Bismillah, Akhirnya author bisa kembali menyapa kalian ges
Hari ini author agak cepat ya up nya karena ada satu dan lain hal.
So tanpa berlama-lama lagi.
Happy reading guys.
Maaf ges kalo masih ada typo
***
"Ekhem, kayaknya asyik banget ya jalan sama cewek lain tanpa peduli dengan keadaan isti sendiri,” sindir Clara. Ia menarik sebuah kursi lantas duduk di samping Athala.
Pemuda itu terkejut dengan kehadiran Clara, ia baru menyadari jika sekarang Dinar tengah berdiri di samping pintu cafe bersama dengan Farah. "Dinar?”
“Kenapa? Lo suka sama kejutan yang gue kasih ke elo malam ini?” tanya Clara dengan senyum sinisnya.
“Eh, Ra, maksud lo apaan sih? Plis deh jangan gangguin hidup gue sama Athala!” bentak Stela.
“Lo diam, bego! Gue ngak ngomong sama lo, gue lagi ngomong sama Athala!” Clara balik membentak. Ia mengambil segelas jus yang terletak di depannya lantas mengarahkan gelas tersebut ke arah Athala. “Ups, maaf, gue ngak sengaja, tangan gue lagi gatel soalnya.”
Stela emosi, ia memukul meja dengan sangat keras lalu menarik tangan Clara. “Maksud lo apa sih? Lo mau cari gara-gara sama gue?”
Clara melepaskan genggaman Clara dengan santai, ia tak akan melawan Stela, karena sekarang orang yang ia tujuh adalah Athala, bukan Stela. Clara berjalan ke arah Athala yang masih diam mematung di tempat duduk, ia sudah meregangkan pergelangan tangannya, bersiap-siap untuk melayangkan sebuah pukulan kepada Athala.Namun, saat beberapa senti tangannya akan mengenai Athala, tiba-tiba saja seseorang meraih dan menahan tangannya.
“Artan?”
“Apa yang lo lakuin, Ra? Lo mau mukul teman lo sendiri?” tanya Artan.
“Hah? Teman? Sejak kapan gue temenan sama orang yang udah nyakitin sahabat gue sendiri? Lo tahu, Ar, Dinar selama seminggu ini ngak masuk sekolah gara-gara Athala. Lo lihat Dinar, Ar! Semua memar yang ada di wajahnya itu gara-gara Athala, dia udah nyakitin Dinar!”
Athala berdiri, menghanuskan tatapan tajam ke arah Clara sembari berkata, “Dinar yang lo anggap sebagai sahabat lo itu seorang pembunuh, bodoh! Dinar itu ngak sepolos yang kalian kira! Dia gadis yang paling menjijikkan di dunia ini yang pernah gue temui!”
Clara mulai tersulut emosi, tangannya ia kepal dengan sangat kuat, sebentar lagi sebuah pukulan akan melayang ke arah Athala. Namun, lagi-lagi rencananya itu gagal karena Arthan kembali menahan dirinya.
“Apasih, Ar, jangan tahan gue!” Clara melepaskan tangan Arthan dengan kasar. “Gue mau ngasih pelajaran ke Athala karena dia udah ngehina sahabat gue!”
“Lo tenang dulu, Ra. Harusnya yang lakuin itu gue, bukan lo!” Tanpa aba-aba, Arthan langsung melayangkan sebuah bogeman mentah ke arah Athala. Berkali-kali ia menyakiti Athala sampai pemuda itu tersungkur ke lantai, tetapi tak ada perlawanan dari sang empu. “Athala! Gue ngak nyangka lo setega itu sama Dinar. Dia udah gue anggap kayak adik gue sendiri. Dan lo dengan entengnya nyakitin perasaan dia?! Kurang ajar!” Lagi, Artan melemparkan pukulan kepada Athala, seakan belum puas memberikan pelajaran pada Athala.
“Minta maaf ke Dinar, Tha!” Arthan menghentikan sejenak kegiatannya, ia memegang kerak Athala dengan kencang sembari berkata, “Cepat, minta maaf!” bentak Artan.
“Terserah, Ar, lo mau mukul gue sebanyak apapun. Tapi jangan suruh gue buat minta maaf ke orang yang picik kayak Dinar!”
“Jangan sampai lo menyesal, Tha,” ujar Artan.
“Hah? Menyesal? Buat apa gue nyesal? Toh memang Dinar yang salah, dan sampai kapanpun kesalahannya itu ngak bakal bisa gue maafin. Lo semua udah kemakan sama omong kosong gadis pembunuh itu. Harusnya kalian sadar, bodoh!”
“Lo yang bodoh, Tha! Jelas-jelas Stela yang udah bohongin lo, kenapa malah Dinar yang lo salahin?” Kali ini bukan Artan yang angkat bicara, melainkan Farah. Gadis itu meninggalkan Dinar yang masih mematung di dekat pintu masuk cafe.
“Emang lo bisa buktiin kalau Dinar itu ngak bersalah?” tantang Athala.
“Nih, gue punya buktinya!” Farah mengeluarkan ponsel dari tas miliknya, mengotak-atik sebentar lalu memperlihatkan sebuah vidio hasil rekaman CCTV yang diambil dari toko roti— tempat kejadian kecelakaan berlangsung. Di sana terlihat jelas bahwa Bara sendiri yang menyelamatkan Dinar dan membiarkan dirinya tertabrak mobil. Sama sekali berbanding terbalik dengan apa yang Stela katakan pada Athala.
“Ja–jadi selama ini lo bohongin gue, Stel?!” Athala menatap tajam Stela, seakan-akan ingin menghabisi gadis itu sekarang juga. “Jawab, Stel!”
“Ngak, Tha, itu semua bohong! Bisa jadi itu hanya editan yang dibuat sama mereka. Plis, kamu harus percaya sama aku. Dinar sengaja ngedorong Kak Bara, Tha, biar Kak Bara ketabrak mobil,” elak Stela.
“Lo ngak usah bohong, Stel! Gue jadi saksinya! Lo lupa atau emang pura-pura lupa? Gue sendiri yang cerita ke lo tentang kejadian kecelakaan Kak Bara. Gue sendiri yang bawa lo buat lihat rekaman CCTV waktu itu di toko roti. Gue ada, Stel pas kecelakaan itu terjadi, dan dengan mudahnya lo manfaatin kematian kakak lo sendiri hanya demi ngancurin hubungan Athala sama Dinar? Kita udah temenan dari kecil, gue tahu sifat lo ngak sejahat gini. Kenapa lo tega mengusik kehidupan orang lain, Stel?” tanya Clara pasrah.
“Itu semua gue lakuin karena gue cinta sama Athala! Gue selalu ngerasa kesepian, Ra. Kepercayaan gue udah hancur ke orang terdekat gue gara-gara lo sendiri yang udah bohongin gue waktu itu, Ra.”
“Oke, gue minta maaf, Stel. Gara-gara gue lo dikeluarin dari eskul english club, kan? Sumpah, gue ngak bermaksud bohongin lo waktu itu, gue emang benar-benar sakit perut, tapi setelah minum obat di UKS, sakit perut gue udah hilang. Lo ngak tau Stel, waktu itu gue sempat nyariin lo ke kelas, gue nyariin lo ke gerbang sekolah, parkiran, bahkan ... gue nungguin lo di halte bus, tapi lo ngak ada, Stel. Jadi, mau ngak mau gue tetap harus ikut latihan, karena waktu itu gue dipanggil sama Bu Gita. Kalau lo ngerasa gue salah, gue minta maaf, Stel. Dan ya, gue mau jelasin semua ini ke lo dari dulu, cuman lo ngak mau dengerin, Stel. Sekali lagi gue minta maaf yang sebesar-besarnya," jelas Clara.
“Tapi permintaan maaf lo ngak gue terima, Ra.”
“Oke, kalo lo ngak nerima permintaan maaf gue, seenggaknya lo minta maaf ke Dinar. Lo udah nyakitin dia, Clara!” tegas Clara.
“Gue ngak mau!”
Stela dan juga Clara kembali beradu mulut, agar keadaan tidak semakin memburuk, Artan pun langsung membawa Clara agar menjauh dari Stela. Sementara itu, Athala masih terdiam di tempat, tidak menyangka jika Stela akan melakukan kebohongan sebesar ini sampai-sampai membuat hubungan antara dirinya dan juga Dinar sudah berada di ujung tanduk.
Sebenarnya, Clara sudah merencanakan semua ini dari awal. Ia sudah curiga dengan Stela yang berlaku aneh beberapa minggu terakhir. Ia sering melihat Stela di sekitar loker milik Dinar, menaruh gelang berbentuk jangkar di sana. Clara mulai peka, ia tahu betul jika Stela akan melakukan rencana yang diluar nalar. Dan benar saja, target dari kegilaan Stela yaitu sahabatnya sendiri, Dinar. Mulai saat itu, Clara pun memutuskan untuk terus mengawasi setiap gerak-gerik Stela dari kejauhan.
