32. Ingin Di atas

246 16 1
                                    

"Selena, nanti kau hanya perlu mengirim bagian tugas yang telah kau kerjakan padaku. Nanti aku yang akan yang menyatukan dan mengurus sisanya," ucap Tya sebagai ketua kelompok di mana mereka memang mengerjakan tugas di salah satu kelas mereka.

Selena yang mendengar hal itu mengangguk. "Sebelum jam sepuluh, aku akan berusaha untuk mengirimkannya padamu," ucap Selena yakin jika sebelum jam sepuluh dirinya memang sudah menyelesaikan bagiannya.

Tya yang mendengarnya mengangguk. "Oke, kutunggu ya!" seru Tya lalu melambaikan tangannya pada Selena karena dirinya beranjak pergi lebih dulu.

Teman-teman Selena yang lain juga berpamitan dan membubarkan diri. Seperti yang sudah dikatakan oleh Edgar sebelumnya. Ia memang sudah bisa menjalani kesehariannya dengan normal. Teman-temannya juga tidak ada lagi yang membahas rumor yang sebelumnya muncul. Mengingat rumor tersebut memang sudah terbukti salah. Di mana Selena dan Edgar sama-sama tidak memiliki kesepakatan apa pun saat Selena menjadi asisten bagi Edgar.

Selena benar-benar hanya membantu Edgar melakukan tugasnya. Itu pun mendapatkan imbalan berupa uang yang memang sudah menjadi hal wajar dan memang itulah yang biasanya menjadi alasan mahasiswa melamar untuk menjadi asisten dosen atau setidaknya membantu mengatur jadwal awal hal-hal sejenisnya. Karena kini semester akan segera berakhir, Selena juga sudah tidak lagi mengambil peran tersebut. Sebab sudah ada penggantinya, dan Edgar sendiri secara pribadi memilih untuk hanya menerima laki-laki sebagai asistennya.

Mengingat Edgar memang tidak ingin sampai ada rumor buruk yang kembali muncul. Terlebih jika rumor itu akan membuat gadis yang menjadi asistennya tersebut dirugikan. Jadi, lebih baik Edgar menetapkan syarat khusus. Dan tentu saja, walaupun dirinya menetapkan syarat khusus dan terkenal sangat galak, masih banyak yang ingin menjadi asisten dirinya. Sebab mendapatkan posisi tersebut berarti membuat mereka mendapatkan pengalaman yang berharga dan tentunya uang jajan tambahan dalam jumlah yang lumayan besar.

Selena sendiri bergegas untuk pulang. Toh dirinya memang sudah tidak lagi memiliki kelas, dan dirinya juga harus bergegas untuk menyelesaikan tugas kelompoknya di apartemen. Selena tentunya berniat untuk pergi ke parkiran, mengingat sekarang Selena sudah bisa berpergian dengan mobil pribadinya yang sudah selesai diperbaiki. Namun, belum juga membuka pintu mobilnya, tangan Selena sudah lebih dulu digenggam oleh Elton yang tiba-tiba muncul di sana.

Jelas Selena yang terkejut spontan menarik tangannya. "Kak Elton?" tanya Selena.

Elton tersenyum dan bertanya, "Selena, kau akan pulang? Bisakah kau menyisihkan waktumu sejenak denganku? Aku ingin berbicara denganmu."

Namun Selena yang mendengar hal itu menggeleng. "Maaf, Kak. Aku harus pulang," ucap Selena.

Selena berniat untuk kembali membuka pintu mobilnya. Namun, Elton menahan dengan mencengkram tangannya dengan kasar dan bertanya, "Kenapa? Apa kau ingin segera pulang dan bertemu dengan Edgar? Apa kau masih menjalin hubungan dengan pria itu meskipun setelah semua yang terjadi?"

Selena yang mendengar hal itu jelas sangat kesal. Jelas ia kesal, karena hubungan mereka tidak sedekat itu hingga Elton bisa menanyakan pertanyaan seperti itu dengan leluasa. Secara alami Selena berpikir bahwa Elton memang bukan orang yang bisa ia biarkan berada di sekitarnya. Ia menarik tangannya dengan kasar sebelum mendorong Elton menjauh.

"Dengan siapa aku menjalin hubungan, bukanlah urusanmu Kak Elton. Jadi, tolong berhenti menanyakan dan mengurus kehidupanku. Selain itu, sepertinya kau belum mendengarnya dari Rene. Bahwa aku, tidak ingin bertemu dengan Kakak lagi," ucap Selena.

"Apa?" tanya Elton jelas terkejut karena dirinya tidak pernah mendengar hal tersebut dari Rene.

Selena sendiri berkata, "Ya, Kakak tidak salah dengar. Aku tidak ingin terlalu dekat atau memiliki hubungan dengan Kakak. Tapi, aku juga tidak ingin sampai Kakak menjadi alasan rusaknya hubunganku dengan Rene. Aku masih berharap bahwa bisa kembali bersahabat dengan Rene."

Elton tampak sangat kesal. Ia bahkan terlihat mengepalkan kedua tangannya erat-erat. "Apa kau melakukan hal ini karena pria itu? Kau lebih memilih dirinya daripada diriku? Entah kau memang bodoh atau keras kepala, tetapi sepertinya yang sudah kulakukan sebelumnya menjadi sia-sia."

"Apa maksudmu? Memangnya apa yang sudah kau lakukan?" tanya Selena merasa jika apa yang dikatakan oleh Elton sangatlah ganjil.

Elton tidak menjawab dengan jawaban yang jelas. Ia malah memberikan jawaban yang ambigu berupa, "Aku melakukan sesuatu yang seharusnya membuatmu sadar, bahwa kau memang tidak seharusnya bersama dengan Edgar. Karena kau hanya akan menghadapi kesialan demi kesialan saat bersama dengan bajingan itu."

***

Selena mengirim tugas yang sudah ia selesaikan tepat jam setengah sepuluh malam. Namun, setelah menyelesaikan tugas tersebut, Selena tidak segera beranjak dari meja kerja Edgar. Ia malah terlihat berpikir dengan serius. Tepatnya tengah memikirkan hubungan Elton dengan teror bangkai hewan yang sebelumnya pernah Selena alami. Entah mengapa, Selena merasa sangat terganggu dengan apa yang sudah Elton katakan tadi siang.

"Kau sudah menyelesaikan tugasmu, tapi kenapa kau masih di sini?" tanya Edgar beranjak untuk mendekat pada Selena yang bergegas untuk melebarkan tangannya. Isyarat bahwa ia meminta Edgar menggendongnya seperti koala.

Edgar tentu saja melakukan apa yang diinginkan oleh kekasihnya tersebut. Lalu membawa Selena ke luar dari ruang kerja menuju kamar utama. Selama perjalanan itu, Selena menjawab, "Aku hanya tengah memikirkan beberapa hal mengenai kelas besok."

Edgar berbaring di ranjang dengan Selena yang berbaring di atas tubuhnya. Selena memang masih belum kembali ke apartemennya sendiri dan memilih untuk tinggal di apartemen Edgar. Selena tampak senang mendengarkan detak jantung Edgar sembari berbincang dengan kekasihnya itu. Edgar bertanya, "Ah, besok kau memang harus menghadiri kelasku. Apa kau mengalami kesulitan yang sama denganku saat harus berpura-pura bahwa kita tidak dekat?"

Selena mengangguk dan mendongak. "Ya, itu sangat sulit. Terlebih ketika tiba-tiba aku teringat dengan penampilan seksimu ketika berada di ranjang," keluh Selena yang memang semakin sering mengalami hal tersebut.

Edgar tertawa saat mendengarnya, karena ia juga mengalami hal tersebut. Ketika teringat dengan penampilan Seksi di atas ranjang, maka Edgar akan merasakan gejolak gairahnya yang menggeliat. Lalu pada akhirnya ia tidak bisa fokus untuk menjalani hari. Maka tugas dan pekerjaan mereka pada akhirnya menumpuk. Edgar terdiam sesaat sebelum dirinya mendapatkan sebuah solusi yang menarik.

"Sepertinya kita memiliki masalah yang sama. Jadi, kita juga harus bekerja sama untuk menyelesaikannya," ucap Edgar membuat Selena tertarik.

"Kau pasti sudah memikirkan solusinya. Jadi, apa solusi yang terpikirkan olehmu?" tanya Selena dengan ekspresi penasaran.

Edgar menyeringai penuh arti sebelum menjawab, "Bercinta. Solusinya adalah bercinta, Selena."

Selena yang mengerti pun tersenyum. Ia pun beranjak untuk duduk di atas perut Edgar yang tentu saja kuat karena otot-otot perutnya sudah terbentuk sempurna. Selena mengusap dada Edgar dengan sensual sembari berkata, "Itu terdengar menarik. Aku tidak keberatan untuk melakukannya. Hanya saja, ada satu syaratnya."

Edgar melipat kedua tangannya untuk menjadi bantalan kepalanya dan bertanya, "Syarat? Apa itu?"

Selena pun menunduk dan membisikkan sesuatu yang membuat bukti gairah Edgar seketika menegang. Selena rupanya berbisik, "Biarkan aku yang memimpin kali ini. Aku ingin di atas."

Playing with My ProfessorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang