"Oke, kita selesai sampai disini ya. Soal-soal dari gue tolong dikerjakan, atau kalian bisa diskusikan bareng. Lusa nanti bahasnya baru sama gue. Kalau ada yang nggak ngerti jangan segan-segan tanya ke gue ya! Okay, good luck adik-adik aku!"
"Oke, thank you mas Pram!"
"Thank you mas Pram!"
"Bye, mas!"
Laki-laki yang dipanggil Pram itu lebih dulu keluar dari ruangan belajar setelah usai berpamitan. Tanpa sengaja, Pram berpapasan dengan Gia yang baru saja keluar dari toilet.
"Gue balik dulu ya, Gi."
"Oh udah selesai ya? Maaf, mas gue lama di kamar mandinya," ujar gadis itu.
"Santai aja, Gi kalau ikut kelas gue mah."
Gia meringis, sedikit merutuki dirinya yang terlalu lama di dalam toilet. Gadis itu memiliki kebiasaan akan merasa mual berlebihan ketika sedang tertekan.
"Iya, mas maaf ya kalau gue nggak maksimal hari ini. Kalau gitu hati-hati di jalan, mas."
"Gi." Panggil Pram.
Gadis itu kembali menoleh, "ya, mas?"
"Nggak perlu terlalu keras sama diri sendiri. Nggak maksimal bukan berarti lo gak mampu. Lo bisa, lo cuma lagi capek aja. UTBK masih lama, waktu lo masih banyak."
Semua kata-kata Pram membuat Gia terdiam. "Gue tau perasaan lo karena gue juga pernah ada di posisi lo, Gi. Sebagai tutor, gue bakal bantu semampu yang gue bisa. Jangan ragu buat minta bantuan ke gue. Oke?"
Tanpa menyahut, Gia mengangguk.
"Sip. Gue balik dulu ya. Lo baik-baik terus, jangan sampai sakit." Pram meninggalkan satu tepukan di pundak Gia sebelum pergi meninggalkan gadis itu tenggelam dalam pikirannya.
Lamunannya itu buyar ketika teman-temannya yang lain datang menghampirinya.
"Nih, tas lo. Gue beresin loh, kurang baik apa gue?" Eli menyodorkan tas berwarna biru dongker pada pemiliknya.
Gia terkekeh, "iya, deh makasih. Lo balik sama Dilan kan?"
Eli mengangguk, "orangnya maksa."
"Bilang aja lo juga mau."
Eli meringis. "Lo? Lo balik sama siapa?"
Gia mengedikkan bahunya singkat, "naik gojek paling."
"Sama gue lagi aja, Gi," kata seorang cowok yang baru saja keluar dari dalam kelas.
"Gak pa-pa? Rumah gue gak searah sama rumah lo Yan."
Ian tersenyum sembari mengangguk, "gak masalah."
Anak-anak berseragam SMA itu lalu memilih untuk keluar bersama. Diluar, langit sudah sepenuhnya gelap, bersamaan dengan energi mereka yang sudah terkuras habis. Sembilan jam belajar disekolah ditambah empat jam kelas intensif benar-benar membuat kepala mereka meledak sebentar lagi.
"Gi."
Gia yang nyaman dalam lamunannya seketika tersentak. "Apa?"
"Itu Raja bukan yang lagi ngobrol sama Dilan?"
Mata gadis itu langsung mengikuti arah jari telunjuk sahabatnya, dan benar saja, ia menemukan laki-laki itu ada disana sedang sibuk mengobrol dengan Dilan.
"Ikut les juga dia, Gi?"
Gia mengedikkan bahunya singkat, "tanya aja sendiri ke orangnya."
"Atau jangan-jangan dia disini mau nganterin lo pulang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I WISH U | Huang Renjun
Novela JuvenilTentang bagaimana mereka si para pemimpi belajar bahwa masa muda adalah masa yang paling layak untuk diingat. Tidak semua angan harus digapai dan semua harap dikabulkan. Ini tentang bagaimana mereka mengikhlaskan. "Kita itu seperti kupu-kupu. Tumbu...