7. Di Atas Rata-Rata

3.7K 115 6
                                    


Johan membuka pintu dan tersenyum lebar ketika melihat cucu tersayangnya sudah berada di sana. "Astaga, cucu tersayang Kakek sudah pulang? Kenapa tidak menghubungi Kakek untuk menjemputmu?" tanya Johan sembari memeluk Selena yang melepaskan tasnya.

Selena sendiri menerima pelukan Johan dengan senang hati dan balas memeluknya. Selena tertawa sebelum menjawab, "Aku pulang bersama dengan Kak Edgar. Rupanya Kak Edgar berencana untuk menghabiskan waktu liburan singkatnya di villanya, jadi kami pun pergi bersama."

Jelas Selena tidak menjelaskan bahwa dirinya yang menyetir sepanjang jalan. Lalu mengantarkan Edgar terlebih dahulu ke vila, sebelum pergi ke rumahnya sendiri dengan diantar oleh salah seorang pegawai Edgar. Selena tahu, jika kakek dan neneknya tahu hal tersebut, mereka bisa saja bertanya mengapa Selena yang menyetir. Jika sampai pertanyaan itu muncul, maka sangat besar kemungkinan semua rahasia yang susah payah Selena tutupi menjadi terungkap begitu saja.

"Benarkah? Lalu ke mana Edgar? Apa dia tidak mau menemui Kakek dan Nenek?" tanya Johan sembari mengajak Selena untuk masuk ke dalam rumah.

Tentu saja Selena yang mendengar pertanyaan tersebut meringis, tetapi berusaha untuk memperbaiki ekspresinya. "Kakak sebenarnya tengah tidak enak badan, karena itulah ia beristirahat di villanya. Sepertinya ia baru akan berkunjung beberapa hari ke depan," ucap Selena.

Johan pun mengajak Selena untuk pergi memasuki dapur. Para pelayan dan Nelda yang sebenarnya tengah menyiapkan menu untuk makan malam pun terkejut dengan kehadiran Selena. Namun, keterkejutan tersebut berubah menjadi kebahagiaan. Di mana Nelda bergegas untuk menghampiri sang cucu dan memeluknya dengan penuh kasih. "Sayang, kenapa kau sudah tiba? Bukankah kau baru akan pulang besok?" tanya Nelda.

Selena menggeleng. "Aku pulang bersama dengan Kak Edgar, Nenek. Jadi, aku pulang lebih awal daripada rencana awal," ucap Selena.

Setelah beberapa saat berbincang, pada akhrinya Selena pun bergegas untuk menuju kamarnya. Ia akan membersihkan diri dan beristirahat sejenak. Sebab sang nenek sendiri berkata jika Selena lebih baik beristirahat. Saat waktu makan malam tiba nantinya, pelayan akan memanggil Selena untuk turun dan menikmati makan malam bersama. Tentu saja begitu Selena tiba di kamarnya yang terjaga dengan rapi, Selena segera membersihkan diri dan mengenakan pakaian yang sangat nyaman untuk bersitirahat.

Selena berbaring dengan sangat nyaman pada ranjangnya yang memang sangat lembut dan dirawat dengan baik. Mengingat sang nenek memastikan bahwa kamar Selena selalu dibersihkan dan barang-barangnya tidak berubah. Bahkan pakaian yang Selena tinggalkan di lemari, tetap bersih dan bisa segera dikenakan oleh Selena. Karena itulah, saat ini Selena terlihat sudah mulai terlelap karena tubuhnya yang terasa sangat lelah.

Rasanya baru beberapa saat Selena tertidur, tetapi dirinya harus segera terbangun. Mengingat ada seorang pelayan yang mengetuk pintu kamarnya dan membangunkan dirinya untuk menikmati makan malam bersama dengan kakek dan neneknya. Selena menguap lebar dan berkata, "Aku akan turun setelah mencuci wajahku."

Selena beranjak untuk mencuci wajahnya terlebih dahulu untuk menyegarkan dirinya. Setelah itu barulah Selena turun dari lantai dua menuju ruang makan. Namun, di sana dirinya terkejut bukan main saat dirinya melihat Edgar yang sudah berada di meja makan. Edgar tampak tengah berbincang dengan santai dengan Johan. Sementara Nelda tengah berbicara dengan pelayan.

Tepatnya memberikan perintah yang terdengar, "Bereskan kamar tamu yang berada di samping kamar Selena. Edgar akan menggunakan kamar itu."

Pelayan tersebut tentu saja segera pergi untuk melakukan apa yang diperintahkan. Sementara Selena mendekat pada neneknya dan berbisik, "Nek, apa Kak Edgar akan menginap di sini?"

Nelda mengangguk. Ia malah menjawab dengan suara normal, "Ada kerusakan pada bagian villa Edgar. Karena itulah, ia harus menginap di sini hingga renovasi villanya selesai."

Selena yang mendengar hal itu pun menahan napasnya. Jelas merasa sangat jengkel, karena di waktu liburnya saat ini dirinya tetap harus terlibat dengan Edgar. Waktu bersantainya yang berharga sepertinya akan menghilang karena dirinya masih harus membantu Edgar untuk melakukan aktivitas karena kesepakatan yang mereka buat. Jadi, Selena sama sekali tidak mengatakan apa pun terkait rencana menginap Edgar dan memilih untuk menikmati makan malam bersama dengan keluarganya ditambah dengan Edgar yang memang bergabung di sana.

Setelah acara makan malam selesai, Nelda pun menunjuk seorang pelayan untuk mengantar Edgar ke kamar yang akan ia tempati. Sementara itu Selena memilih untuk bermanja pada sang kakek yang memang sangat menyayanginya. Nelda sendiri tampak menyiapkan kudapan untuk ia nikmati bersama dengan keluarganya di ruang televisi nanti. Namun, di tengah itu Nelda berseru, "Selena, kemarilah."

Selena yang mendengar panggilan tersebut tentu saja menghampiri neneknya dan bertanya, "Ada apa, Nenek?"

"Tolong antarkan susu hangat ini untuk Edgar. Ia memang berkata ingin tidur setelah mandi karena tubuhnya terlalu lelah dan tidak enak badan. Rasanya istirahatnya akan lebih nyaman setelah minum susu kayu manis ini. Tolong antarkan padanya, ya," ucap Nelda.

Selena sebenarnya ingin mengeluh dan meminta pelayan yang mengirimnya. Namun, Selena tahu jika itu bukan pilihan yang tepat. Jadi, pada akhirnya ia pun bergerak menuju lantai dua dengan langkah yang begitu malas. Selena benar-benar tidak mengerti mengapa akhir-akhir ini nasibnya begitu sial? Kenapa dirinya terus terlibat dengan Edgar, terlebih di situasi yang selalu saja membuatnya mengalami kerugian?

Selena pun berhenti di depan pintu kamar Edgar yang memang berada di dekat kamarnya. Ekspresi yang menghiasi wajah Selena saat ini benar-benar masam. Namun, Selena berusaha untuk memperbaiki ekspresinya, karena ia harus berhadapan dengan Edgar sesaat lagi. Setelah itu, barulah Selena mengetuk pintu. "Kak, ini aku. Aku membawakan susu kayu manis untukmu," ucap Selena.

Lalu ia pun masuk dengan niat meletakkan nampan tersebut di meja, karena ia pikir Edgar masih berada di kamar mandi. Selena memang tidak melihat siapa pun di ruangan kamar hingga dirinya segera melangkah menuju ke tengah kamar. Tanpa sadar, bahwa ternyata Edgar baru saja melangkah ke luar dari kamar mandi. Namun, tanpa mengenakan apa pun. Sebab itu adalah kebiasaan mandinya. Membuat Selena yang menoleh dan melihatnya seketika mengarahkan pandangannya ke arah selangkahan Edgar.

Wajah Selena seketika merah padam saat melihat sesuatu yang besar menggantung di antara kaki Edgar. Tanpa sadar Selena pun menjerit terkejut dan segera berlari ke luar dengan napas yang terengah-engah. Bahkan karena saking terburu-burunya, Selena hampir terjatuh karena tersandung kakinya sendiri. Namun, pada akhirnya Selena bisa kembali berlari dan berhasil ke luar dengan menutup pintu dengan suara dentuman yang keras.

Membuat Edgar yang baru sadar dengan apa yang terjadi menghela napas dan mengusap wajahnya dengan kasar. "Kenapa kami selalu saja bertemu di situasi yang tidak tepat?" tanya Edgar lalu menunduk menatap tubuh telanjangnya.

Namun, Edgar tidak berusaha untuk menutupi tubuhnya yang terbentuk sempurna itu. Ia malah dengan santai melangkah menuju meja dan melihat susu yang sebelumnya diantarkan oleh Selena lalu tersenyum tipis. "Sepertinya, ia terlalu terkejut dengan ukuran adikku yang luar biasa ini," ucap Edgar terlihat bangga dengan kepemilikannya yang jelas berada di atas rata-rata tersebut.

Playing with My ProfessorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang