Salah paham?

338 36 0
                                    


Bismillah, akhirnya author kembali menyapa kalian.

Perlu kalian tau ya, dalam seminggu ini author bakal rajin update, sampai ending.

Waktunya update nya itu kisaran 22.00-23.00 WITA.

So, tetap pantengin cerita author ya.

Oke, tanpa berlama-lama lagi, langsung saja.

Happy reading guys!











**$$**


“Nar, kamu masih marah ya, sama aku?”

Dinar hanya menatap sekilas laki-laki yang duduk di depannya. “Kalau makan, jangan banyak bicara dulu. Ntar keselek nanti. Cepetan habisin makanannya, habis itu langsung siap-siap pergi sekolah.”
Gadis mungil itu segera menghabiskan makanannya kemudian pergi ke ruang tamu untuk memakai sepatu dan juga kaus kakinya.

Sebenarnya sejak semalam ia bersikap tak acuh pada Athala, setiap kali Athala mengajaknya bicara, Dinar selalu menghindar, atau bahkan  mengalihkan topik pembicaraan. Dinar hanya ingin Athala berkata jujur padanya tanpa diminta, tetapi sampai saat ini sang suami tidak menjelaskan apa-apa padanya.

“Nar, aku ngak suka kalo sikap kamu kayak gini ke aku.” Athala menahan pergelangan  tangan Dinar saat sang gadis hendak  membuka pintu keluar.

Dinar membalikkan badannya seraya menatap Athala dengan tatapan  sayu. “Kamu tanya ke diri kamu sendiri, Tha. Apa yang salah dari diri kamu.”

“Aku ngak tahu letak kesalahan aku di mana, Nar,” ujar  Athala pasrah. “Kalau gitu, coba kamu jelasin ke aku kenapa kamu marah,” pinta Athala dengan lembut.

“Kamu ngak jujur sama aku, Tha. Semalam Stela datang ke sini, ‘kan? Ngapain aja kalian berdua?”

“Jadi kamu marah sama aku gara-gara Stela? Oke, aku salah karena ngak jujur sama kamu. Karna aku tau, kalau aku ngasih tau ke kamu yang sebenarnya, kamu bakalan marah sama aku.”

“Justru itu, Tha, yang buat aku marah sama kamu, kamu ngak bicara jujur sama aku!”

“Nar, dengerin aku.” Athala mendekatkan dirinya pada Dinar lalu meletakkan kedua tangannya di pipi sang gadis. “Stela semalam datang ke sini itu karena dia mau ngajak aku keluar bareng sama dia.”

“Terus kamu mau?”

“Ngak, Nar. Ngapain aku jalan sama dia kalo di hati aku cuman ada kamu? Plis, Nar, percaya sama aku,” mohon Athala.

Dinar merasa bersalah kerena telah salah paham pada sang pacar halal. Gegas, gadis itu memeluk Athala sembari membenamkan wajahnya di dada bidang sang suami. Dinar hanya merasa khawatir saja jika suatu  saat  nanti Athala malah berpaling darinya. Oleh sebab itu, ia merasa sangat marah jika melihat kedekatan antara Stela dan juga Athala. Takut terjadi sesuatu yang tak ia inginkan.

“Jadi gimana? Udah ngak marah lagi, ‘kan, Fatimah kecilku?”

“Um. Tapi janji, lain kali harus jujur. Sekali lagi kamu bohong, aku bakal pergi—“

Athala langsung menutup mulut Dinar dengan tangannya. “Syut, jangan ngomong sembarangan. Sampai kapanpun, kita bakal tetap bersama, oke? Kamu jangan pernah ninggalin aku, dan aku bakal terus ada di sisi kamu untuk selamanya,” ujar Athala dengan tulus. Ia lantas mengecup kening Dinar, dan mendapat balasan kecupan di pipi kananya. Ia sontak terkejut dengan perilaku sang istri, tumben Dinar mau menciumnya tanpa disuruh.

“Hadiah kecil dari aku sebagai ucapan permintaan maaf,” bisik Dinar  dengan  malu-malu.

“Masa cuman pipi  kanan? Yang kiri ngak?” goda Athala.

Cup!

Lagi-lagi Athala merasa terkejut dengan  tindakan  Dinar, perasaannya tak karuan  saat ini. Salting, senang, baper, semuanya telah menyatu dalam menjadi satu.

“Udah, ‘kan?” tanya Dinar dan mendapatkan anggukan dari Athala. “Ya udah yuk, kita langsung berangkat aja, ntar telat lagi.”

“Siap, Tuan putri."

***

“Assalamualaikum, Nar,” sapa seseorang yang tiba-tiba muncul dari  belakang Dinar.

“Waalaikumsalam. Eh, Ra. Jadi gimana keadaan kamu?”

“Alhamdulillah, udah membaik. Nih, buktinya aku udah bisa masuk sekolah hari ini,” kata Clara. “Btw, kamu mau pergi ke mana, Nar?”

“Aku mau ke—“ ucapan Dinar terputus setelah ia melihat seseorang yang baru saja melewatinya dengan menggunakan Hoodie berwarna hitam.

Tunggu, sepertinya Dinar merasa tidak asing dengan Hoodie itu. Ah, Dinar baru ingat, orang yang menggunakan  Hoodie hitam bergambar tengkorak itu bisa jadi orang yang  sama yang pernah ia temui tempo hari. Apa mungkin sosok berhoodie tersebut adalah orang yang mengirimkan teror padanya selama ini?

Dear Pacar Halal (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang