Sepertinya setiap pagi Gia selalu menemukan cowok itu sedang tertidur pulas di mejanya. Tapi pagi ini agak berbeda. Raja yang biasanya selalu merebut bangkunya kini memilih untuk tidak. Cowok itu tertidur pulas di bangkunya yang berada di pojok dekat tembok.
Kelas masih sangat sepi, hanya ada empat anak yangs sudah termasuk dirinya dan Raja. Dua anak yang lain memilih untuk keluar dari kelas, mungkin karena pagi itu kelas memang sangat dingin. Maklum, AC kelas mereka baru saja diganti dengan yang baru. Gia yang berjaket tebal saja masih menggigil kedinginan.
Ia meletakkan tasnya, namun tetap membiarkan jaket melekat di tubuhnya. Rasanya sangat tenang saat Raja tidak mengusik harinya, tapi agak sepi juga.
Gadis itu menoleh, mendapati cowok yang sedang tidur di sampingnya mengerang pelan. Cowok itu bahkan menggigil kedinginan. Salah sendiri tidak membawa jaket, batin Gia.
Namun, karena Gia agak khawatir, maka cewek itu memilih untuk menyenggol pelan pundak Raja. "Mal. Woi, Mal, lo kenapa?"
"Hngh? Dingin."
"Lo gak bawa jaket atau apa kek?"
Raja menggeleng pelan, lalu kembali menutup matanya yang sempat setengah terbuka sembari memeluk diri sendiri.
"Ya udah mampus kedinginan."
Tak ada lagi sahutan. Gadis itu lalu berpikir sejenak, sebenarnya ragu-ragu.
"Ck."
Siapa yang menyangka kalau pada akhirnya Gia akan melepas jaketnya lalu melemparnya pada Raja? "Pake tuh. Awas sampai lo ilerin."
"Hngh?" Raja bingung karena tiba-tiba ada sesuatu yang mengenai wajahnya.
"Pake."
Raja tentu saja bingung, bahkan cowok itu sempat terdiam dengan matanya yang masih sangat mengantuk. Tapi kalau ia perhatikan dari ekspresi wajah Gigi, gadis itu terlihat tidak sedang bercanda. Maka dari itu Raja menerima jaket itu.
"......Thanks."
Gadis itu tak lagi menyahut. Ia bangkit dari kursinya, lalu berjalan keluar kelas meninggalkan Raja sendirian di kelas, bersama jaket kesayangannya.
***
Bahkan setelah bel masuk berbunyi, Gia masih mendapati cowok itu tertidur pulas. Gia seratus persen yakin kalau Raja tetap tidak akan bangun meskipun sekolah ini terserang tsunami tiba-tiba.
"Gi, bangunin tuh Raja. Bu Sri bentar lagi dateng," ujar salah satu teman sekelasnya.
Gia sekarang dibuat kebingungan. Kalau dilihat dari cara tidur Raja yang sudah seperti orang mati, ka yakin sekali kalau cowok itu pasti kelelahan. Tapi kalau tidak dibangunkan juga pasti Raja akan kena hukum, atau bahkan tidak diperbolehkan mengikuti pelajaran.
Tapi memang apa pedulinya? Toh Raja dihukum bukan urusannya.
"Ah elah nyusahin aja. Mal, bangun, mal, udah masuk." Seperti yang sudah-sudah, pada akhirnya kebaikan hati gadis itu kembali berhasil menguasai dirinya. Entah itu memang murni kebaikan hatinya atau rasa kepeduliannya.
"MALAES!"
Dan harusnya Raja tau kalau batas kesabaran cewek disampingnya itu tipis seperti benang.
"Tidur tuh di rumah bukan di sekolah!"
Perlahan-lahan, Raja membuka matanya. Bentakan itu ternyata benar-benar manjur, namun entah kenapa kepalanya terasa sangat pening.
KAMU SEDANG MEMBACA
I WISH U | Huang Renjun
Teen FictionTentang bagaimana mereka si para pemimpi belajar bahwa masa muda adalah masa yang paling layak untuk diingat. Tidak semua angan harus digapai dan semua harap dikabulkan. Ini tentang bagaimana mereka mengikhlaskan. "Kita itu seperti kupu-kupu. Tumbu...