Saat mobil terbuka, ia refleks menahan napas. Bahkan menelan ludah terasa sulit baginya. Bagaimana pun juga, dia dan Daniyal baru saja diberitakan putus. Bertemu secara langsung setelah perilisan berita tersebut, tetap saja akan membuat situasi di antara mereka terasa canggung.
"Payungnya mana? Rafael bisa basah."
Suara berat itu, bukan milik seseorang yang kedatangannya amat Elka nantikan sekarang. Dia yang keluar dari kursi depan mobil bukanlah lelaki yang Elka harapkan.
"Malah bengong. Ambilkan payung Elka."
Gabri berlari kecil ke sisi lain kursi penumpang. Dia menguak pintu mobil, lalu Karol yang sedang memangku Rafael terpampang jelas. Bocah lelaki dalam pelukan Karol itu tampak tertidur pulas.
"Kok diam? Nungguin siapa? Daniyal?" Mendapati Elka yang terdiam di tempat, Gabri serta merta membuka hoodie kuning yang ia kenakan, lalu menyelimutkannya pada sekujur tubuh Rafael. "Mantan kamu gak bareng kita. Dari bandara, dia langsung pulang ke rumah Pak Hamdan. Nungguin, ya? Kangen? Telat. Kalian bukan siapa-siapa lagi sekarang."
Gabri dengan entengnya mengutarakan kata-kata sinis itu pada Elka. Lalu, pria tersebut menggendong Rafael, melewati Elka acuh tak acuh.
Karol yang membawa barang bawaan Rafael menunduk singkat pada mantan kekasih bosnya, kemudian segera mengekori Gabri. Elka belum beranjak dari tempatnya berdiri, ia tetap menelisik isi mobil. Barang kali Daniyal sedang duduk di dalamnya. Siapa tahu, Gabri sedang berbohong, bukan?
Tetapi kosongnya kursi penumpang, sama hampanya dengan dengan hati Elka saat ini. Senyum kecutnya seketika terpampang. Daniyal memang berniat menarik diri. Dia seakan tidak memberi ruang bagi mereka untuk berbicara empat mata.
"Pernyataan putus kalian, Daniyal langsung yang memberikannya. Tugas saya hanyalah menghubungi beberapa wartawan, lalu menerbitkan berita itu sesuai permintaan bos saya." Gabri kembali berdiri di sisi kanan tubuh Elka. Dia sudah menyerahkan urusan Rafael pada pengasuh bocah itu. "Sayang sekali, Elka. Saya pikir kalian punya hubungan spesial, tapi ternyata saya salah. Daniyal, dia pria dengan kompleksitas hidup yang tidak biasa. Saya kira, kamu dapat menjadi sandarannya untuk mengurai segala kerunyaman itu."
"Oh, rasanya saya harus mengatakan ini. Dia juga tidak akan lama bersama kalian di HL Group, karena sejak awal dia hanya singgah sebentar untuk menyenangkan Hamdan Lateef. He don't belong there. Mungkin sekitar enam bulan lagi, dia akan kembali ke RoLa Corp. Siap membasmi tikus-tikus Rosita yang sejak lama bersembunyi di sana. Dia manusia ambisius yang sibuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sonder [✓]
RomanceDisebut sebagai perempuan menjijikkan oleh pria yang ia cintai, membuat Elka sadar bahwa merasakan cinta adalah dosa terbesarnya. Dia pernah mencintai Daniyal hingga di tahap kehilangan urat malu karena menyatakan perasaan terdalamnya pada pria itu...