21. Second Home?

32 5 6
                                    

Halo haii!!! ❤

Alangkah baiknya sudah meninggalkan jejak sebelum membaca!!! Tencu 🌻💫✨

Selamat membaca!!!

_______________________

※ 21. Second Home?

***

Ruang berwarna putih itu jelas ruangan yang paling tidak disukai oleh Arjen dan Athena. Kini waktu sudah menunjukkan pukul 10.45 malam. Athena sudah bangun sejak lima menit lalu, dia memiringkan badan tidak menghadap ke arah Arjen, lantaran kalau telentang, punggungnya sangat perih.

Arjen yang melihat baju seragam Athena basah akibat darah pun seketika merasakan sakit yang menusuk lagi pada hatinya.

Arjen mengusap pelan bahu Athena, lalu berkata pelan, "Kalo masih mau nangis, nangis aja, Na. Gue selalu disini, nemenin lo," 

Athena tidak menjawab, hatinya masih sakit mengingat perkataan menusuk dari David. Dia yang merasakan sifat abusive David pun semakin sakit hati, karena kenyataan kalau dirinya bukan bagian dari keluarga itu.

Selama dia hidup, dia baru mengetahui kenyataan itu, tetapi bukan dalam keadaan yang baik.

Seorang dokter muda kembali memasuki kamar Athena sambil membawakan resep obat yang baru saja ia tulis. Dia mendekati ranjang pesakit Athena, lalu mengusap rambut Athena dengan begitu lembut. 

Dokter dengan nametag bertuliskan Lakeisya Angelica itu kini menoleh menatap ke arah Arjen. Dia menyerahkan kertas resep yang ia buat pada cowok berambut agak acak-acakkan itu, sambil bersuara begitu lembut, "Saya juga menulikan kontak psikiater kenalan saya, dia salah satu yang terbaik. Karna saya takut, adik kamu akan mengalami trauma. Sebaiknya dijaga adiknya dengan baik, ya?" 

Arjen segera mengangguk dan berdiri dari duduknya sambil menerima kertas itu. Dia mengulas senyuman tipis, lalu menjawab pelan, "Baik dok, terima kasih. Saya ... pasti akan menjaga adik saya lebih baik lagi."

"Itu bagus, karena kekerasan yang baru saja di dapatkan oleh ananda Athena, tidak hanya meninggalkan bekas luka fisik saja. Tapi luka batin yang tergores juga. Intinya, apapun yang berkaitan dengan kekerasan, pasti akan berakhir tidak baik." Dokter Lakeisya berucap lagi sambil masih mengusap lembut rambut Athena.

"Saya mengerti, Dok," Arjen kembali melirik ke arah Athena yang masih terdiam. Arjen pun menatap dokter dihadapannya lagi, lalu mengatakan, "Kalau begitu, saya permisi, dok. Sudah mulai larut juga,"  

Dokter Lakeisya hanya memberikan anggukan kecil sambil mengulas senyuman tipis. Matanya menatap setiap aksi Arjen yang mengangkat tubuh Athena kembali untuk keluar dari ruangan.

Athena jelas menangis dalam diam, membuat Arjen menghela napas begitu pajang dengan langkah berat dia membuka pintu dengan penuh usaha.

"Ah! Satu lagi, tolong dilakukan pengecekkan ke dokter luka dalam. Seperti saraf-saraf kepala, karena luka yang di derita ananda Athena pun terdapat di bagian kepalanya. Saya takut, akan ada cidera yang tidak diinginkan." Dokter Lakeisya berbicara lagi membuat Arjen melihat ke arahnya.

Pemuda itu hanya memberikan jawaban dengan anggukan kecil, membuat Lakeisya mengangguk kecil pula.

Arjen pun segera berjalan keluar ruangan untuk menebus obat yang diresepkan oleh dokter wanita tadi. Sedangkan Lakeisya segera menghela panjang dan menggeleng pelan.

PSYCHE [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang