8. Kembali Bertemu

14 7 0
                                    

Aloooooo~

Happy reading✧

🛬🛫🛬🛫

Sheila bersenandung kecil. Entah kenapa hari ini dia sangat bahagia. Sesekali dia menyapa seseorang yang berpapasan dengannya. Dan dijawab dengan kikuk oleh mereka.

Ya, sekarang mereka sedang berpencar. Dan Sheila memilih mengelilingi sekolah dilorong-lorong yang sepi. Seperti saat ini.

Dia terus berjalan, menghiraukan sunyi disekitar. Tempat seperti ini terasa tenang. Dan Sheila rasa, lorong ini menghubungkannya dengan sebuah tempat. Mungkin taman.

Terkaan itu mampu membuat Sheila semakin semangat. Mumpung free, dia jadi bisa bersantai tanpa gangguan.

"A-ampun, maafin g-gue, gue janji, gue nggak bakal ulangi l-lagi."

Suara rintihan itu membuat Sheila menghentikan langkahnya. Tunggu sebentar, dia mendengar ada suara seseorang disini, tidak ada hantu, kan?

Sheila mengedarkan pandangannya, tapi dia tidak menemukan siapapun disekitar sini. Gadis cantik itu mengedikan bahunya acuh. Dan kembali melangkahkan kakinya, namun dengan hati-hati. Dia tidak ingin ambil resiko.

Bugh
Bugh
Dugh
Bugh

"Nggak ada ampun buat manusia bajingan kayak lo."

Sheila kembali menghentikan langkahnya. Dia kembali mendengar suara seseorang, dan suara seperti...pukulan? Tunggu sebentar, entah kenapa dia seperti pernah mendapat peristiwa seperti ini sebelumnya, tapi dia lupa dimana.

Sheila sedikit menyipitkan matanya saat melihat sebuah gerbang besi tidak terlalu besar terbuka dengan lebar, memperlihatkan sebuah taman hijau yang begitu damai.

"Kayaknya dari sana, deh," monolognya.

Sheila melangkah perlahan untuk mendekat ketempat tersebut. Dia menempelkan tubuhnya kedinding, lalu menatap gerbang besi tersebut lamat-lamat, mencoba mendengar dengan jelas suara-suara sebelumnya.

"Gue udah bilang berkali-kali sama lo, sialan, jangan pernah lagi lo coba-coba ikutin bos lo buat cari masalah sama Wolfwide, tapi apa? Nggak lo lakuin, kan?"

Sheila menutup mulutnya. Wolfwide? Jadi salah satu dari mereka adalah bagian dari Wolfwide? Tidak mungkin.

Memberanikan diri, Sheila sedikit melongokkan kepalanya, mengintip dari balik dinding. Huh, dia hanya bisa melihat laki-laki yang sedang terkapar tak berdaya diatas tanah. Dan sipelaku terlihat membelakanginya, dia jadi tidak bisa melihat wajah pemilik tubuh tinggi tersebut.

"G-gue minta maaf."

"Gue nggak butuh omong kosong lo, dan bilang, siapa yang nyuruh lo buat mata-matain kita?"

Sipelaku terlihat berjongkok didepan laki-laki yang kini hanya mampu bernafas tanpa melawan. Menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.

"G-gue nggak bisa kasih tau soal itu," jawab sikorban, mengundang amarah sipelaku.

"Nyawa lo berapa, sih? Lo nantangin gue?" Tanya sinis sipelaku.

"Bos lo aja bisa gue injek sampe melebur jadi debu, dan lo? Nggak susah kok buat gue masukin manusia munafik kayak lo kedalem tanah." Lanjutnya, menatap remeh manusia didepannya.

"Ih, savage banget," Sheila bergumam kagum.

"T-tetep aja, g-gue nggak bisa kasih t-tau siapa dia."

"Diancem pake apa lo, Reon?" Sipelaku masih bertanya dengan sabar.

Difficult Romance (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang