"Nar, kamu kenapa? Dari tadi kok, murung aja?" tanya Athala lembut setelah merasa ada yang janggal dengan sikap Dinar hari ini.
Dinar yang sejak tadi melamun lantas tersadar setelah mendengar ucapan sang suami. "Eh, iya, Tha. Ngak, papa kok, aku cuman lagi mikirin tugas sekolah. Ah, iya, tugas sekolah. Itu aja kok."
Athala menyelipkan beberapa helaian rambut Dinar yang sempat menutupi wajah cantik sang gadis. "Jangan bohong Nar. Ngak mungkin hanya karena tugas sekolah kamu sampai kayak gini."
Dinar terdiam sebentar, gadis itu segera menghambur dan memeluk Athala. Ia menyembunyikan netra yang sudah memanas sejak tadi ke dada bidang Athala. Tadi, ia mendapatkan telpon dari sang ibu, Dinar mendapatkan kabar mengenai Gala—kakanya.
Jujur, Dinar merasa sedih jika harus kembali berpisah dengan sang kakak. Rasanya ia tak rela jika Gala akan meninggalkannya lagi.
Athala mengusap-usap pundak Dinar dengan sayang. "Kenapa hmm? Ayo, cerita ke aku. Aku siap kok, dengerinnya daripada kamu murung terus, aku malah ngak suka."
Dinar mencoba menetralkan napasnya yang sempat memburu. "Kak Gala, Tha."
"Iya, kenapa sama abang kamu?"
"Dia bakal balik lagi ke Mesir, besok. Aku ngak rela, tha, kalau kak gala pergi lagi."
"Ya udah kalau gitu. Pulang sekolah nanti, kita langsung ke rumah ibu kamu ya," ujar Athala tulus. Ia tak ingin jika sang gadis kepikiran dan terbebani dengan kepergian Gala.
"Serius, boleh?"
"Iya, boleh sayang." Athala lantas mengecup hidung mancung Dinar. Rasanya ia gemas dengan Dinar, entah kenapa setiap kali ia dekat dengan Dinar. Selalu ada saja ada yang menariknya untuk mengecup sang gadis.
Dinar tersenyum malu-malu setelah mendapat perlakukan manis dari Athala tadi. Laki-laki itu memang sangat pandai untuk mengmbalikan moodnya. Ah, rasanya Dinar ingin menghilang saat ini juga.
Ia merasakan pipinya yang mulai memanas, ia salah tingkah sekarang. Ia pun menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Rasanya Dinar sangat malu karena telah ketauan oleh Athala kalau saat ini ia blushing.
"Kenapa wajahnya ditutup, Sayang?" goda Athala.
"Ngak papa, cuman pengen aja."
Athala tertawa kecil melihat aksi Dinar. Perlahan, ia menyingkirkan tangan Dinar dengan hati-hati. Beberapa detik kemudian, Athala mendekatkan wajahnya lantas mencium kening Dinar beberapa kali.
Awalnya Athala mengira jika Dinar akan marah padanya, ternyata respons yang diberikan oleh Dinar membuatnya malah terkejut. Kalian tahu apa yang dilakukan Dinar? Gadis itu malah mencium pipi kanannya selama beberapa detik dan hal tersebut spontan membuat Athala memejamkan matanya.
"Kecupan terimakasih karena kamu udah mau ngertiin aku."
***
Seperti yang dijanjikan oleh Athala tadi pagi, sepulang sekolah kedua remaja itu mampir ke sebuah rumah yang bisa dibilang sederhana. Namun, sebelumnya, Athala telah menyiapkan baju gantinya di garasi motor.
Ya, rencananya Athala akan tidur di rumah sang mertua. Dinar sendiri jangan ditanya, jelas ia akan menginap di rumah sang ibu. Apalagi Gala akan pergi jauh darinya, hitung-hitung, ia bisa menghabiskan waktu bersama dengan sang kakak hari ini.
Dinar dan juga Athala masuk ke rumah yang bernuansa klasik itu, Gala menyambut kedatangan mereka dengan hangat. Dinar sendiri memilih untuk berganti pakaian lebih dulu, karena memang saat ini ia masih menggunakan seragam batik sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Pacar Halal (End)
Teen Fiction⚠️Awas Baper⚠️ "Kamu mau ke mana?" "ke Balkon, mau murojaah hafalan." "Kenapa harus di balkon? kan ada aku di sini." "Terus, kalau ada kamu emangnya kenapa?" "Kamu di sini aja, biar aku yang dengerin kamu murojaah." "Serius boleh?" "Iya, fatimah kec...