Akhirnya Kirana bisa santai di rumah. Dia mengelus perutnya yang hampir meledak. Baru kali ini dia merasa sangat kenyang banget. Apalagi dia juga membawa pulang makanan setelah selesai ditraktir sama pria itu.
Dia bangun dari duduknya, menuju ke dapur. Dibukalah kotak makanan dibungkus sangat rapi banget. Lalu, dia ambil piring dipindahkan ke sana. Malam ini dia tidak akan kelaparan lagi. Apalagi makanan pria berikan sangat banyak. Dia merasa berhutang budi banget dengan pria itu.
Bukan itu saja, pria itu juga sempat membawa Kirana ke mal. Membawa ke supermarket. Awalnya Kirana menolak banget. Karena dia tidak pantas, diberikan begitu spesial. Niatan buat menghindar dan tidak mau terlalu dengan pria itu. Bukan karena dia jijik. Perempuan seperti Kirana mana pantas mempunyai teman seperti pria itu. Buat sebut namanya saja, dia malas banget.
"Sebulan cukup untuk stok. Huh! Andai aku punya pacar kayak dia. Ih! Amit-amit jangan sampai. Pacar? Heh! Ogah. Dia siapa? Jangan kira karena kebaikan kamu selamatin aku dari geng berandalan kemarin malam. Aku bakal bersedia menjadi kamu teman terbaik? Kamu yang memaksa," celoteh Kirana sambil memasukan buah-buahan dan pastinya daging serta sayur mayur ke kulkas.
Setelah semua sudah dia masukan. Waktunya dia bersiap untuk berangkat ke kampus. Di kamar mandi, Kirana bersenandung. Hape miliknya berkedap-kedip. Ada pesan masuk dari seseorang. Beberapa menit kemudian, dia selesai dengan aroma sabun dan shampo pada dirinya.
Dengan balutan handuk melekat pada tubuhnya. Masih ada sisa basah menempel di kulitnya. Dia membuka rak lemari portabel rakit. Di ambil baju yang akan dia pakai.
Hapenya berbunyi, dia pun segera mengangkat. "Ana, kamu sudah sampai?"
Yang menelepon adalah Jesika. Kirana baru saja selesai berpakaian. Dia sedang menyisir rambutnya yang masih setengah basah. Dia mengaktifkan speaker. "Belum, baru selesai mandi. Kenapa? Kamu sudah tiba di sana?"
"Belum, aku sepertinya sedikit terlambat, bisa titip absen?"
"Kebiasaan, pasti lagi ngedate, kan?"
"Bukan, ada urusan sedikit. Titip absen, nanti malam aku traktir makan deh. Apa kamu mau burger?"
"Gak perlu, duitnya di simpan saja," katanya. Setelah selesai bedak muka sama nyisir rambut. Dia membiarkan rambutnya gerai begitu saja.
"Yakin nih? Jangan bilang kamu makan sari roti lagi? Gak apa-apa, nanti sampai kampus, aku belikan, ya uda dulu, ya! Bye, mata kuliah kedua,"
Saat telepon Jesika putus. Kirana pun bergegas untuk berangkat. Tidak lupa juga dia memasukkan camilan ke tasnya. Camilan isinya bukan sari roti, melainkan camilan berisi keripik singkong.
Saat dia hendak keluar dan mengunci pintu. Dia pun berjalan menuju ke gang sempit. Dia melewati sebuah mobil sedan berwarna hitam. Beberapa detik, Kirana dikagetkan oleh suara klakson. Sehingga dia berhenti dan menoleh. Seseorang keluar dari mobil itu.
Kirana mendengkus. "Apalagi? Apa gak bosannya kamu buntuti aku?"
"Bukannya saya sudah katakan sebelumnya kemarin malam. Saya akan menjemput kamu, kamu lupa?" ucapnya berdiri tepat di depan Kirana dengan kedua tangan masuk ke kantong celananya.
Kirana semakin lama diperhatikan penampilan pria itu, makin keren saja. Apalagi pakaian dia kenakan juga tidak mencolok banget. Kirana tidak akan lupa soal perihal itu. Tetapi dia memang tidak anggap omongan pria itu serius.
"Gak perlu, aku naik..."
"Tidak perlu merasa malu, saya ikhlas, kok, ayo!"
"Eh? Sebentar ...."
Pria itu langsung menarik Kirana untuk masuk ke mobilnya. Kirana belum sempat menolak, tetapi hal itu malah dipaksa atas kebijakan pria itu. Karena dia berada di luar rumah. Apalagi gang sempit itu juga ada beberapa orang suka melewati. Merasa tidak ingin digosipkan aneh-aneh sama warga. Mau tak mau Kirana menuruti kemauan pria itu.
