First note

94 7 3
                                    

Mimpi.

Satu kata yang menyimpan makna besar.

Saat masih TK, pasti kita sering ditanya, kalau sudah besar nanti mau jadi apa? Lalu dengan lantangnya kita akan menjawab, dokter! Atau, tentara!

Raja juga sama. Dulu dia mengatakan ke gurunya dia ingin jadi dokter. Sekarang coba? Boro-boro jadi dokter, nilai ulangan biologinya aja kembaran sama ukuran sepatu sekolahnya.

Duakh.

Cowok itu terbangun dari mimpinya saat seseorang tiba-tiba menendang bangkunya brutal. Dalam mimpinya itu ia sedang mengunyah kripik singkong alot buatan mama. Ia sebenarnya kaget, tapi berhubung salah satu motto hidupnya adalah, jadilah cool didepan Gigi atau anda akan ditindas oleh betina ganas itu, makanya Raja berlagak sok gak kaget aja. Padahal mah aslinya jantung udah mau pindah ke lambung.

Dengan mata yang masih setengah merem, Raja menoleh kearah gadis berambut pendek itu.

"Minggir, itu tempat duduk gue," katanya judes.

Bulu kuduk Raja tiba-tiba berdiri. "Hih, serem. Pagi-pagi gue udah di datengin dedemit aja. Astagfirullah astagfirullah..." Fyi, Raja itu umat kristiani.

Gianna tetap memandang cowok itu datar. "Gue bilang minggir. Gue mau duduk. Tempat lo tuh yang dipojok."

Cewek itu sebenarnya masih sebal dengan kejadian di jam kimia kemarin. Bisa-bisanya wali kelas mereka— yang sekaligus merangkap sebagai guru kimia— menunjuk Raja sebagai deskmate nya. Sumpah, Demi Tuhan, Gianna bakal lebih rela didudukkan di bangku paling depan daripada duduk sebangku dengan saiton bernama Malais Raja Pradipta. Mending dia tremor pas mapelnya pak Wahidin, daripada dibikin emosi setiap detiknya gara-gara cowok gak berakhlak ini.

"Geser gak lo?" Gianna masih tetap mempertahankan tatapan mautnya.

"Dih, nyuruh-nyuruh? Emang lo siapa? Orang gue yang dateng duluan, gue juga yang duduk disini duluan. Ya kursi ini punya gue lah."

Kalau di kartun-kartun antv, sudah pasti ada asap-asap putih diatas kepala Gianna. Cewek itu kesal sampai mau meledak, namun sebagai salah satu netizen Indonesia yang menjunjung tinggi nilai keadilan, akhirnya ia mengalah.

"Kalau gitu minggir, gue mau lewat."

"Gue--"

"KENAPA? MINGGIR JUGA GAK MAU? OKE!" Lalu dengan tenaga dalam yang entah berasal darimana, Gianna menarik brutal bangku Raja. Cowok itu hampir saja terjungkal kalau-kalau ia tidak berpegangan pada bangkunya.

"WOI! BRUTAL BANGET SIH LO JADI CEWEK?"

"Salah sendiri gak mau minggir."

"GUE TUH MAU MINGGIR. TAPI LO NYA AJA YANG GAK SABARAN!"

"Kalau gitu salah sendiri minggirnya lama."

Raja berteriak frustasi. "YAAA TUHAN, APALAH DOSA HAMBAMU INI SAMPAI KAU BERI AKU COBAAN LEWAT CEWEK GILA INI?"

"Berisik," sahut Gia tak peduli. Cewek itu malah mengeluarkan airpod dari saku jaketnya, lalu memasangnya pada kedua telinga.

Ia lalu segera membuka ponsel miliknya, menekan aplikasi berwarna hijau, lalu mulai memutar playlist favoritnya.

"Woi!" Manusia yang disampingnya pun ikut kaget. Raja memegangi dadanya, syukurlah jantungnya masih ada pada tempatnya. Padahal Gianna berteriak seperti itu juga karena ulahnya.

"Lancang banget sih lo?! Balikin!" Cewek itu melototi Raja yang dengan semena-mena melepas pod dari telinga kirinya. Ia makin sebal waktu Raja memasang pod miliknya itu pada telinganya.

I WISH U | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang