Twelfth note

59 8 0
                                    

Biasanya di jam-jam seperti ini, mama akan menghabiskan waktu untuk menonton televisi di ruang tengah, dan disaat Raja pulang dari pelatihan, mama akan menyambutnya dengan senyuman paling cerah yang pernah ada. Tapi malam ini, bukan mama yang menyambutnya. Seorang pria paruh baya yang sedang membawa gelas berisikan air terkejut ketika mendapati Raja sedang berdiri di ruang tengah sambil menatapnya heran.

"Raja? Baru pulang?" Pria itu tersenyum ramah.

Tak lama, seorang gadis cantik muncul dari balik punggung lebar ayahnya. "Halo, kak!" Sapa nya dengan senyum yang tak kalah lebar.

Sungguh, Raja tak punya waktu untuk hal ini sekarang. Ia terlalu lelah untuk meladeni hal-hal seperti ini. "Mama mana?" Tanyanya tanpa menjawab sapaan dua orang itu.

"Lagi ke supermarket depan beli susu dan roti. Wajah kamu kenapa diplester Raja? Kamu luka?"

Raja refleks menolehkan wajahnya. "Nggak ada yang perlu dikhawatirkan, cuma berantem kecil aja sama teman."

"Bohong banget. Mana ada berantem kecil kayak gitu? Kak Raja tonjok-tonjokan ya?" Tanpa baibubebo, Clara langsung menodong calon kakak tirinya itu dengan pertanyaannya.

Bocil satu ini emang bener-bener deh mulutnya... Raja membatin.

"Dibilangin cuma berantem kecil," sahut laki-laki itu seperlunya.

"Kalau gitu, kamu sudah makan, Raja? Barusan saya dan Clara masak ayam-"

"Sudah. Saya sudah makan. Terima kasih ya, tapi saya mau langsung istirahat di kamar," potong Raja cepat.

Tergambar raut kecewa dari wajah Clara dan ayahnya. Untuk kali ini pun ternyata Raja masih belum bisa menerima kehadiran mereka, dan Raja tak punya cukup energi untuk memedulikannya sekarang. Sembari membawa tas olahraganya, laki-laki itu berjalan lambat kearah anak tangga. Jersey yang ia gunakan sudah amat kusut, begitu juga dengan wajahnya yang penuh luka. Ingin rasanya ia cepat-cepat merebahkan tubuh diatas kasurnya tercinta.

Pada langkah anak tangga kelima, pandangan nya tiba-tiba mengabur. Disaat-saat seperti ini, biasanya ia akan spontan memanggil mama, dan secepat kilat mama akan mendatanginya. Tapi sekarang, Raja bahkan tak tau ia harus meminta tolong pada siapa.

Kepalanya mulai terasa berat, begitu juga dengan tangannya yang bergetar pada pegangan anak tangga. Laki-laki itu tak dapat memaksakan kakinya untuk tetap naik ke atas.

"Dokter Harya.."

Dan entah keajaiban darimana yang membuat Harya dapat langsung mendengar suara yang kelewat lirih itu.

"Kenapa--"

Bruk.

Belum sempat Harya menyelesaikan kata-katanya, tapi tubuh remaja itu sudah lebih dulu ambruk.

"Kak Raja!" Clara memekik karena jelas gadis itu terkejut setengah mati.

Gelas dalam genggaman Harya ia jatuhkan begitu saja. Ia tak peduli dengan air yang ia tumpahkan. Dengan cepat laki-laki itu menghampiri remaja yang sudah tergeletak tak berdaya di bawah anak tangga.

Sedangkan Clara, gadis itu mulai menangis saat menyaksikan tubuh Raja mulai mengalami kejang. "Ayah, kak Raja kejang."

Dan Harya jelas tau akan hal itu. "Clara, kamu tau kamar Raja?"

Gadis itu mengangguk.

"Cepat ambilkan peralatan insulin nya. Mungkin ada di meja atau laci kamarnya."

Tanpa mengulur waktu lagi, Clara segera berlari menaiki anak tangga untuk mencari benda yang dimaksudkan oleh ayahnya.

"Raja! Raja bisa dengar saya? Bertahan, nak. Dengar terus suara saya! Jangan tidur!" Tutur Harya sebisa mungkin menjaga kesadaran Raja.

I WISH U | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang