26 | A Snowball's Chance in Hell

2.6K 230 20
                                    

Dalam tidurnya yang tak lagi pulas, Elka merasa bibirnya bergerak karena sentuhan. Gesekan kasar dengan ritme pelan, membuat napasnya memburu. Lambat laun, bibirnya merasakan perih yang cukup tajam. Dia lantas membuka paksa matanya dan hanya menemukan ceiling lamp yang berpendar redup di atasnya. Elka spontan menyentuh bibir saat tidak menemukan individu lain di ruangan ini.

Ngilu adalah hal pertama yang ia rasakan kala menyentuh bibirnya yang basah. Ia kembali memejamkan mata hanya untuk menghela napas berat.

Beberapa saat kemudian, ia mencoba bangun dengan bertumpu pada dua lengannya, membiarkan tubuh atasnya bangkit menghadap ke depan. Dia lalu meraup wajahnya demi melibas kantuk.

Pandangannya beralih pada cahaya terang yang berasal dari celah gorden abu-abu di jendela kamar. Sedetik kemudian, matanya membelalak. Ia sadar bahwa dirinya sudah terlalu lama dibuai lelap. Dia sempat terbangun tadi, tapi memilih tidur karena merasa tubuhnya masih butuh diisitirahatkan.

Elka lantas bergegas turun dari ranjang. Dia berlari kecil ke arah kamar mandi untuk mengambil pakaian yang ia yakini masih sangat basah. Mengenakannya pasti akan terasa kurang nyaman. Namun, itu masih lebih baik bila dibandingkan dengan menggunakan hoodie Daniyal.

Otaknya memang rusak karena bisa-bisanya dia merasa seperti tengah direngkuh oleh pria manipulator itu hanya karena mengenakan hoodie kebesaran miliknya. Kehangatan yang timbul ketika memakai hoodie inilah yang membuat Elka tertidur pulas.

Percuma menampiknya karena semalam dia tidak tertidur begitu saja setelah merebahkan diri. Elka masih digerogoti gigil yang membuatnya mendambakan kehangatan. Baru ketika ia merapatkan hoodie Daniyal, kondisi fisik dan perasaannya berangsur-angsur tenang.

Manusia penuh paradoks itu adalah dirinya. Berkata takut, tapi hatinya berperan sebagai pengkhianat. Bukankah dia sangat konyol? Sungguh memalukan.

Ketika memasuki kamar mandi, Elka tak menemukan pakaian basah yang ia ingat ditinggalkannya di tempat tersebut. Meskipun sudah berusaha mencari ke berbagai sisi kamar mandi, usahanya tetap sia-sia. Kepalanya memang terbentur setir, tapi bukan berarti dia mengalami amnesia. Elka ingat betul bagaimana dia meletakkan pakaiannya di sini.

Lejar mencari, dia memilih membasuh wajah kusutnya. Sejukur tubuhnya terasa nyeri. Dada dan bibirnya juga sakit. Sial. Dia terlihat sangat berantakan. Ke mana perginya sosok rapi yang biasa ia jumpai saat menatap percaya diri cermin besar di rumahnya?

Elka memutuskan keluar kamar mandi. Pulang tanpa busana tidak termasuk dalam rencananya pada pagi ini. Hal yang sama juga berlaku pada pakaian yang Daniyal pinjamkan. Bahkan bisa dibilang, dia lebih baik menggunakan kantong kresek sebagai pelindung diri dibanding mengenakai barang milik Daniyal.

Desisan geram terlepas dari bibir Elka. Efek benturan semalam agaknya membuat kinerja otaknya tumpul sampai-sampai  memikirkan hal konyol.

"Mencari ini?"

Elka yakin dia akan menderita serangan jantung karena akhir-akhir ini selalu dibuat terkejut. Pasalnya, Daniyal yang entah sejak kapan berdiri di depan pintu kamar mandi, mengangkat pakaian milik Elka sejajar dengan wajahnya sehingga membuat Elka begitu terkejut.

Ia refleks mengusap dadanya cepat. Bahkan, tangannya masih menggenggam kenop pintu kamar mandi saat Daniyal tahu-tahu bersuara. Elka bohong bila berkata tubuhnya prima, karena yang sebenarnya terjadi, dia merasa sangat lemas berkat kejutan yang Daniyal persembahkan barusan.

"Segeralah keluar," perintah Daniyal tak repot berbasa-basi. Dia langsung pergi selepas meletakkan pakaian milik perempuan yang menatapnya was-was ke atas ranjang.

Tatapan nanar Elka terpaku pada baju dan celana miliknya yang teronggok di ranjang. Daniyal benar-benar tidak memberi kesempatan pada tawanannya untuk kabur. Elka mengepalkan tangan.

Sonder [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang