6

107 6 1
                                    

Jika Luna bisa memilih, ia tak ingin menjadi anak kandung dari pria bernama Seno Laksmana. Pria yang selalu menyakiti Luna sejak ibu kandung Luna meninggal dan Luna di salahkan atas hal itu. Seno terlalu buta dan lupa akan namanya takdir. Sejak kelas 6 SD Luna di tinggal ibundanya untuk selamanya. Sejak saat itu Seno berubah seakan-akan menjadi musuh Luna. Selama ini Luna bertahan sekolah hingga SMP dan ia membiayai sendiri sekolahnya. Ia mengamen, memulung botol plastik, menjual kue keliling. Apapun ia lakukan asal di rumahnya ada beras dan ia bisa makan.

Luna yang selalu tegar dan sabar menjadi seseorang yang selalu di cintai tetangganya. Tak jarang Luna di beri makanan, buki cerita dan baju layak pakai dari tetangganya.

Sayangnya hal itu semakin membuat Seno membenci Luna dan lebih sering menyakiti Luna.

"Memang kamu manusia seperti apa?" Tanya Zigy.

"Manusia pembawa sial." Jawab Luna lirih.

Zigy terkekeh.

"Gak usah baper. Mendingan mandi, makan. Sebentar lagi Deni datang dan bawa lobster panggang buat kita." Zigy mengusap puncak kepala Luna.

Luna menghela nafasnya dalam. Ia mengangguk dan membawa beberapa potong baju dan pakaian dalam baru yang di bawakan Kana untuk dirinya.

"Kamu layak bahagia, Luna."

Ucapan Zigy membuat Luna menahan langkahnya dan menoleh pada Zigy. Wanita itu menatap Zigy yang juga tengah menatapnya dalam.

"Terima kasih banyak Pak."

Luna tersenyum dan melenggang menuju kamar mandi dengan hati yang sedikit membaik.

Luna dan Zigy melahap habis lobster panggang yang di bawa Deni. Selain Lobster, Deni juga membawa udang, kepiting dan cumi bakar. Luna baru kali ini bisa makan seenak ini. Zigy seakan lupa jika Luna adalah pembantu rumah tangga nya. Entah kenapa, Luna begitu terlihat layak untuk di lindungi dan ia pun ingin melindungi Luna.

Luna tampak mengantuk begitu juga dengan Zigy. Luna segera naik ke ranjang pasien sementara Zigy berada di ranjang lainnya.

"Tidur, Lun. Besok Dokter Pram cek semua nya ya." Zigy menarik selimutnya. Luna mengangguk.

"Selamat tidur, Pak." Bisik Luna lirih.

Zigy tersenyum.

ALWAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang