20

86 4 4
                                    

Dua bulan berlalu..

Darah segar terus mengalir dari luka yang baru saja di buat oleh Luna. Ia memejamkan matanya. Bukan, bukan karena sakit pada luka baru di pahanya. Namun sakit akan luka yang baru saja di torehkan oleh Zigy.

Sudah dua hari ia pergi dari apartemen Zigy dan memilih kos di salah satu daerah padat penduduk.

Luna baru saja menjatuhkan kepercayaan dan cinta nya pada Zigy. Namun apa yang terjadi? Zigy tengah berpagutan dengan Elisa ketika Luna membuka pintu ruangan Zigy.

Dunia Luna luluh lantak saat itu juga. Namun ia tak mengamuk. Ia hanya tersenyum lalu pergi.

"Luna!!! Please dengerin aku dulu." Zigy menggenggam tangan Luna yang entah kenapa terasa dingin.

"Apa?" Tanya Luna dengan suara parau
"Kamu udah makan? Tadi aku gak jadi pergi sama Sharen dan rencananya mau ngajak kamu makan siang. Tapi kayaknya kamu lagi sibuk." Luna mengedikkan bahunya.

"Lun, please..." Zigy mengiba. Luna hanya membisu.

"Lepas!" Seru Luna dengan suara tertahan.

"Gak mau!" Sahut Zigy.

"Urus mantan pacar kamu, aku gak mau peduli lagi sama kamu." Luna berlalu setelah mengibaskan tangan Zigy.

Ia menghentikan langkah. "Jangan pernah temui aku, kalo itu terjadi, aku pasti melakukan hal yang akan kamu sesali seumur hidup." Luna menatap Sharen yang menjadi saksi dimana Luna mencoba tetap waras saat ini.

"Kak Luna.." Sharen memeluk Luna.

"Sakit, Sha..." Luna menepuk dadanya pelan.

"It's okay Kak.." Sharen menatap tajam kakaknya yang tengah membisu.

"Fuck you!" Maki Sharen pada kakaknya.

Luna dan Sharen pergi meninggalkan Zigy dalam diam.

Sejak hari itu Luna selalu menghindar dari Zigy. Beberapa kali Zigy mencoba menemui Luna tapi Luna tak sedikitpun mau bicara pada Zigy.

Sharen pun yang biasa posesif pada Zigy, kini rupanya ia berpihak pada Luna.
Sharen tak mau bicara pada kakaknya. Setiap Zigy ingin bicara, Sharen selalu mengabaikannya.

"Aku harus gimana, Bun?" Zigy memijat pelipisnya.

Kana menghela nafasnya dalam. Ia tak menyangka akan terseret pada rumitnya cerita cinta putranya.

Kana yakin Zigy sangat menyayangi Luna. Terlihat dari usahanya menjelaskan permasalahan nya pada Luna. Namun Kana juga tahu jika Zigy selama ini masih sedikit menyayangi Elisa.

"Zi, kamu gak bisa mengisi hati kamu dengan dua rasa di sana. Itu akan sesak dan penuh lalu perlahan akan meledak dan menghancurkan kamu. Kalo memang kamu tidak bisa memilih, setidaknya biarkan mereka bahagia dengan hidupnya." Kana mengusap kepala Zigy yang tengah bingung.

"Listen to me, Son. We can't hurts and also love someone at the sametime. Go find your best choice. I don't care about the person who will be your lover, go follow your heart and bring your spesial one!" Kana menepuk pundak Zigy.

Kala menaikan satu alisnya.

"Saran Ayah, pilih yang tak pernah melukai kamu." Kala merangkul istrinya dan segera berlalu.

"Aku gak pernah mau balik sama Elisa."

Kala dan Kana saling tatap.

***

Malam itu Sharen mengajak Luna menginap di rumahnya. Sharen merasa kesepian karena ia sedang memusuhi kakaknya.

"Sharen keluar?" Kana masuk ke dalam kamar Sharen. Ia bertanya pada Luna yang tengah merenung di sudut kamar.

"Eh iya Bu. Katanya mau ambil paket." Luna menggeser duduknya karena Kana berdiri di sebelahnya.

Luna dan Kana duduk berdampingan di sofa.

"Lun.. Masih sakit hati sama Zigy?" Kana mengusap punggung Luna.

Luna menoleh pada Kana.

"Maafin Luna Bu." Ia mulai terisak.

"Aku kira aku bisa membuat Pak Zigy jatuh cinta ke aku. Ternyata Pak Zigy masih suka sama Elisa." Ujar Luna.

"Ciuman itu?" Tanya Kana. Luna mengangguk.

Lalu ia menoleh.

"Ibu tahu dari mana?" Tanya Luna.

Kana tersenyum. "Zigy cerita ke Bunda."

Tepat pukul 8 malam.

Zigy memasuki rumahnya dengan gontai. Ia tadi mencari Luna ke kosnya namun Luna tak ada.

Yang lebih Zigy takutkan adalah ia tak sengaja mengintip ke dalam kamar kos Luna dan menemukan lantai di penuhi oleh darah kering.

"Udah sampai?" Tanya Kana.

Zigy mengangguk. Ia menyandarkan punggung di sofa.

"Luna gak mau ketemu aku Bun, aku takut dia---bunuh diri." Cicit Zigy.

Zigy terisak.

"Aku salah Bun. Kenapa hari itu aku gak dorong aja si Elisa dari pada dia keburu duduk di pangkuan aku dan cium aku."

Kana menghela nafasnya dalam.

"Tapi kayaknya Luna ogah bunuh diri tuh!" Ujar Kana.

"Maksud bunda?" Zigy membuka matanya.

Kana menunjuk ke arah taman belakang yang terhubung dengan ruang keluarga. Nampak di sana Sharen dan Luna tengah duduk di pinggir kolam dengan masing-masing laptop di pangkuannya.

"Hah?"

.....

ALWAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang