"Mau ke mana dirimu?"
Temannya bertanya, melihat Tian mengambil jaket dan kunci mobil. "Keluar!"
Temannya pun mengikutinya, Tian menyalakan mobil dan keluar dari area ruko perumahan. Walau portal dan pintu gerbang sudah jam tutup. Penjaga ruko itu mengenal plat mobil dipakai oleh Tian. Dengan rasa hormat melaksanakan perintah hingga dia kembali.
"Memang kamu tau dia ada di mana?" temannya bertanya.
"Cari sampai dapat, yang pasti gak jauh dari sini," kata Tian sambil memperhatikan sekitar jalan.
Temannya memindahkan posisi dan memandang Tian sangat lama. Tian sedang menyetir, dapat rasakan apa yang dipelototi oleh teman satu ini.
"Kalau ada yang mau kamu tanyakan, tanyakan saja. Gak perlu memandang aku seperti itu," ucap Tian.
Temannya tawa kecil. "Tau, aja, kamu ini. Apa yang sedang ingin aku tanyakan."
"Karena dari cara tatapan kamu,"
Temannya kembali duduk semula dan memandang lurus ke depan. "Btw, tumbenan kamu peduli sama dia? Masih perjuangkan untuk dapatkan hatinya?"
"Gak, aku gak mau ada yang terjadi pada pelanggan yang tinggal di rumah milik pamanku," kata Tian cepat.
"Hm... bukannya kamu malas banget ngurus pekerjaan ini?"
"Memang, apa boleh buat, sambil menguasai. Walau membosankan. Daripada aku disebut laki-laki gak berguna?"
Tian tidak berhenti memperhatikan sekeliling luar jalan, walau sudah malam, apa pun yang di lihat tidak akan terlihat jelas. Rata-rata pada tutup, hanya beberapa lampu untuk menerangi jalanan. Bahkan area wilayah melewati mobil dan kendaraan juga mulai sepi.
"Btw, Tian. Kalau dipikir-pikir ambil pekerjaan ini gak membosankan deh, menurut aku. Apalagi, paman kamu, kan, ingin kamu ...."
Teman Tian terhantam ke depan, tiba-tiba Tian mendadak rem mobilnya. Membuat hidung mancung ke cium sama tepi pintu.
"Ada apa sih? Untung hidung aku masih utuh," ngomelnya.
Tian membuka sabuk pengamannya, lalu segera keluar dari mobil. "Eh, Tian? Haih, anak satu ini?!"
Dia pun ikut keluar mengejar Tian melangkah ke salah tempat. Di sana terdapat tiga orang manusia sedang membantu salah satu temannya yang terlihat mabuk.
Mega membantu membukakan pintu untuk Kirana masuk ke mobil Deny, tetapi Kirana masih setengah sadar, dia menolak untuk masuk ke mobil orang lain. Meskipun Mega berusaha membujuk. Tetap saja Kirana mencoba untuk menolak dan mengelak dengan alasan tidak jelas.
"Tempat tinggal kamu dengan Deny searah, Rana. Lebih aman jika dia yang ...."
"Gak apa-apa, aku bisa minta Jes ...."
Deny menangkap tubuh Kirana yang hampir jatuh. Kirana menahan dan menjauh dari tangkapannya. Deny hanya berniat untuk membantu. Namun firasat Kirana mengatakan, Deny bukan lelaki yang baik.
"Biar aku yang bawa dia pulang," ucap seseorang. Membuat Mega dan Deny menoleh ke arah sumber suara itu.
Tian dengan cepat menarik tubuh Kirana ke pelukannya. Kirana sempat melirik, walau wajah dia lihat tidak jelas. Yang pasti dia kenal suara itu. Teman Tian menyusul dengan muka kesal.
"Tian!"
Kirana pun mendengar panggilan itu, Kirana tidak tahu kenapa teman tetangganya bisa ada di sini. Mega dan Deny menatap Tian penuh tanda tanya. Tian dengan sikap gentelmen pun mengeluarkan suara sangat tegas dan sopan.

KAMU SEDANG MEMBACA
√TERJEBAK KARENA NAFSU (21+)
RomanceLANJUT BACA DI INNOVEL Terkhusus untuk pembaca di usia 21 tahun ke atas. *** Mau berapa kali alasan pun. Pada akhirnya tetap saja tidak akan berjalan mulus. Kirana hanya sebatas sosok tidak tahu, dan memilih dunia yang tidak adil.