11

70 4 5
                                    


Harapan Luna saat ini siapapun bisa menolongnya. Tendangan bertubi-tubi menerjang punggungnya. Pria paruh baya yang katanya ayahnya Luna itu terus meluapkan emosinya. Sumpah serapah dan caci maki terdengar nyaring di pendengaran Luna. Ia meringkuk, hatinya dan punggungnya sudah kebas.

"Anjing!!!"

Bughhhh... Terdengar suara teriakan tapi kali ini bukan berasal dari ayahnya. Luna masih menangis ketika samar - samar ia melihat ayahnya di pukuli oleh dua orang petugas keamanan komplek.

"Mba, gak apa-apa? Bisa dengar saya?" Seorang petugas keamanan membangunkan Luna. Ia mendengar ponsel Luna terus berdering sementara pemilik seperti antara sadar dan tidak.

"Halo?"

"Oh ini mbak nya sepertinya di begal. Pelaku sudah di amankan oleh petugas keamanan komplek."

"Oh baik Pak!"

"Ada klinik di dekat sini, kami bawa ke klinik saja ya?"

"Baik Pak!"

Tak terdengar lagi apa yang mereka bicarakan. Luna lelah. Sakit di sekujur tubuhnya tak sebanding dengan sakit di hatinya.

                           ***

Beberapa saat yang lalu..

"Den, Luna masih ada di cafe?" Tanya Zigy yang baru saja selesai meeting. Deni meraih laptopnya dan memeriksa CCTV.

"Udah pulang Pak, kangen?" Goda Deni.

Zigy mendelik.

"Kangen juga gak apa-apa, cantik lho mbak Luna." Deni terkekeh.

"Mau di potong bonus akhir tahun nya?" Ancam Zigy. Deni menutup mulutnya memahan tawa.

Zigy mengira Luna sudah pulang. Ia menghubungi Luna karena ingin memintanya memasak nasi goreng saja untuk nanti malam. Tapi tak juga ada jawaban. Hingga akhirnya seorang pria menjawab panggilan Zigy dan memberitahu jika Luna di begal.

Wanita itu berbaring lemah. Zigy tak kuasa menahan emosinya hingga Seno kembali babak belur.

"Udah, Pak! Nanti mati!" Deni menarik tubuh Zigy yang seperti kesetanan.

"Luna anak lo, anjing!!!" Zigy berteriak di pos satpam komplek perumahan tempat kejadian Luna di pukuli.

"Pak, ini bawa ke kantor polisi. Saya yang akan kirimkan pengacara saya ke sana!" Pinta Zigy pada kedua orang petugas keamanan. Zigy menoleh pada Deni yang di jawab dengan anggukan.

Zigy tak habis pikir, kenapa di dunia ini ada manusia yang lebih kejam dari binatang. Bahkan binatang pun akan menyayangi anaknya dan melindunginya.

"Lun.." Zigy mengusap kening Luna dengan lembut.

Wanita itu membuka matanya. Keningnya terluka karena terjerembab aspal.

"Pak, aku dimana?" Luna meringis.

"Di Klinik. Sebentar lagi kita pindah ke Rumah Sakit." Zigy tersenyum menenangkan Luna.

"Ayah kamu udah saya bawa ke kantor polisi." Zigy menatap Luna melihat reaksi wanita yang diam - diam membuat tidurnya gelisah.

Luna hanya mengangguk artinya ia tak keberatan ayahnya di proses secara hukum.

"Sepertinya Seno bukan ayah saya lagi." Gumam Luna. Zigy tak menjawab apa-apa ia hanya diam mendengar tangisan lirih Luna.

"Jangan pernah jauh-jauh dari aku ya.." Zigy mengusap punggung Luna yang saat ini tubuh nya sudah ada dalam dekapan Zigy.

Yang tak Zigy ketahui..

Di pintu klinik nampak Sharen dan Kana yang tak lain ibunda dari Zigy dam Sharen tengah saling pandang dan tersenyum diam-diam.

"Udah ku bilang Bun, Kak Luna gak cockk jadi pembantu." Sharen terkekeh pelan.

ALWAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang