07. Menurunkan Ego.

48 7 12
                                    

  Halo, haii!!! 💫

    Gimana kabarnya? Semoga baik ya!!

Silakan tinggalin vote disini! Jangan lupa!

Selamat baca temen-temen!!!

_____________________________

※ 07. Menurunkan Ego.

***

Pukul delapan malam, Sheeka baru sampai di rumahnya dengan perasaan yang campur aduk. Dan lebih banyak marahnya dari pada lelah. Dia yang masih berdiri di depan pintu pun, dengan segera berjalan masuk setelah membuka pintu itu. Setelah di dalam, dia menutup pintu di belakang punggungnya dan berjalan sedikit menunduk menuju kamar Kirana dengan seplastik puding di genggaman tangannya.

Saat dia akan membuka pintu kamar, tindakannya di hentikan oleh orang yang menepuk punggungnya. Sheeka segera berbalik badan untuk menemukan, ternyata Bundanya yang menepuk. Dia pun segera menyalami tangan Bundanya dan menatap wajah Naumi dengan intens.

"Bunda uda—"

"Jangan paksain diri kamu terus." selak Naumi saat mengusap bahu Sheeka dengan penuh perhatian. Lalu, dia melanjutkan, "Kalo belajar, jangan paksain diri kamu. Jangan forsir diri kamu berlebihan. Nggak baik, Bang ...."

Sheeka pun menghela pelan dan segera menunjukkan senyuman terbaiknya, meski di paksakan. Dia masih marah dengan ucapan Arik saat di kafe tadi, itu membuatnya menunduk menghindari tatapan mata Naumi. Orang yang selalu ia bohongi.

Naumi pun memasang mimik muka khawatir dan cemas. Lalu pandangannya melesat dari atas kepala Sheeka sampai kakinya yang masih mengenakan kaos kaki putihnya. Alis Naumi seketika menyatu.

"Kamu, sudah ganti baju? Atau kamu bawa baju ganti, sih? Bunda perhatikan, akhir-akhir ini kamu selalu pulang bukan dengan seragam kamu. Tapi baju kaos kayak gini." kata Naumi sambil mengusap lengan Sheeka.

"Aduh, mampus. Gue akhir-akhir ini emang nggak ganti baju lagi karna males." batinnya berseru.

Sheeka pun memijit pelipisnya dan hanya mengangguk pelan. "Iya, Bun ... Sheeka bawa baju ganti akhir-akhir ini. Soalnya, nggak enak aja keluar sampai malam ke perpus kota tapi masih pakai seragam sekolah. Takut ada apa-apa." jelasnya.

"Benar juga, sih ...." Naumi menjawab sambil mengangguk pelan. "Oh ya, kamu sudah makan malam? Mau makan? Bunda gorengin telur ceplok ya."

Sheeka menggeleng pelan saat menahan lengan Bundanya yang siap pergi ke dapur untuk memasakkannya makan malam. Dia pun tersenyum dan menatap Bundanya, "Nggak perlu, Bun. Sheeka bisa sendiri, Bunda istirahat aja. Bunda jangan bantah perkataan Sheeka yang ini. Demi kesehatan Bunda." tukasnya.

Naumi pun menghela pelan dan hanya mengangguk mengerti. "Oke, Bunda nggak bantah kali ini. Tapi kamu harus ingat makan, ya? Jangan telat. Jangan lupa bersih-bersih juga. Terus istirahat."

Sheeka mengangguk. "Iya, Bun. Ya udah, Sheeka mau ngeliat Kirana dulu. Bunda istirahat juga, jangan mikirin apapun yang ada di toko. Biar Sheeka yang urus kalo soal toko." peringatnya saat Sheeka membuka pintu Kirana.

Lalu, tanpa melihat Bundanya, dia sudah masuk ke dalam kamar dan segera menutup pintu di belakang punggungnya. Dan matanya pun menangkap pemandangan tiga orang yang sedang tertidur bersama.

PSYCHE [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang