Assalamualaikum, semua. Author kembali menyapa.
Semoga suka ya
Happy reading all
***
“Jadi gimana akting gue barusan tadi, Tha? Bagus, ‘kan?” Arthan, pemuda berparas tampan itu masih saja tertawa terbahak-bahak. Merasa puas karena telah berhasil mengerjai sang teman.
“Bagus ... bagus banget malah,” puji Athala.
Arthan kembali tertawa. “Udah gue duga. Ternyata emang bakat gue yang sebenarnya itu akting. Bisa-bisa gue bakal debut jadi aktor nih,” ujar Arthan dengan nada bangganya.
“Lo cocok kok, jadi aktor. Bahkan, saking hebatnya lo nge-akting, sampai-sampai bikin gue mau ngebunuh loh tau!” tegas Athala. Ia melepaskan salah satu sepatunya lantas mengarahkan pada Arthan. Pemuda tersebut melayangkan beberapa kali pukulan pada Arthan—merasa kesal dengan kelakuan temannya itu beberapa saat yang lalu.
“Ayo, Tha, lebih kuat lagi mukulnya! Gue ngedukung lo! Biar tuh anak tau rasa!” seru Bintang yang hanya menyemangati Athala. “Arthan, yang kuat ya!”Arthan yang mencoba untuk menepis setiap pukulan yang dilayangkan oleh Athala, malah merasa semakin kesakitan. Tidak, bukan badannya yang merasa sakit, tetapi hatinya. Pasalnya, ia sudah sangat berharap jika Bintang akan mengasihaninya, meminta Athala untuk berhenti memukulinya, dan membantu dirinya. Namun, sayang, yang ia dapatkan malah sebaliknya. Bintang lebih mendukung Athala yang sedari tadi terus menyerangnya.
“Jahat lo, Bin! Mulai sekarang kita musuhan!” Arthan berujar. “Tha, gue minta maaf. Plis, gue janji, gue gak bakalan ngulangin kesalahan yang tadi,” mohon Arthan dengan pasrah.
Athala yang merasa puas dengan aksinya, gegas menghentikan kegiatannya. “Makannya lain kali kalau mau iseng tuh lihat-lihat kondisi geblek!”
“Salah lo juga, Ar. Udah gue bilang gak usah gangguin Athala, masih aja ngelakuin,” ucap Bintang memanas-manasi.
“Jadi, sebagai hukumannya, Ar. Mulai saat ini, lo harus bayar makanan lo sendiri, harus bayar minuman lo sendiri, intinya semua yang lo beli, gak bakal gue bayarin!” tegas Athala.
“Noh, rasaain tuh! Siapa suruh dibilangin jangan-jangan, eh, malah ngelunjak,” timpal Bintang.
Athala masih merasa kesal dengan Arthan. Bagaimana tidak? Di saat ia dan juga Dinar tengah membahas tentang lomba shalawat, tiba-tiba Arthan muncul dari balik pintu kelas mereka, menyuruh Athala dan sang istri untuk mengikutinya dengan suara bak seorang guru. Dasar, Arthan, benar-benar definisi teman yang tak ada adabnya.
Sebenarnya, sudah sedari tadi Arthan dan Bintang berdiri di depan pintu kelas. Mereka berdua mendengar segala pertengkaran kecil yang terjadi antara Athala dan juga Dinar. Lebih tepatnya sih mengintip.
Bukan Artan dan Bintang namanya kalau tidak merasa kepo akan suatu hal, apalagi menyangkut tentang Athala. Saat itu juga, niat usil Arthan kembali muncul. Ia mencoba untuk membuka pintu kelas, tetapi ditahan oleh Bintang.
Kedua kalinya ia mencoba, Bintang kembali menahannya, namun dengan sigap Arthan langsung memutar daun pintu lantas mengeluarkan kalimat yang seolah-olah seperti guru yang menemukan siswa siswinya yang tengah berpacaran di dalam kelas. Dan berakhirlah seperti itu, niat awalnya untuk mengerjai Athala, malah berujung apes.
“Tha, gue punya lagu nih buat lo.” Arthan berusaha membujuk Athala, agar hukuman yang diberikan oleh temannya itu kembali dibatalkan oleh sang empu. “Plis, dengerin ya.”
“Gue tahu, lo pasti mau nyanyiin lagu ‘How you like that’, kan? Eh, atau lagu shut down? Atau gak pink venom?” Bintang berkata demikian, ia merasa geli saat melihat wajah Arthan yang terlihat sok imut. Bukannya merasa sedih, ia malah berusaha untuk menahan tawa. Pasalnya, Arthan itu orangnya petakilan, dan juga bar-bar, sangat tidak cocok dengan mukanya yang sok imut tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Pacar Halal (End)
Teen Fiction⚠️Awas Baper⚠️ "Kamu mau ke mana?" "ke Balkon, mau murojaah hafalan." "Kenapa harus di balkon? kan ada aku di sini." "Terus, kalau ada kamu emangnya kenapa?" "Kamu di sini aja, biar aku yang dengerin kamu murojaah." "Serius boleh?" "Iya, fatimah kec...