p.s
Semua timeline waktu dan pertandingan dalam cerita ini hanyalah fiksi yang tidak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata!
•
•
Hari Sabtu pagi, Raja sudah sampai di pusat pelatihan club nya setelah ia berlari sejauh 5 km dari rumah. Berhubung piala presiden diadakan sebentar lagi, frekuensi latihan para atlet muda menjadi lebih padat daripada biasanya.
Stadiun masih lumayan sepi, hanya ada beberapa atlet yang sedang melakukan pemanasan individu. Pemuda itu berniat menaruh barang-barangnya dalam loker sebelum ia bergabung dengan yang lain di lapangan.
Raja tak pernah menduga kalau ia akan terjebak di situasi yang sangat canggung dengan Desta. Hanya ada mereka berdua di ruang ganti, dan semenjak kejadian seminggu lalu, keduanya memilih berhenti berinteraksi dengan satu sama lain. Belum ada kata damai ataupun maaf, padahal sebenarnya mereka sangat tak betah dengan situasi ini. Ditambah lagi, mereka masih satu tim dan diharuskan untuk berlatih bersama setiap hari.
Pemuda itu mengumpat dalam hati saat ia tak sengaja menjatuhkan barang dari dalam tas olahraganya yang tak tertutup sempurna. Masalahnya, barang yang seharusnya tak boleh diketahui siapapun itu jatuh tepat di depan kaki Desta. Mau tidak mau, Raja membiarkan Desta memungutnya.
Tak butuh waktu lama, banyak pertanyaan mulai muncul dalam benak Desta, tapi dengan cepat ia menyerahkan alat tersebut itu pada Raja. Ia tak ingin dianggap ingin tau tentang permasalahan laki-laki itu.
"Thanks," ujar Raja singkat, lalu bergegas menuju lokernya. Dengan cepat laki-laki itu memasukkan barang-barangnya kedalam loker kecuali tas raket dan botol minumnya.
Dirasa tak perlu menjelaskan apapun pada rekannya, Raja pergi begitu saja dari ruang ganti menuju lapangan utama. Pemuda itu pergi meninggalkan Desta yang masih punya banyak pertanyaan tak terjawab.
***
Practice match pertama pun dimulai.
"Guys, semangat!" Tara berteriak dari pinggir lapangan, memberikan semangat pada kedua laki-laki di salah satu sisi net.
Desta di depan dan Raja di belakang. Awalnya mereka kurang setuju dengan pergantian posisi ini, tapi pak Aryo mengatakan begini lebih baik.
Tak peduli bagaimana hubungan mereka di luar lapangan, tapi ketika berada di dalam lapangan, profesionalitas adalah yang terpenting, dan keduanya paham betul akan hal itu. Anggukan singkat keduanya membuktikan bahwa mereka bersedia melupakan sejenak tentang pertikaian diantara mereka.
Pada awal babak pertama mereka masih saja kesulitan mengatur tempo permainan, tapi tentu saja keduanya tidak akan membiarkan hal seperti ini terus terjadi. Mereka harus maju, bagaimanapun caranya.
Peluit ditiup saat papan skor menunjukan angka 21-11. Raja dan Desta tertinggal 10 poin. Break time mereka gunakan untuk menegak air dan mengusap peluh di wajah mereka menggunakan handuk.
"Kita gak boleh bikin celah," kata Raja.
Desta berhenti menegak air dalam botolnya, "bang Deka pinter banget nyerang lewat celah-celah kecil."
Raja mengangguk, menyetujui. "Lo mau coba?"
"Apaan? Jangan bilang..."
KAMU SEDANG MEMBACA
I WISH U | Huang Renjun
Teen FictionTentang bagaimana mereka si para pemimpi belajar bahwa masa muda adalah masa yang paling layak untuk diingat. Tidak semua angan harus digapai dan semua harap dikabulkan. Ini tentang bagaimana mereka mengikhlaskan. "Kita itu seperti kupu-kupu. Tumbu...