Ketika mobil itu meninggalkan area gang sempit. Kirana memilih diam. Tidak ingin berkomunikasi terlalu banyak dengan pria satu ini sedang mengemudi. Kirana mencium aroma di mobil begitu khas banget. Fresh lagi. Merasa dia nyaman, belum lagi musik diputarkan oleh pria ini. Jadinya dia terhanyut suasana, membuat dia merasa ingin tidur sebentar. Belum lagi, jalanan di depan macet lagi.
"Kamu mau permen?" Pria itu menawarkan permen kepada Kirana. Tetapi Kirana tidak merespons hanya ada suara napas lembut dari hidungnya.
Pria itu meletakkan di samping duduknya. Kemudian, satu tangan mengarah ke rambut Kirana yang sudah kering. Tetapi sebuah klakson dari belakang mengurungkan niatan pria itu melihat wajah Kirana sedang tertidur. Dia pun kembali melanjutkan mobilnya karena lampu depan sudah berubah warna.
***
"Aku ada di mana?"
Kirana berdiri suatu tempat, di mana dia berdiri tidak jauh dari orang-orang pada sibuk dengan buku tebal, kemudian map dan dokumen di pelukan orang-orang dengan muka stres.
"KIRANA!"
Seseorang meneriaki namanya. Kirana yang berada di ujung, memandang seseorang tengah berlari dan menghadap ke orang yang memanggilnya. Muka yang garang itu melemparkan lembaran ke muka perempuan itu.
Kirana bisa lihat wajah perempuan itu begitu tertekan. "Kamu bagaimana sih mengerjakan data ini? Lihat! Fotocopy Nya! Tinta huruf pun tidak jelas. Bagaimana saya bisa berikan kepada Bos! Niat kerja tidak sih!" bentak orang itu.
Kirana sekali lagi mendekati perempuan itu. Ketika perempuan itu memungut beberapa lembar dilempar oleh managernya. Kirana terkejut dan langsung terbangun.
"Sudah bangun?"
Kirana menoleh arah sumber suara itu. Dia masih di mobil. Kemudian dia melihat sekitar dan di luar. Ternyata dia sudah di Kampus. Mobilnya tepat parkir di belakang kampus. Lalu, dia melihat jam hapenya. Sudah pukul tujuh malam. Dia bolos satu mata kuliah.
"Kenapa kamu gak bangunin aku!" Kirana kesal. Dia ketiduran.
"Saya tidak berani membangunkan kamu. Kamu terlalu nyenyak. Jadi...."
"Seharusnya bangunin aku! Kamu tahu, aku absen satu mata kuliah!"
Kirana bergegas keluar dari mobilnya. Kemudian membanting pintu mobil tidak peduli jika pria itu kesal. Dengan cepat dia berjalan masuk ke kampus tersebut.
"Pasti Jesika marah banget. Sial! Semoga masih sempat!"
Sampai di kelasnya, dia masuk. Ternyata anak lain pada berisik. Ketika dia masuk semua orang menoleh kearahnya. Di sana Jesika sudah duduk manis. Dia pun menghampiri temannya.
"Terlambat? Kemana saja?" Jesika malah bertanya. Malah tidak menunjukkan muka bete atau kesal.
"Aku ketiduran! Sorry, ya! Mata kuliah pertama...."
"Dosennya gak masuk," jawab Jesika.
Kirana bengong, "Kok bisa? Jadi tugas yang kamu bilang?"
Jesika pun menatap Kirana cukup lama. "Stres, Ana! Please bantu aku. Aku stres. Kamu tau, tadi aku minta kamu titip absen? Aku sedang cari bahan tugas diberikan sama Pak Tomi!" ucapnya mau menangis.
Kirana sudah memeriksa emailnya. Dia tidak mendapatkan tugas dari dosen itu. Makanya dia ingin tau, tugas apa diberikan oleh dosen itu. Memang sih, Kirana jarang mendapatkan tugas atau PR dari dosen. Terkecuali dosen Akuntansi.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
√TERJEBAK KARENA NAFSU (21+)
RomantikLANJUT BACA DI INNOVEL Terkhusus untuk pembaca di usia 21 tahun ke atas. *** Mau berapa kali alasan pun. Pada akhirnya tetap saja tidak akan berjalan mulus. Kirana hanya sebatas sosok tidak tahu, dan memilih dunia yang tidak adil.