Halo haii!!❤
Alangkah baiknya sudah meninggalkan jejak sebelum membaca! Maaciw 💫🌻✨
Selamat Baca!!!
____________________________
※ 26. Affection, perhaps?
***
Hari demi hari yang terlewati, kini sudah satu minggu berlalu. Athena berkaca pada cermin rias di kamarnya, tangannya mengusap kasar lehernya yang masih ia tutupi menggunakan plester dan membuat alasan konyol hanya agar Arjen tidak banyak bertanya-tanya.
"Na, leher lo kenapa?"
Athena serasa bagai tersengat listrik, ia bergidik sendiri dalam diam. Lalu dengan perlahan ia memegang lehernya yang sudah ia plester pink bergambar hello kitty. Kekehan ringan ia keluarkan.
"Nggak kok, nggak papa. waktu pas sekolah lagi main-main aja sama Killa dan Gemini. Eh, ada kucing nyakar kulit leher gue," Athena jelas beralasan pada Arjen.
Arjen menyipitkan matanya curiga, lalu menaruh tangan kanannya pada bawah dagunya dan berpikir sejenak. "Yang bener?"
"Ih, beneran kok. Kan, lo tau sendiri gimana sukanya gue sama kucing. Lagi apes aja," kata Athena sembari melambaikan tangannya ringan.
"Oh, iya juga. Makanya, jangan begayaan main kucing mulu! Biar apa? Biarin! Bhahahahaha!" kata Arjen sembari berlalu begitu saja melewati Athena dengan tawa yang masih menggelegar.
"Untung punya Kakak angkat yang begonya setengah mati," ringis Athena sembari menghela dan mengusap kasar wajahnya.
Athena menghela napas panjang ketika ia menatap pantulan cermin lagi. Ingin rasanya ia marah, namun energinya tidak sebanyak itu. Dan juga, setiap kali ia akan marah, bayangan wajah Sheeka selalu muncul, membuatnya goyah.
Ketampanan kekasihnya itu jelas membuatnya selalu goyah jika ingin marah. Betapa lemahnya Athena. Beruntung jika David tidak terlalu menanyainya. Athena merasa bersyukur untuk itu.
Hanya saja, andai Athena tidak mengetahui kenyataan pahit hidupnya, mungkin Athena tidak akan sering mengurung diri. Seperti saat ini, jika sedamg tidak ada Arjen, sudah pasti ia hanya akan di kamar.
Athena masih belum bisa menerima apa yang disuguhkan kenyataan. Dia pun bertanya-tanya, kenapa orang tuanya menitipkan ia ke tempat sahabat mereka? Apakah mereka tidak sanggup menghidupi dirinya? Atau Athena dibenci juga oleh orang tua kandungnya?
Ah, pemikiran terakhir, membuat mata Athena memanas dalam waktu singkat. Ia menutup wajahnya sambil mengusap-ngusap matanya sendiri dan menahan isakan.
"Kenapa gue ditinggal? Kenapa mereka nggak ngerawat dan ngebesarin gue? Kenapa ...." Lirih Athena sambil masih menitikkan air matanya. Hatinya sakit, ketika terus memikirkan kata 'kenapa'.
Hanya itu yang dapat Athena pikirkan. Kenapa dirinya menjadi hal yang menyulitkan sekarang? Dan kenapa dirinya harus ada di dunia, kalau pada kenyataannya orang tuanya membuang dia. Athena tidak habis pikir.
"Kalo nggak mau ngerawat gue ... seenggaknya jangan bikin gue hidup sejak awal ...." Lanjut Athena sambil masih menunduk membiarkan air mata itu mengalir membasahi sela-sela jarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHE [TAHAP REVISI]
Ficção AdolescenteTahap revisi[sebagian bab unpub] ~~~ "Kita berdua itu sama-sama hancur. Dan lo cocoknya cuma sama gue, yang sama hancurnya kayak elo. Inget dan tanam baik-baik. Elo punya gue, gue punya elo." *** Sebuah kisah aneh dari seorang Sheeka Raphaela yang...