***
“Clara ngapain ke rumah Athala sama Dinar?” gumam Clara. Sedari tadi ia terus membuntuti Stela, ia yakin jika gadis itu akan melakukan hal yang di luar nalar. Dan ya, benar saja, Clara melihat jika Stela menaruh sesuatu di depan pintu sana.
“Stela, entah apa lagi yang lo rencanain.”
Saat Stela telah pergi, Clara segera berlari untuk mengambil sebuah kardus yang Stela letakkan beberapa saat lalu. Clara takut jika Dinar yang mengambil benda tersebut dan membuat sang sahabat merasa ketakutan. Ia melihat isi dari kardus tersebut, lagi-lagi sebuah kertas yang bertuliskan tentang ancaman bagi Dinar. Clara tak habis pikir dengan tindakan licik Stela, bisa-bisanya ada orang yang ingin mendapatkan apa yang dia inginkan dengan cara meneror oranglain. Semuanya hanya karena mencintai Athala sampai-sampai melibatkan Dinar? Bodoh memang.
Lagi, kedua kali Clara menemukan Stela meneror Dinar saat ia tengah membuntuti gadis itu yang sedang menaruh gelang berbentuk jangkar serta kertas ancaman ke dalam loker milik Dinar.Dan ya, lagi-lagi Clara menggagalkan rencana Stela. Ia mengambil benda tersebut dan menyimpannya, ia tidak akan membiarkan jika Stela akan terus meneror sang sahabat.
Sampai suatu ketika Clara mendengar bahwa Stela akan membongkar kebohongannya pada Dinar, ia diam-diam mengikuti Stela yang tengah berjalan ke arah roftoof. Saat itu, Clara tidak bisa membantu Dinar yang tengah kesakitan. Tak tahan melihat sahabatnya disakiti, akhirnya Clara pun memutuskan untuk pergi dan keluar dari lingkungan sekolah, ia akan menuju ke sesuatu tempat. Tempat yang akan membuktikan bahwa Dinar tidak bersalah atas kejadian beberapa tahun lalu.
Clara pergi ke toko roti— tempat kejadian kecelakaan itu terjadi, menemui sang pemilik roti dan meminta salinan hasil rekamann CCTV. Untung saja Bu Rohani sangat berbaik hati, jadi Clara pun mendapatkan vidio tersebut dengan sangat mudah. Mengenai gelang jangkar yang ia pakai beberapa hari lalu, Clara memang sempat berbohong pada Dinar, faktanya bahwa gelang tersebut ia ambil dari loker Dinar, tak lain dan tak bukan tujuannya mengambil benda tersebut sebagai sarana untuk memancing Clara agar gadis itu tidak lagi melakukan teror kepada Dinar.***
“Dinar!” Farah berteriak ketika melihat sang sahabat sudah tak ada lagi di dekat pintu masuk. Ia mulai khawatir, tanpa berlama-lama lagi, Farah pun berlari meninggalkan cafe tersebut diikuti oleh Clara dan juga Artan.
“Dinar?” Athala menyadari jika Dinar sudah tak ada di sekelilingnya, kali ini ia benar-benar menyesal atas perlakukan kasar yang ia lakukan pada sang istri beberapa hari terakhir."Awas aja, Stel. Kalau sampe gue ngak ketemu sama Dinar lagi, gue bakal ngasih pelajaran ke lo. Selamat, lo udah berhasil ngancurin hubungan gue sama Dinar! Eits, tapi lo jangan senang dulu, gue bakal balas perlakuan lo ini dengan lebih buruk lagi. Camkan itu!” ancam Athala lalu pemuda itu keluar dari cafe dengan penuh kekhawatiran.
***
Hayooooo
Gimana sama part ini?
Akhirnya Athala menyesal, kan?
Makan tuh menyesal.Tetap pantengin cerita ini ya ges.
Besok author bakal kembali lagi.Ntar malam author ngak up dulu ya.
Besok baru bisa, oke?
See you tomorrow gesss
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Pacar Halal (End)
Teen Fiction⚠️Awas Baper⚠️ "Kamu mau ke mana?" "ke Balkon, mau murojaah hafalan." "Kenapa harus di balkon? kan ada aku di sini." "Terus, kalau ada kamu emangnya kenapa?" "Kamu di sini aja, biar aku yang dengerin kamu murojaah." "Serius boleh?" "Iya, fatimah kec...