Tak terasa, hampir tiga puluh menit cowok itu menunggu sembari tiap tiga detik sekali mengecek jam di ponselnya. Hatinya benar-benar tak bisa tenang sebelum ia bertemu dengan gadis itu— dan mengetahui siapa laki-laki yang bersama gadis itu.
Raja berdecak, "lama banget, deh? Mampir kemana lagi tuh? Katanya udah otw. Parah banget si Gigi."
Segala gerutuannya itu akhirnya terhenti kala sebuah lampu kuning motor mulai menyorot tubuhnya. Raja menyipitkan matanya, berusaha mengenali wajah laki-laki di balik kaca helm.
Motor beat berwarna hitam itu berhenti tepat di depan Raja. Tanpa basa-basi, Gia turun dan langsung menghampiri laki-laki itu.
"Lo beneran mau numpang pipis?!" Tanyanya dengan nada yang tak bisa santai.
Bukannya merespon pertanyaan gadis dihadapannya, Raja malah masih sibuk memperhatikan laki-laki yang duduk di jok motor itu.
"Malais, denger gue gak sih?!"
"Iyaaaa, sebentar, ya?"
Gia seketika bungkam. Yang tadi itu apa? Kenapa laki-laki itu berbicara dengan nada yang seperti itu? Kenapa nada bicaranya tiba-tiba menjadi selembut itu?
"Kak, motornya langsung dimasukin apa gimana?"
Detak jantung Raja kembali berdenyut normal tat kala cowok di atas motor itu membuka kaca helm nya.
Itu Ivan, adik bungsu Gia. Raja tiba-tiba merasa malu dengan dirinya sendiri. Sebenarnya apa yang sedang ia lakukan sekarang?
"Kamu emang bisa naikkin?"
Wajah Ivan memerah seketika, kenapa kakak sulungnya itu harus menanyakan hal memalukan seperti itu di depan Raja?
"Bisalah!" Kata anak itu nyolot.
"Dih? Ya udah coba aja."
Dan untungnya, Ivan memang bisa memasukkan motor hitam itu ke halaman rumah mereka yang menanjak. Tampang nya seketika berubah belagu menatap kakak perempuannya.
"Ivan lagi belajar motor ya?" Tanya Raja pada Gia pelan, tak ingin sampai Ivan mendengarnya, karena ia tau anak itu pasti akan merasa malu.
Tanpa bersuara, Gia mengangguk.
"Van!"
Pandangan Ivan beralih pada Raja.
"Keren, Van! Kapan-kapan riding sama gue ya!" Raja setengah berteriak sembari mengacungkan jempolnya.
"Bener ya, mas? Soalnya gue bosen sama kak Gia terus!"
"Heh!" Gia jelas tak terima dengan apa yang dikatakan Ivan.
Raja tertawa, "ntar gue kabarin aja! Sekalian minta ijin kakak lo nih!"
"Sogok matcha aja, mas! Pasti langsung mau dia tuh! Gue masuk dulu ya! Kakak gue jangan dipulangin malem-malem!"
Mata Gia sontak membelalak sempurna. "VAN!"
Ivan agaknya tak peduli. Anak itu menjulurkan lidahnya sebelum masuk kedalam rumah. Sedangkan Gia, gadis itu mendadak merasa canggung dengan Raja karena ucapan ngawur adiknya barusan.
"Ngapain lo senyum-senyum?" Tanya gadis itu ketus saat ia menyadari Raja terang-terangan sedang memperhatikannya sambil senyum-senyum gak jelas.
Cowok itu menggeleng, "nggak pa-pa."
"Jadi numpang pipis gak lo?"
Lagi, cowok itu menggeleng.
"Lah? Katanya udah diujung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I WISH U | Huang Renjun
Novela JuvenilTentang bagaimana mereka si para pemimpi belajar bahwa masa muda adalah masa yang paling layak untuk diingat. Tidak semua angan harus digapai dan semua harap dikabulkan. Ini tentang bagaimana mereka mengikhlaskan. "Kita itu seperti kupu-kupu. Tumbu...