Halo haii!!! 🤍
Alangkah baiknya sudah meninggalkan jejak saat memasuki bab ini!!! Terima aciw pengertiannya 🌻
Selamat Membaca dan semoga suka!!!
_______________________________
※ 32. Waktu Sheeka Yang Berhenti.
***
Sebuah kabar tidak terduga membuat Sheeka merasakan perasaan bersalah, takut dan juga menyesal menjadi satu. Dia bahkan langsung berpamitan dengan Athena tadi, tanpa bicara lebih lanjut. Kirana yang sejak tadi bertanya-tanya padanya pun tidak ia gubris.
Dengan Kirana yang ia gendong, kakinya melangkah cepat melewati lorong rumah sakit di mana Naumi berada. Kirana melingkarkan lengannya dengan erat pada leher Sheeka, mata bulatnya cemas dan bingung menatap sang Abang yang tampak seperti orang kesetanan.
"Abang, kita ngapain ke rumah sakit? Kenapa? Soal bunda, ya?" Kirana mencoba bertanya sekali lagi, namun kali ini nada suaranya memelan dan takut. Perasaannya sangat tidak enak.
Sheeka tetap tidak menjawab, hatinya benar-benar gusar saat ia terus berjalan dan berbelok pada setiap sudut. Hingga, ia melihat beberapa orang berkumpul di depan ruang UGD. Ia yakin di sana-lah bundanya ditangani.
Sheeka menaruh tangan kanannya pada belakang kepala Kirana, menekannya dengan lembut membuat Kirana hanya dapat bersandar padanya, memilih tidak melanjutkan bertanya. Kirana hanya berharap, tidak ada hal serius yang terjadi.
"Permisi!" Sheeka memanggil saat ia sudah mencapai kumpulan orang yang berada di depan ruang UGD.
Salah satu bapak-bapak menoleh dan menatap ke arah Sheeka, sebelum akhirnya ia mendekat ke arah Sheeka dengan wajah menyesalnya. Bapak itu berhenti beberapa kaki dari Sheeka, lalu dengan segera membungkukkan kepalanya.
"Saya minta maaf!" aku-nya dengan nada suara pelan dan menyesal yang menjadi satu.
Sheeka memperhatikan itu dengan baik, dan langsung bisa ia simpulkan, kalau dia-lah yang telah menabrak bundanya. Sheeka mengetatkan rahangnya, menahan emosi yang hampir keluar. Ia tetap harus tenang apapun yang terjadi, mengingat ia bersama Kirana.
Namun, dapat dipastikan kalau Kirana tidak ada, dia sudah melayangkan tangannya. Tanpa peduli dia orang tua atau bukan.
"Saya minta tolong, jelaskan lebih detail." Sheeka meminta dengan nada suara rendah yang bergetar saat menatap ke arah Bapak di hadapannya dengan kilatan emosi teredam.
Bapak itu mendongakkan wajahnya lagi, lalu menghela napas sejenak. Ia tidak menyangka kalau korban yang tidak sengaja ia tabrak memiliki anak yang masih kecil. Tatapannya terpaku pada Kirana, membuatnya ragu untuk menjelaskan.
Sheeka sadar akan hal itu, dan dengan segera ia menambahkan, "Jelaskan aja, pak. Adik saya bisa saya yang tangani. Saya butuh penjelasan detailnya."
— 🦋 PSYCHE 🦋 —
Sheeka terdiam di depan cermin kamar mandi. Wajahnya tidak memperlihatkan emosi apapun, namun matanya terlihat sangat lelah. Hatinya sakit, apalagi setelah melihat reaksi Kirana yang langsung menangis sesenggukan dan menjerit kala pertama kali melihat bunda. Sheeka ingin marah dan emosi, namun ia tidak bisa, karena tahu, beginilah jalan takdir.
Sheeka menunduk dan menyalakan keran air, lalu membasuh wajahnya dengan gerakan lambat. Ia merasa sudah tidak memiliki hal apapun yang membuatnya semangat. Ia bahkan belum siap menyetor wajah ke hadapan Kirana lagi. Ia takut kalau ia melihat Kirana, ia akan menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHE [TAHAP REVISI]
Teen FictionTahap revisi[sebagian bab unpub] ~~~ "Kita berdua itu sama-sama hancur. Dan lo cocoknya cuma sama gue, yang sama hancurnya kayak elo. Inget dan tanam baik-baik. Elo punya gue, gue punya elo." *** Sebuah kisah aneh dari seorang Sheeka Raphaela yang...