"Assalamualaikum," sapa Athala setelah membuka pintu kamar. Hal pertama yang ia lihat adalah Dinar yang tengah duduk di kasur sembari membaca novel."Waalaikumsalam," balas Dinar dan hanya menatap Athala sekilas sembari tersenyum tipis. Tidak, itu bukan senyum yang sering ditampilkan Dinar pada Athala, senyuman tersebut lebih terlihat seperti sebuah senyuman paksaan.
Athala yang tadinya merasa gembira karna bisa ketemu dengan sang istri lantas menjadi tak bersemangat setelah melihat raut wajah Dinar yang tak bersahabat. Ada apa dengan Dinar? Pikir Athala saat ini.
Ia pun tak ingin membuang banyak waktu lagi, akhirnya ia berjalan mendekat ke arah Dinar, duduk di samping gadis tersebut seraya merangkulnya.
"Nar, aku kangen sama kamu." Athala mengadu, tetapi tetap saja belum ada respons dari sang empu. "Nar, kamu kenapa?"
"Ah, iya, aku udah masakin makanan buat kamu. Kalau kamu lapar, ntar makan aja," ucap Dinar.
Athala menatap lekat sang istri, kenapa jawaban yang diberikan oleh Dinar malah seperti itu? Rasanya ada yang aneh dengan sang gadis. Athala semakin dibuat bingung dengan sikap Dinar yang agak berbeda kali ini, perasaan ia tak membuat kesalahan hari ini.
Athala benar-benar tak bisa menebak pikiran Dinar saat ini, ia mengacak-acak rambutnya—frustasi.
Perlahan, Dinar berdiri, berniat untuk pergi dari hadapan Athala. Rasanya, ia belum kuat bertemu dengan sang pacar halal.Entahlah, Dinar pun heran dengan dirinya sendiri. Padahal, sejak tadi ia menantikan kedatangan Athala. Namun, setelah oemuda tersebut sudah ada di hadapannya, ia malah ingin menjauh.
"Gue suka sama lo sejak lama, Tha! Gue mau lo nikah sama gue!"
Kata-kata Stela itulah yang terus menghantui Dinar, ia segera mengindahkan namun selalu galal. Setiap kali ia mencoba untuk melupakannya, tetap saja ucapan Stela itu terus terbayang di pikirannya.
"Nar, kamu mau pergi ke mana?" Athala mencekal pergelangan tangan sang istri.
"Aku mau tidur di kamar tamu malam ini," sarkas Dinar.
"Kamu apa-apaan sih, Nar? Kenapa tiba-tiba kamu jadi kayak gini?"
"Harusnya aku yang tanya ke kamu, Tha. Kenapa kamu bohong sama aku?"
"Bohong apa sih, Nar, aku ngak ngerti maksud kamu."
"Ngak usah pura-pura ngak tau, Tha. Kamu pergi ke taman 'kan sama Stela?!" tanya Dinar dengan menaikkan satu oktaf suaranya. Menyebut nama Stela saja sudah membuatnya tersulut emosi.
"Aku ngak pergi sama Stela, Nar. Aku ke teman bareng Artan sama Bintang, cuman mereka udah pulang duluan. Dan soal Stela? Aku ngak tau kenapa dia bisa ada di sana," jelas Athala berusaha menyakinkan Dinar.
"Ngak mungkin juga kalau semua itu hanya sebuah kebetulan. Udah berapa kali lagi kamu harus ngecewain aku, Tha? Apa lebih baik kita akhri saja hub—"
Athala langsung membekap mulut Dinar dengan tangannya. Ia menggeleng seraya menatap netra Dinar dengan dalam. Apa, tadi? Dinar ingin mengakhiri hubungan mereka yang masih terbilang sangat muda? Tidak, Athala tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Cowok itu sangat sayang dan juga cinta pada Dinar, ia tak ingin melepaskan sumber kebahagiannya selama hampir tiga bulan ini. Jujur, semenjak kehadiran Dinar dalam hidupnya, Athala perlahan-lahan semakin berubah.
Athala yang awalnya sering bolos sekolah, sekarang sudah tak pernah lagi melakukan perbuatan tak pantas tersebut. Athala yang awalnya sangat malas untuk melaksanalan salat lima waktu, sekarang semakin rajin untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim tepat waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Pacar Halal (End)
Teen Fiction⚠️Awas Baper⚠️ "Kamu mau ke mana?" "ke Balkon, mau murojaah hafalan." "Kenapa harus di balkon? kan ada aku di sini." "Terus, kalau ada kamu emangnya kenapa?" "Kamu di sini aja, biar aku yang dengerin kamu murojaah." "Serius boleh?" "Iya, fatimah kec...