12

71 5 3
                                    

"Ekheeem!!" Suara nyaring Sharen membuat Luna dan Zigy terperanjat.

"Eh?!" Luna tergagap.

"Bu..." Luna mendorong dada Zigy yang tengah memicingkan matanya pada dua wanita yang sudah siap mengejeknya.

"Lun, gak apa-apa?" Tanya Kana. Luna mengulurkan tangannya dan mencium tangan wanita yang masih cantik di usianya yang sudah tak muda lagi.

"Nggak apa-apa bu." Luna mencoba tersenyum.

"Zi, mulai sekarang, gimana kalo Luna bareng aja sama kamu?" Kana menoleh pada Zigy dan Luna.

"Aku udah nawarin, Bun. Cuma Luna nya keras kepala." Zi mendelik sebal pada Luna. Sementara wanita itu hanya tertawa pelan.

"Serius, Lun. Ayah kamu itu bahaya." Kana mengusap pundak Luna.

"Iya Bu, Luna minta maaf ya udah ngerepotin keluarga ibu." Luna meremas ujung seprei klinik menahan sedih.

"Ck, bukan itu masalah nya Lun. Tapi coba ikutin nasehat Zigy ya!" Kana tersenyum pada Luna.

Luna menoleh pada Zigy yang di tanggapi oleh senyuman miring Zigy.

***

Sudah dua minggu Luna dan Zigy selalu bersama. Hari ini, Zigy memesan Ice Americano pada Luna dan meminta Luna mengantarkan nya ke ruangannya.

Baru saja Luna hendak masuk ke dalam lift, Luna mendapati Zigy tengah berjalan ke arahnya. Luna tersenyum pada pria yang sudah bersamanya dalam dua bulam terakhir ini.

"Zi!!" Suara seseorang membuat Zi menoleh. Luna pun demikian. Namun pandangan Luna terlihat berubah ketakutan, ia beringsut ke punggung Zi dan berlindung di sana. Wajahnya pucat.

"Elisa?" Gumam Zi.

Zigy menoleh pada Luna yang sedang berlindung di balik punggungnya.

"Lun? Kenapa?" Tanya Zigy.

Luna terhenyak.

"Gak apa-apa Pak." Suara Luna terdengar gemetar. Luna menyerahkan ice Americano nya dan segera berlalu dari punggung Zi.

"Zi, ayo bicara!" Elisa mendekat.

"Mau apa sih, El?" Tanya Zigy.

"Bicara,Zi!" Sahut Elisa.

"Gak ada yang perlu di bicarain lagi!" Zigy berlalu.

"Oh!! Kamu berubah gara-gara perempuan gak tahu diri itu, hah?" Elisa terlihat emosi.

"Apa?" Zigy menghentikan langkahnya. Beruntung saat itu keadaan lobby sedang lengang.

"Kamu pikir aku gak tahu kalo kamu tinggal sama pembantu kamu yang sekarang kerja di sini juga." Elisa tersenyum mengejek.

"Kamu pikir aku gak tahu kalo pembantu kamu itu adalah perempuan yang udah ngegoda---" perkataan Elisa terhenti karena ia sadar ia salah bicara.

"Ngegoda siapa?! Jawab!!" Sentak Zigy.

Elisa kikuk. Lalu wanita itu berlalu dari hadapan Zigy.

"Gila!" Gumam Zi.

Malam itu Zigy meeting. Ia baru selesai sekitar pukul 9 malam. Ia membuka pintu ruangannya dan mendapati Luna sedang tertidur pulas di sofa. Deni terkekeh pelan.

"Nurut banget ya!" Bisik Deni. " Cantik banget ya Pak!" Imbuh Deni.

"Kok lo jadi cerewet gini?" Zigy mendelik.

"Eh? Udah selesai Pak?" Luna mengucek matanya. "Maaf, aku ketiduran." Luna menipiskan bibirnya.

Deni pamit pada bosnya mencoba memberi ruang.

"Gak apa-apa Lun. Udah makan?" Tanya Zigy.

"Aku tadi pesan nasi goreng. " Luna menunjuk dua kotak nasi goreng di meja.

"Mau aku panasin dulu?" Tanya Luna. Zigy mengangguk.

"Boleh deh." Zigy menatap wanita cantik yang sungguh selalu mengganggu tidur nya. Kecantikan dan perhatiannya membuat Zigy tak ingin jauh-jauh dari Luna.

Mereka berdua makan dengan celotehan Luna yang bercerita jika tadi siang ia di goda oleh staff keuangan.

"Ya udah besok aku pecat dia!" Sahut Zi.

"Lho? Kok di pecat?" Tanya Luna.

"Udah berani godain kamu. Apa dia gak tahu kamu itu punya siapa?" Tanya Zi dengan santai. Luna melongo.

Yang tak Luna ketahui. Zi sebetulnya sudah makan malam waktu meeting tadi, cuma ia tak tega membiarkan Luna makan sendirian.

Luna sudah segar dan sudah mandi. Jam menunjukkan pukul sebelas malam. Besok hari sabtu, Luna libur bekerja karena Zigy hanya mengizinkan Luna bekerja dari Senin sampai Jumat. Awalnya ada sedikit protes dari beberapa teman Luna. Namun setelah Deni turun tangan akhirnya mereka semua setuju.

Luna mengambil air minum di kulkas. Ia mengenakan celana pendek sebatas paha dan kaos tanpa lengan miliknya.

"Lun, ngapain?" Suara Zigy membuat Luna terperanjat.

"Eh? Ngambil minum Pak. Mau perlu sesuatu?" Tanya Luna. Pria itu tak menjawab. Ia menatap Luna sementara Luna hanya terdiam. Perlahan Zigy mendekat, Luna salah tingkah di buatnya. Zigy menarik dagu Luna dengan telunjuknya, pria itu menatap bibir merah muda milik Luna yang selalu mengganggunya. Bibir yang selalu ia pandangi setiap hari. Zi mengikis jarak, ia mengecup bibir Luna pelan dan lembut. Persetan dengan tamparan yang mungkin akan ia dapatkan dari Luna.

ALWAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang