svea mengikuti langkah jungwon yang sudah lengkap dengan outfit garangnya. katanya sih ada urusan, tapi dandannya kayak mau ngehajar orang aja.
"jungwon, kita ngapain kesini, sih?" tanya svea malas.
entah ada urusan apa, jungwon membawanya ke suatu tempat yang gak asing. basecamp lama, tempatnya pernah bertemu heeseung jauh sebelum sebagian besar memorinya hilang lagi.
buat apa jungwon kesini? basecamp tua ini tampaknya udah lama ditinggalkan. lebih cocok jadi tempat uji nyali saking suramnya hawa di sekitar sini.
jungwon gak menjawab, terus berjalan menuju pintu masuk. ia mengetuknya beberapa kali sampai emosi karena gak ada yang membalas.
"alah, dobrak aja lah, lelet banget!"
brakkk!!!
"JUNGWON!!" seru svea panik. kurang ajar banget jadi orang.
yang bener aja, ni anak satu beneran ngedobrak pintu basecamp yang udah tua itu. awalnya gak ada yang salah, sampai kemudian jungwon berbicara dengan nada juteknya.
"woy, lee heeseung! jangan mental tahu, lo! nih ngomong langsung sama orangnya!" lalu mendorong svea masuk. svea yang gak tau apa-apa.
svea gak sempat komplain apalagi menghajar jungwon. dirinya terlanjur terdiam menatap seseorang yang duduk membelakanginya di dalam ruangan basecamp yang tampak asing sekarang.
sosok itu perlahan berbalik, wajahnya mengarah ke arah svea. wajah yang hampir hilang dari ingatannya itu tampak menawan disinari cahaya matahari. kini ia terlihat lebih dewasa dari yang svea ingat. garis-garis bekas luka di wajahnya gak menghalangi fakta bahwa cowok itu memang punya paras yang menawan.
"gue mau bicara empat mata aja."
permintaan heeseung membuat jungwon melangkah keluar tanpa mengeluarkan suara sedikitpun, meninggalkan dua insan yang diam terpaku dalam hening.
yang satu duduk tanpa mau memulai percakapan, yang satunya lagi berdiri sambil terus menatap lawan bicaranya yang tak kunjung berbicara.
canggung menyelimuti keduanya dalam waktu yang lumayan lama.
sampai svea membuka mulutnya.
"kak heeseung,"
"gue minta maaf, ve."
svea mengerutkan keningnya.
dia gak suka situasi ini. heeseung yang tiba-tiba minta maaf tanpa menjelaskan semuanya lebih dahulu. apa gunanya minta maaf kalau svea sama sekali gak tau apa yang salah?
"kak-"
"g-gue bakal bicara. bakal jelasin semuanya, tapi tolong jangan marah. jangan dipotong dulu. gue b-bener-bener bakal bicara," ucap heeseung meyakinkan svea yang sudah gak tahan lagi untuk berlama-lama dalam diam yang canggung ini.
cukup dengan mengamati gerak-gerik heeseung aja, svea bisa tau kalau cowok itu sedang diserang rasa panik. kedua tangannya saling berpegangan satu sama lain, aura tegangnya bisa svea rasakan juga.
meskipun kenyataannya, heeseung gak menceritakan semuanya begitu saja, svea bisa menghela napas saat heeseung mulai berbicara lagi setelah hening lima menit.
"gue tau. gue salah. salah besar."
awalnya heeseung masih ragu, tapi kemudian memaksa dirinya untuk menjelaskan atau ia akan kehilangan gadisnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penjuru | Heeseung [EN-]✔
Fanfictionlee heeseung, penjuru pasukan merah putih yang jadi panutan dan idola semua orang. tapi di balik itu semua, dia punya rahasia besar. [ o r i g i n a l b y a p p l e j j o n g s t _ ] ©applejjongst_