Halo haiii!!! ❤
Alangkah baiknya sudah meninggalkan jejak sebelum membaca! Terima kasih atas pengertiannya! 🌻💫
Selamat membaca!!!
__________________________
※ 23. Berbagai Emosi.
***
Dua minggu masa liburan akhir tahun, sudah terlewati. Kini seluruh anak-anak sekolah sudah kembali beraktivitas seperti sedia kala, termasuk SMA Bina Bangsa.
Pagi-pagi sekali, tepatnya pada pukul 05.55, Sheeka sudah sangat rapih dengan seragam SMA Bina Bangsa yang bernuansa hitam, namun tetap menggunakan bawahan abu-abu. Sheeka bahkan sudah mengenakan sepatu hitamnya, disaat dia menunggu di ambang pintu rumah.
"Bang, antarkan Kirana ya. Pak Bambang udah nggak bisa, sakit dia."
Suara lembut dan lemah itu membuat perhatian Sheeka segera teralihkan. Kini Sheeka menatap wajah pucat wanita yang selalu berperan besar di dalam hidupnya. Oh, betapa hati Sheeka sangat sakit melihat sang Bunda begitu lemah, sedangkan dirinya masih belum bisa membantu banyak. Terlebih dalam hal finansial.
Sheeka mengulas senyumannya, lalu mengangguk sambil mengulurkan tangan ke depan untuk sang Adik raih. "Iya, Bun. Eka anterin Kiran, Bunda nggak perlu bangun sepagi ini lagi besok. Biar Eka yang ngehandle semuanya." tuturnya sambil menggenggam erat tangan Kirana dengan tangan dinginnya.
"Tapi Bunda perlu bikin kue, buat buka toko. Dari liburan kemarin, kamu terus yang kerja, Bang. Lebih baik kamu fokus dengan sekolahmu saja," Naumi berucap sambil menarik napas perlahan.
Sheeka memperhatikan setiap inci tubuh lemah dan pucat sang Bunda. Dia memperhatikan setiap lebam yang mulai banyak bermunculan, bahkan sangat terlihat mata. Sheeka mendekat satu langkah ke arah Bundanya, lalu menghela panjang.
"Istirahat, Bun. Demi kesehatan Bunda, hati Sheeka dan Kirana. Sheeka sakit, kalo ngeliat Bunda sakit," Sheeka berujar dengan nada suara yang jelas begitu cemas dan sedih.
Naumi memandangi putranya yang sudah begitu tinggi dan penuh pengertian itu. Dia sangat beruntung, dikala suaminya meninggalkannya dahulu, Sheeka menolak untuk meninggalkannya. Dia menahan segala emosi yang memungkinkan untuk keluar.
Dia tidak ingin menjadi lemah dihadapan putra dan putri tercintanya.
Naumi mengusap pelan bahu Sheeka sambil tersenyum dan mengangguk pelan. "Iya, nanti Bunda istirahat. Kamu belajar yang bener, tapi jangan paksain diri kamu. Nggak baik, Bang," tuturnya sambil menarik napas perlahan lagi.
Matanya beralih ke arah Kirana yang masih menatap dirinya dengan mata mengantuk. Naumi sedikit membungkuk, lalu mengusap pipi Kirana yang tembam, perlahan jemarinya mengusap poni tipis yang ia buatkan. Naumi tersenyum hangat, membuat Kirana ikutan tersenyum.
"Kirana juga belajar yang rajin, ya? Jangan nakal kalo sama teman. Nggak boleh bantah omongan Ibu guru. Oke?" kata Naumi sembari mencium kening Kirana.
Kirana mengangguk antusias, lalu mengeluarkan jempolnya pada sang Bunda sambil berkata lantang, "Siap, Bunda! Kirana pasti akan jadi anak yang rajin dan nggak nakal!"
"Good girl." Naumi mengalihkan pandangannya saat dia berdiri tegak lagi. Dia sedikit menggigit bibir bagian dalamnya saat menahan rasa sakit yang mulai menjalar pada tubuh dan darahnya. Dia menghela napas perlahan-lahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHE [TAHAP REVISI]
Ficção AdolescenteTahap revisi[sebagian bab unpub] ~~~ "Kita berdua itu sama-sama hancur. Dan lo cocoknya cuma sama gue, yang sama hancurnya kayak elo. Inget dan tanam baik-baik. Elo punya gue, gue punya elo." *** Sebuah kisah aneh dari seorang Sheeka Raphaela yang...