Tak terasa, hari Sabtu pun tiba dengan cepat. Cowok itu baru saja selesai mandi, kini ia tengah berdiri di depan lemari bajunya, hendak memilih jaket mana yang ingin ia kenakan. Saat ia sedang memilah-milah jaket di lemarinya, tanpa sengaja Raja menemukan jaket berwarna abu-abu yang tempo hari dipinjamkan oleh Gigi. Tanpa sadar, Raja tersenyum memandanginya.
"Gak gue balikin dulu deh, biar orangnya kesel."
Entah apa maksud senyuman itu, mungkin Raja memang sedang bahagia saja. Akhirnya cowok itu memilih jaket baseball berwarna hitam putih. Tak lupa ia menyemprotkan sedikit parfum di beberapa area tubuhnya.
Gerakannya tiba-tiba terhenti, "ini gue lagi ngapain sih sebenernya? Ja, lo cuma mau jemput Gigi, bukan ngapelin dia! Astagaaa udah gila gue!" Raja buru-buru melepas jaketnya dan menggantinya dengan kemeja kotak-kotak. Dalamannya ia ganti dengan kaos putih polos. Cowok itu enggan dikira ingin tampil ganteng di depan Gigi. Maunya kelihatan biasa aja, kalau bisa yang kayak gembel. Biar cewek itu nggak mikir aneh-aneh.
"Gini aja gue ganteng loh ckckck..." Tuturnya setelah melihat pantulannya sendiri pada cermin.
Langsung deh gak pake banyak cincong lagi, Raja mengeluarkan motornya dari halaman rumah. Vespa berwarna putih peninggalan papa.
"Ya Tuhan, pit, lama banget gue nggak pegang lo. Kangen gak sama gue?" Tanyanya pada vespa yang ia beri nama Pipit.
"Masih jos kan lo, Pit? Gak yang punya, gak motornya, sama-sama ganteng. Ya nggak, Pit? Inilah alasan kenapa gue nggak pernah izinin Dilan makai lo. Bisa brebet-brebet body lo kalau dipakai orang kurang pahala kayak dia."
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih lima belas menit, Raja akhirnya sampai di depan rumah berpagar putih tulang. Tanpa pikir panjang, ia mengetuknya.
Tak lama, seorang gadis membuka pagar rumah tersebut.
Ivanna butuh sedikit waktu untuk mengenali laki-laki yang sedang berdiri di hadapannya itu. "Kak Raja?"
"Seratus! Adiknya Gigi kan? Si Ivanna? Yang waktu itu kayak anak ilang di GOR?"
Adik Gianna itu meringis. "Inget aja, kak, hahaha, jadi malu."
"Santai aja. Kakak lo lebih malu-maluin. Oh, iya, btw kakak lo mana?"
"Boker, kak. Tungguin bentar deh. Mau masuk dulu gak?"
Raja menggeleng, "thanks, Iv, tapi nggak usah kayaknya. Cuma bentar aja kok. Bilangin aja ke kakak lo gue nunggu di depan. Bilangin juga jangan lupa cebok."
Ivanna sontak tergelak. "Oke deh, tunggu ya, gue bilangin ke orangnya."
Tanpa menyahut, Raja mengacungkan jempolnya.
Sepuluh menit kemudian, seorang gadis dengan kaos joger jelek warna putih muncul dari balik pagar.
"Udah cebok kan?" Goda Raja.
KAMU SEDANG MEMBACA
I WISH U | Huang Renjun
Teen FictionTentang bagaimana mereka si para pemimpi belajar bahwa masa muda adalah masa yang paling layak untuk diingat. Tidak semua angan harus digapai dan semua harap dikabulkan. Ini tentang bagaimana mereka mengikhlaskan. "Kita itu seperti kupu-kupu. Tumbu...