Ngambek

1.5K 104 0
                                    

"Cinta akan terasa indah jika melibatkan Allah didalamnya." —Dear Pacar Halal

Jangan lupa tinggalkan jejak ya, setelah baca part ini.

Happy Reading All❤



Acara khitbah antara Gus Ahkam dan juga Rana berjalan dengan lancar. Kedua pihak keluarga telah memutuskan bahwa pernikahan akan dilaksanakan bulan depan. Jangan  tanya bagaimana perasaan kedua pasangan yang sudah resmi lamaran itu.

Senang? Pasti, siapa yang tidak akan senang jika menghitbah atau dikhitbah oleh orang yang selama ini dikagumi? Sungguh, rasa haru, bahagia, dan juga senang menjadi satu perpaduan yang tengah dirasakan oleh Gus Ahkam dan juga Rana.

Perlu diketahui mengapa Ustazah Dinda memilih ruangan Ustaz Harif dijadikan sebagai tempat acara  lamaran sang anak dan juga Rana. Sebab, selama Gus Ahkam pergi ke Tarim, Ustazah Dinda merasa kesepian, kebetulan saat itu juga Rana sudah menjadi salah satu pengajar di rumah tahfidz qurani.

Berhubung orangtua Rana juga sudah meninggal akibat kecelakaan kereta  bebetapa tahun lalu, akhirnya Ustazah Dinda mengajak Rana untuk tinggal bersamanya.

Orangtua Rana meninggal saat gadis itu masih berusia enam belas tahun. Itu artinya, sudah lima tahun kepergian sang ayah dan ibu. Dua pahlawan dalam hidupnya  meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.

Rana sendiri telah dimasukkan ke pondok pesantren sejak usia tiga belas tahun, dan dalam waktu tiga tahun selama berada di pondok, Rana telah menyelesaikan hafalannya 30 juz Al-Quran.

***

April, 2017.
Hari itu, menjadi hari yang sangat  dinanti-nanti oleh seorang Rana. Pasalnya, selama berada di pondok, ia merasa nyaman, banyak pengalaman baru yang ia dapatkan selama berada di yempat ini. Memang, sejak duduk dibangku kelas lima SD, gadis itu mempunyai impian bisa masuk  pondok, dan impian tersebut tercapai berkat kedua orangtuanya.

Rana benar-benar merasa sangat  bersyukur karena telah memiliki orangtua yang sayang padanya, yang mendukung impiannya selama ini.

"Rana, orangtua kamu mana?" tanya Ghania saat itu. Ya, Rana dan Ghania memang telah bersahabat sejak lama. Umur mereka pun terpaut sama, hanya beda beberapa bulan saja. Ghania yang lahir di bulan Januari, dan Rana yang lahir dibulan April.

"Kayaknya bentar lagi deh datang. Aku ngak sabar ketemu sama mereka," ujar Rana dengan penuh semangat. "Oh iya, Gha, orangtua kamu udah datang?"

"Iya, udah datang, tapi cuman ibu aku aja sih. Ayah ngak bisa datang, karena lagi ngurusin nenek yang lagi sakit," jelas Ghania.

Rana dan Ghania pun mulai asyik dengan obrolan mereka. Saat ini, aula pesantren dipenuhi  dengan banyak orang. Mulai dari para santri, santriwati, serta para orangtua yang anaknya akan diwisuda.

Ya, hari ini menjadi hari di mana para santri maupun santriwati yang telah menyelesaikan hafalan mereka akan diwisuda. Sudah banyak mahkota yang terbuat dari plastik terjejer rapi di sebuah meja besar yang posisinya  dekat dengan tangga menuju podium.

Rencananya, setiap santri dan santriwati yang akan diwisuda akan diberikan mahkota tersebut dan memasangkan di kepala kedua orangtua mereka masing-masing.

Acara wisuda telah dimulai sejak sejam yang lalu, hingga tibalah waktu untuk memasangkan mahkota di kepala orangtua bagi setiap santri dan santriwati yang diwisuda hari ini.

Namun sayangnya, orangtua Rana tak datang saat itu. Sedih, pasti. Bagaimana Rana tidak sedih, disaat ia ingin memberikan kabar gembira  untuk kedua orangtunya, mereka malah tak datang.

"Rana," panggil Ustazah Nurul—salah satu pengajar di pondok pesantren  Al-Hikmah. Ia mengajak Rana agar menjauh dari keramaian, sementara di aula, acara masih berlangsung.

Dear Pacar Halal (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang