15

67 5 1
                                    

Deru angin malam membuat tirai jendela itu melambai-lambai. Zigy tak bisa lagi menahan hasratnya. Luna terlalu berbahaya baginya. Zigy mengerang ketika Luna mendesah dengan seksi. Rona pipi yang cantik, bibir yang sedikit bengkak dan mata yang sayu jelas membuat Zigy berusaha menjadi pengendali di pergumulan ini.

"Shhh... Sakit, jangan di gigit." Luna berdesis ketika Zigy menggigit puncak dadanya. Pria itu terkekeh.

Setelah membuat Luna mendapatkan pelepasan pertamanya, Zigy akhirnya menekan pinggulnya kuat-kuat. Teriakan Luna teredam lumatan bibir Zigy.

"Sakit, Pak!" Luna meremas punggung Zigy.

"Shayaaaaang..." Zigy mendongak merasakan ngilu di ujung juniornya.

Susah sekali menaklukkan perawan!

Elisa dulu tak perawan sehingga Zigy tak perlu susah payah membuka jalan.

"Awwwww... zigy!!!" Luna menangis menahan sakit ketika seluruh junior Zigy masuk ke dalam inti tubuhnya. Zigy terengah-engah membiarkan Luna merasa nyaman. Bibir Zigy berada di pelipis Luna.

"Sorry, Sayang." Zigy mengecup pelipis Luna berkali-kali.

Setelah Luna rileks, Zigy perlahan memompa pinggulnya pelan namun dalam.

Luna mendesah ketika perpaduan mulut, tangan dan junior Zigy seirama membimbingnya mendapat pelepasan yang indah. Zigy mendongak merasakan remasan pada juniornya, tak berapa lama ia pun menarik juniornya dan menumpahkan cairan itu di perut Luna.

***
Selimut tebal membalut tubuh indah Luna. Zigy mengusap pipi Luna dengan lembut.

"I'm sorry..." Zigy berbisik dan Luna pun membuka matanya. Jelas mata Luna sembab karena menangis.

"Lun..." Zigy kembali merengkuh Luna ke dalam dekapannya.

"Hmmm.." sahut Luna.

"Jangan sakiti tubuh kamu lagi ya, berbagi sama aku kalo kamu ada masalah." Zigy mengusap punggung Luna.

Zigy tahu, Luna baru saja membuat goresan baru di pahanya.

"Ada masalah apa?" Tanya Zigy.

Luna terdiam. Tak mudah bagi Luna membagi ceritanya pada orang lain. Ia tak menyangkal jika ada yang salah dengan kesehatan mentalnya. Kecemasan, kesedihan dan ketakutan itu membuatnya melukai diri.

"Aku takut---ayah pukulin aku lagi." Sahut Luna dengan bahu bergetar.

"Kalo itu terjadi, dia akan mati di tanganku. Aku janji untuk hal itu." Zigy menatap Luna yang tengah menangis.

"Kamu gak perlu khawatir. Persetan dengan sebutan 'ayah', dia lebih kejam dari binatang." Zigy menggenggam tangan Luna.

Luna masih menangis dengan lirih. "Maafkan diri kamu, Lun. Lalu kamu baru bisa memaafkan bajingan itu." Imbuh Zigy.

"Percaya sama aku, ya?" Zigy terus memberikan afirmasi positif untuk Luna.

"Aku takut kamu pergi, ninggalin aku. Terus aku harus kemana?" Pertanyaan Luna terdegar betul-betul penuh dengan rasa khawatir.

"Aku akan tetap di sini. Awalnya, mungkin aku cuma tertarik sama kamu karena kamu cantik. Tapi--seiring berjalan waktu, ternyata kamu yang aku butuhkan, always." Zigy mengusap kening Luna yang berkeringat sisa pergulatan tadi.

"Beneran?" Tanya Luna.

"Tentu.." Besok kita ketemu Ayah, Bunda dan Sharen.

Pungkas Zigy.

ALWAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang