"Mal, udah ah capek." Untuk yang kesekian kalinya gadis itu menggerutu.
"Dikit lagi bisa. Ayo."
"Nggak bisa, udah lemes banget ini."
"Bisa, ayo pelan-pelan aja."
Meskipun merasa dirinya hampir mati sebentar lagi, tapi Gia tetap berusaha untuk mengangkat tubuhnya. Ia bersumpah hari ini akan menjadi kali terakhir ia mau diajak olahraga sama Raja. Ia benar-benar ditipu oleh laki-laki itu. Namanya orang kalau udah suka sama orang ya gitu, jadi bodoh.
Sebenarnya begini ceritanya, karena Clara sedang tidak bisa menemani kakak laki-lakinya itu berolahraga, maka Raja memutuskan untuk mencari korban lain. Dan tentu saja nama pertama yang terbesit di pikirannya adalah Gigi. Ia pikir akan sangat menyenangkan melakukan hal yang ia suka dengan orang yang ia sukai juga.
"Enam.. tujuh.. delapan. Dah, selesai! Bisa kan itu, gue bilang juga apa?"
"Sumpah gue ogah lagi olahraga bareng lo! Bisa mati kocak gue gara-gara lo suruh sit up!"
"Sit up doang kan? Kecil itu mah."
"Sit up doang pantat lo! Lari, plank, push up, sit up, lo suruh gue ngelakuin itu ya tadi! Gue nggak bisa jalan nih sekarang!"
Raja terbahak mendengar gadis galak di hadapannya itu mengomel. "Ya udah, mau apa? Mau digendong?"
"Ya nggak gitu juga!" Gia makin sebal saat cowok itu tertawa. Dia kan beneran kesal.
"Minum deh minum, nih."
Meskipun kesal, gadis itu tetap menerima botol minum pemberian Raja. Ia menegaknya sampai setengah botol.
"Buset, haus banget lo?"
Ia melirik sinis, "pikir aja sendiri."
"Jangan marah dong. Gue ngajakin lo gini kan biar sehat, Gi. Nggak rebahan terus di rumah."
"Yang ada gue lumpuh sekarang."
"Ngayal lo. Sini berdiri," Raja menarik salah satu lengannya, memaksanya untuk berdiri.
"Gak mau, lemes."
"Mager banget nih bocah. Ayo berdiri dulu."
"Aduhhh, gue tuh bukan atlet kayak lo ya tolong."
Dengan semena-mena Raja mengacak rambutnya. "Bawel."
"Ish!"
"Lo pilih berdiri apa kita lanjut main badminton aja?"
Gadis itu dengan cepat berdiri dan berjalan ke pinggir lapangan. Hal itu jelas membuat Raja terbahak. Laki-laki itu kemudian mengambil handuk kecil dari tas olahraganya lalu menyerahkan pada Gia. "Pake tuh."
"Lo terus pakai apa?"
Tanpa menjawab, Raja mengelap keringat di wajahnya dengan Jersey yang melekat di tubuhnya. Hal itu jelas membuat perut atlet nya terpampang nyata di hadapan Gia.
"Ih, jorok lu!"
"Keringet gue wangi, mau coba cium?"
"Nggak mau! Malais, jangan macem-macem ya!"
Raja tertawa geli, "belum juga gue ngapa-ngapain. Gak usah nutupin mata gitu juga kali."
Malais sialan, wajahnya kini sudah semerah tomat.
"Sialan lo."
Matahari sudah sepenuhnya dilahap oleh gelap. Di lapangan yang luas tersebut, keduanya memilih untuk merebahkan tubuhnya disana sembari menatap lurus menikmati indahnya langit malam ini. Sebelah kiri telinga Gia tersumpal oleh earphone, begitu juga dengan telinga kanan Raja. Mereka berbagi kehangatan malam itu dengan mendengarkan musik dari satu ponsel yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
I WISH U | Huang Renjun
Teen FictionTentang bagaimana mereka si para pemimpi belajar bahwa masa muda adalah masa yang paling layak untuk diingat. Tidak semua angan harus digapai dan semua harap dikabulkan. Ini tentang bagaimana mereka mengikhlaskan. "Kita itu seperti kupu-kupu. Tumbu...