39 | Madwoman

2.9K 261 49
                                    

Part ini terdapat pembahasan yang kurang mengenakkan. Tidak untuk dibaca oleh kalian yang di bawah umur!

***

"Kita sudah berada di luar kantor. Kamu bukan lagi Daniyal Lateef atasanku, and i'm not your subordinate. Jadi, tak ada alasan untuk kita tidak melanjutkan obrolan pagi tadi."

"Kau sadar dengan apa yang kau lakukan sekarang?" Daniyal menyahut dingin.

"I couldn't be more sober."

"Elka."

"Ya, Daniyal."

Daniyal dibuat tak bisa berkata-kata oleh Elka yang tetap berada dalam pendiriannya. Dia amat keras kepala.

"Kau tidak bisa seenaknya pergi setelah mengacaukan akal sehatku. Perlu kuingatkan, kau yang membuatku goyah, maka jangan coba-coba lari." Elka kian merapatkan punggung ke jok mobil, seolah takut jika sewaktu-waktu Daniyal dorong keluar. "Berkatmu, aku keluar dari zona nyaman yang bertahun-tahun kudiami. Kamu yang menyeretku paksa untuk keluar dari duniaku, lalu mendorongku masuk dalam duniamu."

"Jangan coba lari. Dulu, itu kalimat favoritmu, bukan? Maka sekarang, biarkan kalimat itu menjadi milikku. Kau lari, maka bersiaplah kukejar."

Ultimatum telah Elka lancarkan. Keseriusan ucapannya adalah bukti bahwa dia enggan main-main sekarang.

"Apa yang membuatmu yakin bahwa Elka Dyatmika akan berperan sebagai gadis lemah yang menerima kata perpisahan dengan tangan terbuka? Kau salah, Daniyal. Takdir yang kau paksa untuk tak saling beririsan, aku menentangnya."

"Aku membebaskanmu. Camkan itu baik-baik. Bukankah kau menginginkan hak hidupmu yang tenang? Aku mengabulkannya, Elka. Jangan berlagak seolah kau terjebak dalam stockholm syndrome. Pikiranmu kacau. Harusnya kau gunakan waktumu untuk merenung, bukan malah melakukan konfrontasi bodoh seperti ini," timpal Daniyal tampak marah.

"Dulu, itu dulu. Aku memang pernah meminta dibebaskan, tapi tidak dengan sekarang. Silakan kunci kembali sangkar yang kau rakit," jawab Elka lugas. "Sudah kukatakan, aku tak akan beranjak dari sini."

Daniyal mengernyit. "Lalu apa? Kau berharap kita menjalin hubungan romantis?"

"Senang bila kau menyadarinya. Lantas, apa yang membuatmu menahan diri?"

"Aku bertanya, bukan mendaklarasikan pernyataan."

"Baiklah. Kalau begitu, biar aku yang membuat pernyataan." Elka mengangguk mahfum. "Mulai saat ini, kau adalah kekasihku."

Keputusan Elka terdengar lantang. Dia begitu percaya diri mengucapkan kalimat tersebut.

"Kita resmi menjalin hubungan. Perpisah hanya dapat terjadi bila maut hadir di antara kita. Penolakan atau kabur, sama sekali tidak diperkenankan. Kau belum mencintaiku? Itu perkara mudah. Cinta dapat tumbuh seiring waktu, asalkan kita meniti waktu bersama."

"Kuberitahu, Daniyal, jatuh cinta terhadap wanita sepertiku tidaklah sulit. Aku perempuan yang diimpikan banyak lelaki, jadi kau harus bangga karena lelaki yang kupilih adalah dirimu. Benar, aku sedang memaksa. Maka terimalah diriku, bersama dengan cintaku yang tulus untukmu."

"Jangan memaksakan kehendak, Elka." Daniyal meraup wajahnya sambil menghela napas berat, jelas menunjukkan frustasinya. "Sejak awal kita hanya rekan kerja."

"Rekan kerja tidak saling berciuman, Daniyal."

Perkataan yang diucapkan dengan nada tenang tersebut, seketika membungkam Daniyal. Berbeda dari Elka yang terkekeh. Oh, betapa dia menyukai ini!

Sonder [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang