9

66 4 1
                                    

"Maaf Pak, basah."

"Apanya?"

....

"Lun?"

"Bajunya.."

"Oh.. Kirain."

"Pak?"

......

Keduanya tergelak menertawai ucapan mereka masing-masing.

***

Sejak dua minggu lalu Luna bekerja di Kala Coffee yang terletak di Kala Tower. Kebetulan kasir yang bertugas mengajukan pengunduran diri karena kembali ke kampung halamannya. Luna yang cerdas sudah bisa menguasai pekerjaannya. Wanita itu terlihat sangat senang dengan pekerjaannya.

Zigy sudah mengajak Luna untuk berangkat bersama setiap hari namun Luna menolak. Ia memilih untuk mengendarai sepedanya. Selain jarak yang dekat, Luna beralasan ingin berolahraga.

"Gak capek, Lun?" Tanya Zigy.

"Nggak kok Pak." Sahut Luna yang tengah menyiapkan makan malam untuk mereka berdua.

Daging panggang dan salad sudah tersaji di meja. Zigy mengernyitkan keningnya melihat menu yang ada di meja.

"Kamu bisa masak ginian juga?" Tanyanya. Luna mengangguk.

"Tapi gak tahu rasanya enak atau nggak, Pak." Sahut Luna.

Zigy melahap habis daging panggang buatan Luna. Enak, sangat enak.

"Lun, besok bikin lagi yang kayak gini ya!" Pinta Zigy.

"Oke Pak, tapi daging nya habis. Saya besok belanja dulu pulang kerja." Luna mengelap mulutnya dengan tissue.

Zigy mengangguk.

Tepat pukul 9 malam. Luna sudah berada di kamarnya. Suara ketukan di pintu membuat Luna bergegas membuka pintu.

"Lun, ganggu gak?" Tanya Zigy.

"Nggak Pak. Mau di buatin sesuatu?" Tanya Luna. Zigy menggeleng.

"Ini kartu ATM pegang aja untuk belanja. Pin nya 6 digit nomor terakhir hp kamu." Zigy menatap wanita yang sedang melongo menatap kartu ATM di tangan Zigy.

"Gak usah Pak, saya masih ada tabungan kok." Tolak Luna.

"Ck, ya jangan pakai uang kamu lah! Pakai ini aja, terserah kamu." Zigy menarik tangan Luna dan meletakkan kartu tersebut di telapak tangan Luna.

"Gak ada penolakan, Lun!" Imbuh Zigy saat Luna ingin membuka mulutnya.

Zigy tersenyum menepuk puncak kepala Luna.

"Terima kasih Pak.." Ujar Luna lirih. Zigy berlalu dari hadapan Luna.

"Oh iya Lun." Pria itu menoleh dan Luna pun kembali membuka pintunya.

"Kamu bisa bawa motor, kan?" Tanya Zigy.

Luna mengangguk. "Bisa, Pak." Sahutnya.

"Ya udah. Tidur gih!" Zigy berlalu ke kamarnya. Luna mengangguk walaupun Zigy sudah menutup pintu kamarnya.

***

Hari ini Luna terlihat sibuk di Cafe. Pengunjung hari ini ramai di karenakan ada pertemuan di lantai 20 Kala Tower. Luna tersenyum ramah pada dua orang wanita cantik dengan penampilan yanh wow!

"Selamat sore Kak, ini aja pesanannya?" Sapa Luna.

Salah satu wanita itu mengangguk dengan senyum yang nyaris di paksakan. Kedua wanita itu duduk di kursi bar yang tak jauh dari Luna.

"Gue udah bilang sih sama Elisa. Udah minta maaf aja sama Zigy. Ngaku salah. Kan sayang harus kehilangan cowok potensial kayak Zigy."

Salah satu wanita itu menyebut nama Zigy yang seketika membuat Luna menajamkam pendengarannya.

"Elisa sih bego, mau aja selingkuh sama cowok kayak Robin yang cuma modal dengkul." Timpal wanita lainnya.

"Kita lihat aja, besok kan Elisa balik ke Indonesia nih. Gue yakin sih Zigy akan kembali bertekuk lutut sama Elisa. Eh! Itu Zigy! Ya ampun memang ganteng sih ya!"
Kedua wanita itu menatap ke arah Zigy yang tengah berjalan dengan Deni menuju ke dalam area Cafe.

"Lun, nanti pulangnya bareng aja ya! Aku tunggu di lobby nanti." Ujar Zigy seraya berlalu tanpa mendengar jawaban Luna yang tengah melongo menatap punggung Zigy. Reaksi kedua wanita itupun sama. Mereka mematung menatap Luna.

ALWAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang