19. Hadiah dari Edgar

995 55 8
                                    

Met weekend guys



.

,





"Berhenti memasang ekspresi kesal seperti itu, Edgar," ucap Myles ketika putranya terlihat sangat kesal saat menghadiri undangan makan malamnya.

Edgar mendengkus dan berkata, "Jika Ayah tidak ingin melihatku kesal, seharusnya sejak awal Ayah tidak memaksaku datang seperti ini terlebih mengundang orang lain tanpa mengatakannya padaku terlebih dahulu."

Edgar pun melirik wanita cantik yang duduk di sampingnya dengan ekspresi kesal yang sama sekali tidak ia sembunyikan dari wajahnya. Padahal sebelumnya Edgar sudah berhasil menghindari acara makan malam karena Selena juga tidak mau mendampingi dirinya. Pada awalnya Myles memang tidak mengatakan apa pun saat dirinya menolak untuk hadir. Namun, ternyata ia malah menjadwalkan pertemuan lain, dan kali ini sangat memaksa dirinya untuk pulang.

Ternyata saat ini Myles secara paksa mempertemukan Edgar dengan Lidia. Di mana sebenarnya memang keduanya sudah saling mengenal. Mengingat keduanya adalah teman sekolah. Tepatnya mereka menempuh pendidikan di kampus dan jurusan yang sama. Kedua keluarga mereka juga saling mengenal dan cukup dekat. Jadi, sebenarnya bukan hal yang aneh ketika mereka bertemu. Hanya saja, Edgar sama sekali tidak senang dengan ide itu.

"Kenapa kau sekesal ini hanya karena makan bersama dengan ayah dan temanmu?" tanya Myles tidak paham.

"Kenapa Ayah bertanya seolah-olah tidak paham dengan sifat putramu sendiri? Apa Ayah pikir, dengan sifatku itu aku bisa merasa senang di situasi seperti ini?" tanya balik Edgar.

Lalu Edgar pun menatap wanita cantik yang duduk di sampingnya. Lalu dirinya berkata, "Dan kurasa aku dan Lidia sama sekali tidak berada dalam hubungan yang memungkinkanku merasa nyaman untuk menikmati makan malam bersama."

Benar, wanita yang duduk di samping Edgar tak lain adalah Lidia. Wanita yang ingin dijodohkan Myles denga putranya yang berharga. Myles mendengkus pea. Ia sadar, bahwa putranya bertingkah menjengkelkan seperti ini karena sudah bisa membaca apa yang tengah ia rencanakan. Pada akhirnya Myles pun berkata, "Sepertinya aku memang tidak bisa menutupi masalah ini darimu. Aku memang berniat menjodohkanmu dengan Lidia. Kurasa, kalian cocok untuk menjadi pasangan dan keluarga Lidia juga setuju dengan rencana perjodohan ini karena sama-sama akan memberikan keuntungan bagi dua keluarga."

Lidia yang sejak tadi berdiam diri pun berkata, "Selain itu, aku juga tidak keberatan untuk dijodohkan. Tepatnya, aku memang ingin menjalin hubungan denganmu, Edgar. Bukankah ide menikah dan menjadi pasangan selama sisa usia kita tidak terdengar buruk? Kita akan menjadi pasangan yang serasi."

Edgar yang mendengarnya kembali mendengkus pelan. Tentu saja dirinya tidak merasa senang dengan apa yang ia dengar tersebut. Ia sama sekali tidak tertarik dengan Lidia. Selain itu, ia sama sekali tidak berniat memiliki dan menjalin hubungan dengan cara seperti itu. Edgar pun mengalihkan pandangannya pada sang ayah dan berkata, "Aku tidak berniat untuk mengikuti perjodohan atau menjalin hubungan dengan Lidia. Aku tidak tertarik."

Lidia jelas ingin mengatakan sesuatu yang ia pikirkan. Namun, Myles sudah memberikan isyarat padanya untuk diam terlebih dahulu. Sebab dirinya bertanya pada Edgar, "Apa ini ada hubungannya dengan Selena? Gadis yang cukup kau sukai itu?"

"Kurasa, Ayah pasti sudah tahu jawabannya." Edgar sama ekali tidak ingin membahas hal tersebut terlalu panjang lebar, terlebih di hadapan Lidia. Menurut Edgar, itu adalah hal yang kurang tepat.

Lalu Myles pun berkata, "Sudahi hubunganmu dengannya. Kau sudah cukup lama menjalani kehidupan santai dengan bermain-main sesukamu. Sekarang, sudah saatnya kau melakukan kewajibanmu. Di mana kau mengambil peran sebagai seorang calon pewaris. Selain itu, hubunganmu dengan gadis itu sama sekali tidak ada harapan. Lebih baik sudahi sebelum semuanya terlambat."

Playing with My ProfessorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang