19. Nasehat Azmi

156 16 1
                                        


Assalamu'alaikum.
Maaf udah buat nungga lama ceritanya.
Soalnya aku sibuk banget buat lomba, jadi latihan tampa henti. Aku kan masih anak SMA, jadi harus ujian dan lain lain. Jadi gak sempet mikir dan lanjutin.

Semoga kalian  gak akan bosan sama ceritaku dan selalu baca.
Dengan harapan pembaca memberi vote atau dukungan komen. Biar semangat lanjutannya







~==============~





Asyah tersentak mendengar bentakan dari Ayahnya , menatap pria di depannya tak percaya .

"Dengarkan Asyah , kau akan tinggal bersama Ayah . Ayah akan mengambil hak asuh dari Bundamu dan kau akan bahagia bersama Ayah "

"Ayah membentak Asyah? " Asyah memundur kebelakang menatap sang Ayah tak percaya.

Asyah menggelengkan kepalanya dan berlari meninggalkan sang Ayah yang tangan terkepal merasakan kekesalan.



~





Asyah terus berjalan , sudah sangat jauh jaraknya dari sekolah.  Mata memandang matahari yang akan terbenam, warna Jingga mulai bermunculan.
Air matanya menetes, menahan sakit pada dadanya. Nyeri dan sesak, bahkan tangannya tak segan memukuli dadanya  , berharap rasa itu hilang.

" hiks... Ini sangat sakit hiks " gumam Asyah.

Tubuhnya tumbang ke tanah, menutup wajahnya dengan kedua tangan. Menangis tampa suara.  Itu hanya yang bisa ia lakukan.

"Asyah "

Asyah tersentak, membuka kedua tangannya lalu menatap ke arah orang yang memanggil namanya.

"Kak Azmi? "

Orang itu adalah Azmi yang sejak tadi mengikuti Asyah dari sekolah .
Ia bahkan melihat dan mendengar kejadian ketika pria yang kini dia tau adalah Ayah Asyah, yang tidak segan membentak Asyah.

"Berdirilah " pintah Azmi.

Asyah menghapus air matanya dengan kedua tangan, lalu dengan pelan bangkit  berdiri dan berhadapan dengan Azmi.

" ikut aku "

Asyah menatap bingung Azmi yang kini berjalan lebih dulu. Secara Asyah mengikuti Azmi di belakang dengan langkah yang sedikit pelan.




~








Azmi memberikan sebotol air mineral ke Asyah.
Kini mereka berdua berasal di taman yang tidak jauh dari pesantren.
Azmi membawa Asyah ke sini karna dia berpikir, pikiran gadis itu akan tenang jika di tempat seperti ini. Tempat yang tenang dan sejuk.

"Makasih kak " ucap Asyah.

"Hmm... "

"Maaf repotin kak Azmi, Asyah nyusahin kak Azmi terus " ucap Asyah menundukkan kepalanya .

"Gak nyusahin dan repotin "

"Tapi kak Azmi selalu bantu Asyah, bahkan Asyah gak pernah bantuin Kak Azmi "

"Kamu sudah menyelamatkan saya tempo hari "

Asyah terdiam, dia baru mengingat bahwa dia pernah menyelamatkan Azmi dari lampu yang terjatuh ke atas kepala pemuda tampan itu.

"Jujur Kak, Asyah malu "

Azmi mengangkat satu alisnya bingung dan menatap heran ke Asyah.

"Asyah nangis dan kak Azmi liat. Asyah terlihat lemah yah? "

"Kamu kuat "

Asyah terkekeh, kata itu yang dia butuhkan. Kata yang mengatakan dirinya kuat, membuat bebannya sedikit menghilang.

"Itu kata yang Asyah butuhkan saat ini " gumam Asyah kembali meminum sisa air yang ia minum tadi.

"Kak Azmi ikutin Asyah yah? "

Azmi dengan pelan mengangguk, mengiyakan pertanyaan gadis itu.

"Ara katanya pingin bertemu, tapi saat ini belum tepat "

Asyah terkekeh kecil. Mengingat gadis kecil itu membuat Asyah tertawa.

"Kamu bisa cerita jika mau " ucap Azmi.

Asyah diam , memikirkan ucapan Azmi. Apakah ia bisa percaya dan menceritakan masalah.

"Siapa tau, saya bisa beri nasehat "

Asyah mengangguk pelan.

"Kak Azmi pasti liat aku dengan seseorang tadi di gerbang. Orang itu yang pernah ninggalin Bunda, kakak Asyah dan Asyah. Bahkan dengan teganya tidak memperdulikan kakak Asyah yang meninggal karna dirinya. Orang itu Asyah Asyah, cinta pertama Asyah. Dan Cinta itu pertama itu membuat Asyah kecewa dan bersedih. Yang ingat merebut kebahagiaan Asyah dan Bunda. Namun, Asyah gak bisa benci Ayah, Asyah bahkan sangat menyayanginya. Tapi balasannya , Ayah hanya ingin harta dari keluarga Bunda " ucap Asyah panjang lebar.

Azmi diam mendengar cerita dari Asyah.  Kini dia tau, apa yang membuat Gadis itu menangis.

"Asyah bahkan pingin ikut kakak atau menghilang saja, dari pada harus merasakan rasa sakit ini "

Azmi menatap Asyah menundukkan kepalanya, menyembunyikan air matanya yang kembali mengalir.

"Itu adalah cobaan dari Allah, dengan cobaan ini kamu akan mendapatkan hidayah dari situ. Tentang kekeluargaan dan Cinta di sana. Mungkin kamu rasa ini tidak adil buatmu hingga berpikir untuk ikut bersama kakakmu. Tapi yang harus kamu ketahui keputuasaanmu, akan tergantikan dengan kebahagiaan di kemudian hari. Maka teruslah mengingat Allah, jangan sampai menyerah. Ingatlah kamu masih mempunyai Bundamu dan Semua orang yang mencintai dan menyayangimu. Aku tidak tau rasa sepertimu bagaimana, tapi hanya ini yang bisa aku katakan padamu "

"Hiks... Hiks.... "

Kini tangis Asyah terdengar jelas. Ucapan Azmi menyentuh hatinya. Kata kata dukungan telah ia dapatkan membuat beban di dalam dirinya menghilang.

"Kau masih mempunyai Bundamu, Kak Reyhan, Nia dan lainnya. Jangan membuat meraka merasa kehilangan mengerti? "

Asyah menggukkan kepalanya cepat. Menghapus air matanya dan menampilkan senyumannya dengan mata yang masih bengkak.

" Terima kasih kak, Asyah jadi pegah dengarnya "

Azmi tersenyum tipis. Lega jika Asyah menerima nasehatnya . Azmi merasa beban yang Asyah miliki pasti sangat berat.



























Bersambung.

Jangan lupa vote .

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You And MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang