Elka menepuk kuat pundak Daniyal dengan tangan kanannya, sedang tangan kiri ia gunakan untuk menjambak rambut lebat lelaki yang tak jemu membuat bibirnya membengkak.
"Enough," desis Elka usai birainya lepas dari kuasa lelaki tersebut. Ia lantas menyandarkan kepala lemas pada pundak Daniyal. Napasnya memburu, ia sampai membuka sedikit mulutnya demi meraup udara panas di sekitar.
Dia berjengit kala Daniyal juga menarik tangan lelaki itu dari dalam kemeja satinnya yang sudah begitu kusut. Seliar apa mereka tadi sampai tampilan Elka jadi seberantakan ini?
Setelahnya, dua lengan Daniyal kembali melingkari pinggul Elka, memberikan tarikan pelan sehingga tubuh mereka nyaris tak berjarak andai tidak dipisahkan oleh pakaian yang mereka kenakan.
Usapan lembut Elka rasakan di punggungnya. Ia pejamkan mata demi mereguk kembali ketenangan diri yang telah luluh lantak akibat keintiman yang mereka lakoni sejak dua jam yang lalu. Bahkan, AC mobil pun tak mampu memadamkan hawa panas yang saat ini melingkupi mereka.
"Beast," gumam Elka. "Kamu bikin napasku sesak. Aku bilang udah, kamu tetep gak berhenti-berhenti. Urusan begitu aja, penyakit tulinya kambuh. Dasar lelaki."
Senyum Daniyal merekah sempurna, dia sandarkan punggungnya pada jok mobil sehingga Elka juga ikut bergerak.
"Move slowly," bisik Daniyal.
Elka mengernyit, lalu segera menegakkan kepala. Ia tatap wajah Daniyal dari jarak yang sedikit jauh.
"Kenapa?" tanyanya. Ia salah fokus pada wajah Daniyal yang juga memerah. Dan entah mengapa, iras tampan di depannnya terlihat begitu seksi. Terlebih dengan senyum kecil yang terlukis di bibir ranumnya, Elka lagi-lagi merasakan sekujur tubuhnya meremang.
Kekehan singkat Daniyal lepaskan. Ia tatap mata Elka dalam. Berusaha mengirimkan sinyal supaya Elka sadar untuk tidak bermain-main dengannya jika tak ingin berakhir meraung, lalu memintanya berhenti menyiksa.
Dan berhasil. Tatapan lapar Daniyal membuat Elka ingin lari sekarang juga. Pria ini berbahaya jika dalam mode seperti ini! Elka merasa seperti dia akan dimakan hidup-hidup. Alhasil, ia mulai beranjak dari pangkuan Daniyal, yang mana malah membuat lenguhan amat rendah terbebas dari bibir pria tersebut.
"Elka," desis Daniyal memejamkan mata kuat-kuat. Rahangnya mengetat sehingga tonjolan urat pada lehernya ikut terlihat.
"Sorry," sesal Elka, tapi setelahnya dia malah terkikik lembut. Pantas Daniyal panas dingin. Tempat yang baru saja ia duduki terasa keras.
Dia tak berusaha menatap ke arah pria itu lagi karena matanya pasti akan langsung tertuju ke satu titik yang tak seharusnya ia pandangi di saat sekarang.
"Perv."
Ledekan Elka memancing dengkusan Daniyal. Tanpa beranjak dari tempatnya duduk, pria itu merentangkan tangan ke deret kursi penumpang, meraih jasnya yang tergantung pada hanger di jendela mobil.
Ketika berhasil meraihnya, jas tersebut ia letakkan di atas paha. Lalu mobil pun mulai dijalankan.
Beruntung, tidak ada yang coba menggrebek mobil setelah terhenti cukup lama pada bahu jalan. Di sini cenderung sepi sebab bukan jalanan besar. Entah Elka harus menyebutnya sebagai keberuntungan atau tidak. Pasalnya dia disiksa oleh Daniyal, sementara di lain sisi ia juga was-was ada yang akan menghampiri mereka.
Namun, yang pasti hatinya penuh akan kepuasan sekarang.
"So ... we share the same feelings. Jangan memberi penyangkalan sebab perbuatanmu barusan berkata sebaliknya," ujar Elka menyandarkan kepala pada jok mobil. Tangannya bersedekap menghadap ke depan. "Mengapa kau berusaha menjauh padahal kau juga memiliki ketertarikan padaku? Kau seperti namamu. Denial."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sonder [✓]
RomanceDisebut sebagai perempuan menjijikkan oleh pria yang ia cintai, membuat Elka sadar bahwa merasakan cinta adalah dosa terbesarnya. Dia pernah mencintai Daniyal hingga di tahap kehilangan urat malu karena menyatakan perasaan terdalamnya pada pria itu...